Reggie

87 16 0
                                    

Jika Lily Evans adalah gadis yang membuatnya jatuh cinta pada tahun pertamanya di Hogwarts, maka Natasya Romanoff kebalikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika Lily Evans adalah gadis yang membuatnya jatuh cinta pada tahun pertamanya di Hogwarts, maka Natasya Romanoff kebalikannya.

Perempuan yang selalu menjadi garda terdepan dalam membela Snivellus dari kejahilan James dan teman-temannya itu sukses membuatnya kewalahan akan kemampuan bersilat lidahnya di hadapan para Profesor.

sampai-sampai sekelas Dumbledore pun dibuat luluh oleh kelicikan gadis Romanoff itu.

dan puncaknya terjadi di tahun ketujuh. tepat disaat James bersama anggota Marauders dan anak-anak Griffindor yang lain sedang belajar mati-matian untuk menghadapi OWL, kehadiran Natasya sukses membuat mereka semua tercengang.

terheran-heran bagaimana cara gadis itu masuk dengan melewati lukisan nona gemuk.

Sama seperti slytherin lainnya, Natasya terlatih untuk menyembunyikan emosinya bersikap dingin dan datar dengan segala kejadian yang dialami. dan tepat di hari itu James untuk pertama kalinya melihat sisi lain sang gadis.

bagaimana gadis itu berteriak seperti orang gila memanggil-manggil nama Marlene Mckinnon. hingga disaat dimana gadis itu menemukan keberadaan orang yang dicarinya seluruh penghuni griffindor dan bahkan ia pun dibuat tak berkutik kala seorang Natasya Romanoff melakukan kekerasan pada teman mereka.

memukul kepala Mckinnon dengan membabi buta hingga membuat perempuan itu pingsan di tempat tanpa sempat membalas perbuatan Natasya.

untungnya Remus dan Sirius segera menarik mundur tubuh gadis Slytherin itu, menjauhkannya dari Lily yang terkena imbas karna berusaha melindungi sahabatnya. meninggalkan James dalam keterkejutan kala melihat darah yang keluar dari kepala gadis yang dicintainya.

dan sejak saat itu kebencian James pada Natasya semakin membesar mengakibatkannya kehilangan kesadaran dan melemparkan kutukan pada tubuh sang gadis yang ditahan oleh kedua sahabatnya.

walau tubuh sang gadis berakhir menabrak dinding dengan sangat keras hingga membuat mulutnya mengeluarkan cairan merah, Natasya sama sekali tidak menangis sambil memohon-mohon pada James.

lalu sekarang? apa ini? apa perempuan yang bersimpuh di jalanan sembari meminta maaf padanya ini adalah orang yang sama dengan yang melukai Mckinnon dua tahun yang lalu?

"Natasya..hey! kau baik-baik saja" James berjongkok. menyamakan tingginya dengan sang gadis. saking kalutnya ia sampai memanggil nama depan perempuan itu sembari mengguncang bahunya.

"baiklah tadi itu keterlaluan.. aku minta maaf ok? jadi tolong berhenti menangis karna aku tidak punya permen untuk menghibur mu" bukannya berhenti. Natasya malah semakin menjadi berteriak memukul-mukul bahu James dengan brutal hingga membuat pria itu menjerit kesakitan.

oh ayolah ini bahkan jauh lebih parah ketimbang menghadapi Remus di saat bulan purnama!

"Reggie! aku mau Reggie!" tanpa menghentikan aksinya pada tubuh sang pria, Natasya menyebutkan satu nama yang agak tak asing di telinga James. sukses membuat pria itu menggendong Natasya tanpa aba-aba, membawanya berteleportasi ke kediaman Remus.

"SIRIUS! REMUS!" James menggila, memanggil nama kedua sahabatnya yang nampak asik bermain catur di ruang tengah tak memperdulikan kehadirannya sama sekali.

Remus yang pertama sadar lantas berlari, meninggalkan Sirius yang kakinya terbentur meja akibat berlari menyusul remus.

"wow men~ bisakah kau mengecilkan suara mu? ini sudah tengah malam" Sirius mendekat, terkejut dengan suara tangis yang keluar dari sosok perempuan yang digendong oleh sahabatnya.

tak berbeda jauh dengan Remus yang kalang kabut merapikan sofa usangnya agar bisa ditiduri sang gadis.

"tenangkan dia disini James"

James membaringkan Natasya yang masih merengek membuat pria itu mengacak rambutnya frustasi. "Jangan diam saja Padfoot! lebih baik kau panggil seseorang bernama Reggie kemari! gendang telinga ku hampir pecah mendengar rengekannya!" benar saja setelah mengatakan itu Natasya makin kuat menangis melempar bantal sofa pada Remus dan James yang berusaha menghindarinya.

"demi merlin apa yang kau lakukan pada Natasya, Prongs?" Sirius tak lantas menuruti perintah James. keturunan Black itu memilih untuk mendekati Natasya yang terlihat kacau dengan tubuh bergetar ketakutan.

satu hal yang dipikirkannya saat ini.

"Regulus akan membunuh kita semua"

lemparan kerikil yang hampir mengenai salah satu jendela besar dari kejauhan itu sukses membuat Sirius mengumpat, menyangkan kemampuannya sebagai Chaser griffindor yang memudar entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lemparan kerikil yang hampir mengenai salah satu jendela besar dari kejauhan itu sukses membuat Sirius mengumpat, menyangkan kemampuannya sebagai Chaser griffindor yang memudar entah kemana.

demi kematian Orion! jika bukan karna aura sihirnya yang dapat terbaca oleh perlindungan di kediaman Black, Sirius pasti sudah meledakkan kamar adiknya itu dan menyeret keluar Regulus.

bukannya bersembunyi sembari melemparkan bebatuan kecil dari jarak yang tak wajar. Sirius bahkan yakin jika ia mati dibunuh oleh orang lain pun tidak akan ada yang tau!

terlihat bodoh karna sosok yang dicari-cari olehnya kini berada tak jauh dibelakangnya, menatap datar kearah Sirius yang terlihat seperti tahanan azkaban yang baru saja melarikan diri.

"kau kehabisan uang?" Sirius terperanjat. hampir menjerit jika saja pamannya Alphard tidak segera membungkam mulutnya, menyeret tubuh keponakannya itu menjauhi Mansion.

"apa yang kau pikirkan? kau mau mati dengan muncul seperti itu setelah diledakkan dari pohon keluarga" Alphard memukul kepala keponakannya, memastikan kalau otak pemuda itu masih berada di tempatnya.

"makannya aku bersembunyi!" tak terima Sirius balas menunjuk pamannya. menangkap sosok lain yang berdiri tak jauh diantara mereka "Regulus adik ku!" mendramatisir. Sirius berjalan menghampiri Regulus dengan tangan terbuka lebar. sebelum bunyi kuat antara pertemuan tembok dan tubuh pria itu membuat Alphard menggeleng maklum.

sudah sangat jelas kalau kejadian barusan dilakukan oleh Regulus dalam keadaan sadar dan memang punya dendam pribadi pada kakaknya.

"katakan apa yang kau inginkan! sebelum aku melenyapkan mu!"

Sirius mengangkat kedua tangannya, berjalan tertatih-tatih ke arah Alphard "Oh ayolah... bisakah kalian bersikap normal pada ku? aku juga bagian dari Black" Senyum bodoh menghiasi wajah Sirius. lagi-lagi membuat kedua black yang lain tak habis pikir.

bukankah pria itu sendiri yang memutuskan untuk keluar dari pohon keluarga?

Sirius ingat alasannya kemari adalah untuk membawa serta Regulus ke rumah Remus. jadi tanpa mau berbasa-basi pada dua orang yang memang sangat ingin ia temui. pemuda itu akhirnya membeberkan alasan kehadirannya.

"kau dicari oleh ratumu Reggie"
















[disarankan agar pembaca memberikan feedback agar saya bisa jauh lebih baik dalam membawa anda sekalian ke dalam dunia fiksi yang saya buat]




The Stories of Natasya RomanoffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang