When I Fly Towards You (COMPLETED)

86

Bab 44 bagian 1
　　
Terkadang, saya pikir.
　　
Ini seperti aku berkencan dengan seorang pria.
　　
——Zhang Lurang
　　
Dengan wajah dingin, Zhang Lurang meremas kertas di tangannya dan membuangnya ke tempat sampah di sebelahnya.
　　
Dia segera turun ke Kantor Urusan Akademik di lantai dua.
　　
Di dalam, ada dua siswa yang mengantri untuk merevisi sukarelawan mereka.
　　
Zhang Lurang berhenti dan menunggu di sampingnya.
　　
Dia mengangkat teleponnya dan menemukan foto di album.
　　
Setelah melamar ujian di situs web sebelumnya, dia memotretnya untuk dilihat Su Zaizai.
　　
Segera, salah satu siswa selesai merevisi dan keluar dengan kertas yang baru dicetak.
　　
Zhang Lurang berjalan mendekat dan melihat guru membuka situs web untuknya.
　　
Dia membungkuk dan perlahan memasukkan nomor tiket masuk dan kata sandi.
　　
Ketika dia menekan tombol Enter, telapak tangan dia berkeringat dengan gugup, dan jakun dia berguling tanpa sadar.
　　
Berhasil masuk dan masuk.
　　
Zhang Lurang menghela nafas lega, dan dengan cepat merevisi keinginannya sesuai dengan gambar di teleponnya.
　　
Setelah mengisinya, dia dengan sabar memeriksanya dua atau tiga kali sebelum memastikan.
　　
Guru memegang mouse, meliriknya, dan bertanya: "Apakah Anda yakin kali ini?"
　　
Zhang Lurang mengangguk, dan tiba-tiba bertanya: "Guru, setelah saya tanda tangan, dapatkah saya mengubah pilihan saya lagi?"
　　
Guru hendak Membantu dia mencetak formulir sukarelawan.
　　
Mendengar ini, gerakan tangannya langsung berhenti, dan dia mengerutkan kening dan berkata, "Tentu saja belum, kamu belum memikirkannya?"
　　
Mendengar jawaban yang tepat, Zhang Lurang akhirnya melepaskan kekhawatirannya, dan mengucapkan terima kasih dengan lembut. .
　　
“Pikirkan, terima kasih guru.”
　　
Setelah ditandatangani, serahkan kepada kepala sekolah.
　　
Zhang Lurang meninggalkan kantornya dan berdiri di luar pintu sebentar.
　　
Setelah beberapa saat, dia kembali sadar dan berjalan keluar sekolah.
　　
Karena tidak ada batasan waktu untuk menandatangani, para siswa datang silih berganti.
　　
Sekolah B Tengah berada di dekat laut, di jalan batu yang panjang, sesekali beberapa siswa datang menemui mereka dengan senyum bahagia di wajah mereka.
　　
Di sisi lain pagar, air laut di bawahnya menghantam jembatan batu, menimbulkan suara gemercik.
　　
Zhang Lurang tiba-tiba berhenti, bersandar di pagar dengan satu tangan.
　　
Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Zhang Luli.
　　
Setelah menerima telepon lagi dari Zhang Lurang, suasana hati Zhang Luli masih tinggi.
　　
"Halo? Kakak! Apakah kamu ingin aku membantumu?"
　　
Zhang Lurang menatap ombak di bawah, dan terdiam sesaat.
　　
Dia berpikir sejenak, dan bertanya dengan lembut, "Apakah aplikasi ujian masuk perguruan tinggimu telah diubah oleh orang tuamu?"
　　
Suara Zhang Luli berhenti, dan dia menjawab dengan patuh.
　　
"Relawan saya diisi untuk saya."

"..."
　　
"Tapi saya benar-benar ingin memilih kedokteran klinis di Universitas T." Zhang Luli berkata sambil tersenyum, "Tapi mereka tidak mengizinkan saya, jadi saya pikir lupakan saja"
　　
Setelah berbicara lama sekali, Zhang Luli tiba-tiba menyadari: "Saudaraku, keinginanmu telah diubah?"
　　
Ujung jari Zhang Lurang mengetuk pagar tanpa sadar.
　　
Mendengar ini, dia menjawab dengan santai: "Baiklah, saya akan menutup telepon dulu."
　　
Mendengar jawaban tegas, suara Zhang Luli menjadi cemas.
　　
"Lalu apakah kamu sudah mengubahnya kembali? Apakah sekolah masih bisa mengubahnya? Apakah sudah ditutup kemarin ..."

"Ah Li." Zhang Lurang membungkukkan bibirnya dan berkata perlahan, "Aku tidak akan kembali lagi ke Kota B."
　　
Ujung lainnya terdiam, dan segera berkata "oh".
　　
Zhang Lurang menutup telepon.
　　
Dia tinggal di tempatnya untuk sementara waktu, dan akhirnya mau tidak mau menelepon ibu Zhang.
　　
"Halo, Rang?"
　　
Zhang Lurang berkata dengan tenang, "Apakah kamu mengubah keinginanku?"
　　
Ibu Zhang tampak terkejut sesaat, dan dengan cepat menjelaskan: "Universitas Z terlalu jauh dari rumah, kamu pergi ke universitas ketika kamu di sekolah menengah Ibu khawatir tentang belajar di Kota Z setiap hari ..."
　　
Zhang Lurang memotongnya.
　　
“Sudah kubilang, aku ingin pergi ke sana.”
　　
Perlawanannya tampak sedikit kesal, dan suara Ibu Zhang perlahan-lahan tenggelam.
　　
"Pikirkan sendiri. Setelah lulus dari Universitas B, kamu akan langsung bekerja di perusahaan ayahmu. Jalan yang luar biasa, kami telah membukanya untukmu, semuanya untuk kebaikanmu sendiri. "

Zhang Lurang sepertinya mendengarkan tidak ada yang masuk.
　　
Matanya seperti genangan air yang tergenang, tanpa gelombang.
　　
"Aku mengubahnya kembali."
　　
Orang di ujung telepon menarik napas.
　　
Tiba-tiba, suara ibu Zhang menjadi tajam: "Mengapa kamu mengubahnya? Bukankah kemarin batas waktu?"
　　
Mendengar ini, Zhang Lurang tiba-tiba mengerti sesuatu.
　　
Dia sedikit berterima kasih, tetapi bertanya dengan mencela diri sendiri: "Apakah kamu tidak tahu mengapa saya ingin pulang?"