Chapter 4

38 5 0
                                    

Pandangan Estefania menerawang menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Jam di atas nakas menunjukkan pukul 00.02 dini hari tetapi kedua mata Estefania masuh tidak bisa terpejam. Ia mengingat kejadian pagi tadi di sekolahnya, bagaimana kecelakaan itu terjadi. Estefania mengusap bibir bawahnya pelan dan masih bisa merasakan bagaimana bibir Noah menyentuh bibirnya. Tadi sewaktu pulang sekolah Estefania cepat-cepat menggosok giginya dan membasuh mulutnya, tetapi rasa itu tidak hilang. Bahkan Estefania menggosok keras bibirnya hingga kemerahan bermaksud untuk menghilangkan rasa bibir Noah tetapi hasilnya nihil. Yang ada Estefania meringis kesakitan karena bibirnya terasa panas akibat digosok terlalu kencang.

Hari ini pun Estefania sudah berkumur sebanyak enam kali tetapi sama saja, ia masih bisa merasakan rasa bibir Noah. Estefania masih mengusap halus bibir bawahnya dan mencecapnya sedikit, sungguh ia masih bisa merasakan bibir Noah di sana. Arghhh!!!! Estefania mengacak rambutnya dan membalikkan badannya, ia menutup kepalanya rapat-rapat menggunakan bantal. Sedetik kemudian ia bangun dengan terbatuk-batuk karena merasa sesak napas.

Estefania melirik sekali lagi jam di atas nakas dan ia mengembuskan napas kemudian menyamirkan selimutnya dan turun dari ranjang. Telapak kakinya menyentuh keramik dingin dengan cepat ia melangkah memasuki dapur untuk mengambil segelas air dan meminumnya hingga tandas. Setelahnya Estefania kembali berbaring di ranjang dan memejamkan mata berharap kali ini ia bisa tertidur. Benar saja lima menit kemudian kegelapan menyeretnya ke alam mimpi.

"Sial ini semua gara-gara si tikus got nih, semoga nanti aku tidak bertemu dengan dia." Gumam Estefania sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit, ini baru pertama kalinya dalam sejarah Estefania datang terlambat ke sekolah. Ia menambah kecepatan larinya dan mencengkram tali tas punggungnya.

Kembali Estefania mendumbel falam hati kenapa bisa-bisanya ia bangun kesiangan. Saat Estefania sibuk dengan pikirannya sendiri, seseorang menarik tasnya dari belakang hingga membuat Estefania mundur beberapa langkah. Untung saja ia tidak terjatuh akibat tarikan itu. Estefania murka siapa yang sudah berani bermain-main dengan dirinya? Apa orang ini tidak waras, apakah ia tidak tahu waktu sekarang ini Estefania sedang terburu-buru!

"Heh .... " baru saja Estefania hendak marah besar tetapi urung saat melihat wajah si pelaku. Estefania tersentak beberapa waktu melihat wajah Noah muncul dari balik punggungnya. Estefania menelan ludah dan mencoba memalingkan wajah menahan malu.

"Es teh dingin kamu juga terlambat hari ini? Tumben banget sih anak panutan kayak kamu dateng terlambat ke sekolah." Noah menyengir menatap wajah Estefania yang bersemu merah. Sedangkan Estefania hanya mengangguk pelan masih memalingkan wajahnya.

"Ada apa dengan wajahmu? Jangan bilang kamu sedang malu?" Ucap Noah lagi masih memerhatikan rona merah yang muncul di kedua pipi Estefania.

Estefania memutar bola matanya jengkel dan mendorong Noah dengan punggungnya. "Lepaskan tanganmu, siapa yang malu dan untuk apa aku malu?"

"Bukankah kamu satu-satunya murid teladan di Malorine School tetapi sekarang Kamu ada di luar gerbang bersamaku." Noah memicingkan mata.

"Terus," Estefania menaikkan satu alisnya melihat tampang Noah yang begitu menyebalkan.

"Kamu terlambat sama seperti aku." Noah mengendikkan kedua bahunya sambil menyugar rambutnya. Astaga!! Kenapa lelaki ini bisa terlihat tampan sekaligus menyebalkan di saat seperti ini! Ck. Gerutu Estefania dalam hatinya. Sial, kenapa ia harus memikirkan ketampanan si tikus got ini bukankah harusnya ia memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa masuk ke dalam sekolah karena gerbang sekolah sudah terkunci.

"Ayo," Noah menarik tangan Estefania yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Hah," Estefania terlihat linglung tetapi tetap mengikuti langkah Noah.

"Apa kamu mau terus diam di sini sampai dipergoki oleh Kepala Sekolah dan diberikan hukuman karena datang terlambat." Noah terus menarik tangan Estefania, mereka berlari menuju belakang sekolah.

"Kamu ngapain ngajak aku ke sini? Jangan bilang kamu mau ngajak aku bolos sekolah," Estefania menepis tangan Noah dan menampilkan tampang dinginnya dengan mata memicing, "jangan kira aku mau ikut membolis sepertimu, asal kamu tahu ya kamu harus berani bertanggung jawab atas perbuatanmu sendiri termasuk sekarang ini. Walaupun mendapat hukuman kamu harus menerimanya sebagai konsekuensi kamu melanggar aturan sekolah," jelasnya kembali hingga membuat Noah mengembuskan napas.

"Siapa yang bilang kita mau bolos?"  Decak Noah mengambil kuda-kuda.

"Terus ngapain kamu ngajakin aku ke sini?" Estefania menaikkan saru alis dan melipat kedua tangan di dada.

Sedetik kemudian Noah sudah ada di atas tembok dan mengulurkan satu tangannya untuk Estefania. "Udah deh jangan banyak ceramah ayo."

Estefania melotot tak percaya dengan apa yang di lihatnya. "Kamu mau ngajak aku lompat tembok! Kamu gila ya, kalau aku sampai jatuh dan patah tulang gimana?"

"Ngga kok, kamu ngga bakalan jatuh percaya deh sama aku." Noah masih mengulurkan satu tangannya. Estefania berpikir dan menatap bergantian pada tangan Noah dan wajah lelaki itu yang begitu meyakinkan. Dengan ragu Estefania meraih tangan itu dan menaiki satu pohon besar di samping tembok dan menaiki tembok. Setelahnya Noah terlebih dahulu melompat turun sedetik kemudian lelaki itu kembali menjulurkan kedua tangannya bertujuan untuk menopang tubuh Estefania saat melompat turun agar tidak jatuh.

"Hati-hati." Ucap Noah membantu Estefania turun.

"Terima kasih." Ucap Estefania setelah mereka berhasil melompati tembok sekolah dengan selamat. Tadinya Estefania akan menuntut Noah dengan beberapa pasal jika dirinya sampai terluka saat melompat tembok. Untung saja ia mendarat dengan sehat walafiat.

"Ayo cepet keburu Mr. Yosh masuk kelas bisa bahaya kalau dia tahu kita telat." Noah merapikan tas punggungnya.

"Mr. Yosh?? Bukannya dia harusnya sudah masuk kelas dari tadi ya. Dia kan dapet ngajar dijam pertama."

"Oh itu, Mr. Yosh terpaksa masuk di jam kedua karena dia ada urusan jadi ngga bisa ngajar di jam pertama."

"Kamu tahu darimana?"

"Dari Kenzie tadi dia wa aku sebelum aku berangkat ke sekolah."

"Tunggu dulu, kalo Mr. Yosh ngajar di jam kedua terus di jam pertama diganti sama guru siapa?" Estefania tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Ngga ada."

"Maksudnya?"

"Ya kosong lah."

"Jadi maksud kamu di kelas lagi jam kosong karena Mr. Yosh ngajar di jam kedua. Itu berarti lagi ngga ada guru kan!?"

"Iya emang."

"Terus kamu ngapain ngajakin aku lompat tembok? Kenapa kita ngga masuk dari gerbang aja? Kan tinggal bilang ke Security kita mulai belajar di jam kedua. Bukannya di Malorine ada kebijakan, kalo kelas kita belajar di jam kedua boleh dateng mepet waktu ya, biar kita ngga ganggu kelas lain saat belajar." Protes Estefania.

"Tapi tadi seru juga kan."  Noah menyengir memasukkan kedua tangannya di saku celana.

Astaga Noah emang bener-bener astghjkck ingin sekali Estefania berkata kasar. Lelaki ini kenapa tidak mengatakan lebih awal jika jam pertama di kelasnya adalah jam kosong jika rahu begitu ia tidak akan mau susah-susah mengikuti Noah memanjat tembok.

"Noah ...." belum saja Estefania melanjutkan ucapannya Noah menyela dengan cepat.

"Udah deh cepet jalan kamu jangan terlalu kaku," Noah berdecak menatap Estefania tanpa ekspresi, "dasar es teh dingin," lanjutnya kembali kemudian berlalu dari sana meninggalkan Estefania yang masih menahan amarah.

Primavera
Rabu, 21 June 2023 🌹🍀❤

LOVE THE ICE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang