Chapter 13

18 3 0
                                    

Estefania menatap lekat kedua manik mata Noah bukan hanya itu saja bahkan Estefania memerhatikan bentuk wajah lelaki itu yang begitu simetris. Ternyata dalam jarak sedekat ini Estefania bisa melihat kulit wajah Noah yang terlihat halus tanpa pori-pori Noah juga memiliki bentuk alis yang bagus dan tebal. Bulu mata lelaki itupun begitu lentik hingga membuat Estefania merasa iri dalam hatinya bagaimana bisa seorang lelaki memiliki wajah yang begitu sempurna dan secantik  itu.

Dalam hati Estefania merasa iri akan kesempurnaan wajah yang dimiliki oleh Noah. Sejenak Estefania lupa akan kesakitannya setelah terkena benruran bola voli yang cukup keras.

"Apa kau sudah puas menatap wajahku?" Noah yang sedari tadi sibuk mengelap darah di area hidung gadis itu kini mengalihkan tatapannya ke kedua mata Estefania. Noah menatap tepat di manik mata Estefania.

"Hah," Estefania mengerjap sekali tiba-tiba isi kepalanya kosong mendapat pertanyaan dari Noah.

Estefania merasa suaranyabtertahan di tenggorokan entah kenapa ia seolah terhipnotis oleh tatapn Noah. Mereka saling menatap dan terdiam cukup lama. Hingga tanpa sadar Noah makin menunduk dan mrmbuat jarak begitu dekat diantara mereka.

Saking dekatnya Estefania bisa merasakan deru napas Noah pada wajahnya. Estefania mengerjap sekali dan sedetik kemudian tanpa ia sadari bibir Noah sudah mendarat di bibirnya. Bibir mereka berdua saling bertautan dan Estefania masih bergeming.

Noah yang merasakan tidak ada perlawanan dari Estefania kembali melanjutkan dengan melumat pelan bibir ranum gadis itu. Ia mencecap bergantian bibir atas dan bawah Estefania merasakan rasa bibir gadis itu di mulutnya. Estefania memejamkan matanya merasakan sensasi dari ciuman itu. Tanpa sasar gadis itu membalas ciuman Noah. Lama mereka berciuman hingga pintu UKS tiba-tiba terbuka dan terdengar langkah seseorang memasuki ruangan yang membuat akhirnya Noah menghentikan ciumannya cepat.

"Noah gawat!" Seru Kenzie dengan napas terengah.

"Hemm ..." Noah hanya berdehem menangapi ucapan Kenzie sembari menyugar rambutnya.

Kenzie yang merasa aneh dengan sikap temannya itu menaikkan kedua alisnya dan menatap bergantian Noah dan Estefania. "Sepertinya ada yang aneh pada kalian berdua, seperti ada sesuatu yang kalian sembunyikan," ucap Kenzie menunjuk mereka berdua dengan telunjukknya.

Noah melirik Estefania sekali yang berguling memunggungi dirinya dan kembali berdehem untuk mengalihkan perhatian Kenzie, "ehem ada apa kamu lari kencrng kayak kesetanan," lanjut Noah.

"Oh iya itu mereka lagi jambak-jambakan tuh di lapangan. Aku sama Ershan ngga bisa melerai mereka, kita berdua nyerah deh." Kenzie menunjukkan bekas cakaran di tangannya, "tuh kamu lihat kan aku sampe kena cakar mereka nih," lanjutnya kembali.

"Memang siapa yang berkelahi?"  tanya Noah.

"Siapa lagi kalo bukan geng Clarina dan duo ceriwis di kelas kita. Cepet bantuin aku sama Ershan melerai mereka sebelum mereka membakar gedung sekolah kita akibat pertengkaran mereka yang begitu berapi-api." Jelas Kenzie sambil mengambil betadine dan hansplast yang ada di kotak p3k. Ia mengibati lukanya sambil sedikit meringis menahan perih.

"Maksud kamu Erlita dan Dizta ngelawan gengnya si Clarina." Kini Estefania berbalik mendengar ucapan Kenzie sedangkan Noah sudah lebih dulu berlalu dari sana tahu siapa yang dimaksud oleh Kenzie.

"Yoi siapa lagi," jawab Kenzie sudah selesai mengobati lukanya. "Eh Es Teh Dingin kamu mau kemana? Kamu diem aja di sini kamu kan lagi terluka." Kenzie menarik ujung baju Estefania dan mendudukkan gadis itu kembali di atas ranjang.

"Nyari mereka juga lah emang kemana lagi." Estefania memutar bola matanya dan berdecak.

"Ngga usah kamu pinjemin aku ini aja." Mata Kenzie melirik ke tas Estefania yang terbukan dan salah satu tangannya dengan cepat mengambil buku kesiswaan itu dari dalam tas.

"Kenzie itu buku kesiswaan mau kamu apain?" Estefania berteriak pada Kenzie yang berlari keluar ruangan.

"Mau kasih sangsi ke mereka biar damai." Kenzie yang sudah berada di luar ruangan melongok dan menunjukkan buku itu ke udara kemudian berlari lagi menuju lapangan.

Estefania yang ditinggalkan sendiri di ruang uks mendesah dan memijat ujung hidungnya kemudian kembali berbaring. Ia memejamkan kedua matanya mencoba menenangkan diri akan kekacauan yang di buat oleh teman-temannya tetapi sedetik kemudian ia membuka matanya kembali.

Estefania menepuk pipinya pelan dengan telapak tangan ketika mengingat ciumannya tadi dengan Noah. Astaga ia merasa sangat malu bisa-bisanya Estefania lepas kendali dan membalas ciuman itu. Tidak bisa, tidak bisa Estefania tidak bisa menjadi gadis genit seperti ini. Ia kembali memejamkan matanya dan memiringkan tubuhnya ke kanan. Estefania tidak tahu bagaimana harus menghadapi Noah nantinya jika begini.

***

"Ini semua gara-gara kalian." Erlita mendelik tajam pada Clarina dan teman-temannya

"Kalian tuh yang duluan bukan kita," balas Gisa tak kalah sengit membela diri.

"Udah-udah jangan ribut lagi kalian semua ini apa ngga puas setelah membuat keributan tadi. Masih aja mau memulai keributan kembali." Yumna memukul-mukulkan penggaris kayu di telapak tangannya.

"Tapi Mrs Yumna bener kok bukan kami yang ... " Dizta mencoba membela diri tetapi terhenti.

"Udah udah jangan mulai lagi, kalian semua dihukum di sini sampai jam pulang sekolah mengerti," ucap Yumna final tanpa bisa dibantah lagi.

Dizta, Erlita, Gisa, Jane, dan Clarina sedang dihukum bertimpuh di tengah lapangan dengan kedua tangan dinaikkan ke atas. Walaupun penampilan mereka saat seperti sebuah boneka boneka rusak akibat pertengakaran mereka tadi. Yumna tidak memberikan keringanan pada mereka sedikitpun. Mereka berlima tetap mendapat hukuman bertimpuh di tengah lapangan akibat sudah membuat kekacauan di sekolah.

"Yah tapi Mrs ..." Jane mencoba membujuk Yumna tetapi ia berakhir mendapat delikan dari Yumna.

"Ngga ada tapi tapi lagi," ucap Yumna penuh penekanan dan memilih berlalu dari sana.

"Kalian denger tuh kata Mrs. Yumna. Kalian itu sudah melanggar peraturan sekolah jadi kalian harus menerima hukuman itu." Kenzie terkekeh puas penuh dengan ejekan di setiap katanya.

Tadi ia langsung mencatat perbuatan mereka semua di buku kesiswaan yang diambilnya dari Estefania dan buru-buru menyerahkannya pada Yumna agar mereka mendapat hukuman. Kenzie juga mencatatkan bagaimana geng Clarina mencakar, menggigit dan menendang wajah Ershan dan dirinya ketika mereka berusaha melerai pertengkaran sengit itu.

Kenzie dan Ershan bermaksud baik memisahkan mereka dengan memegangi Dizta dan Erlita tetapi tak disangka mereka berdua juga menjadi korban kebrutalan geng itu.

"Eh Kenzie awas kamu ya. Kita bakal buat perhitungan sama kamu." Claruna mendelik tajam tak terima lelaki itu mengadukan mereka ke guru.

Sementara Kenzie ribut dengan geng Clarina, Dizta, dan Erlita hanya diam memerhatikan. Sepertinya mereka sedang malas ikut ribut-ribut setelah tenaganya terkuras tadi saat perkelahian berlangsung. Lebih baik mereka menjalani hukuman dengan tenang tanpa gangguan.

"Heh geng jamur Ngga usah ngancem-ngancem deh yang ada kalian yang bakal aku gebukin mau. Lihat noh gegara kalian si Ershan jd gitu belum lagi ini. Isi ngancem segala lagi." Kenzie berkacak pinggang dan menunjuk Ershan di belakangnya dengan dagu. Ershan terlihat masih meringis dengan ujung bibir berdarah dan pipi bengkak akibat tendangan dari Gisa.

"Heh itu kaliannya aja yang lemah jadi laki masa segitunya sampe ikut babak belur." Gisa berdecak memutar kedua bola matanya meremehkan Kenzie dan Ershan.

"Kalo ngga inget kalian cewek udah aku gebukin kalian satu-satu."

"Udah Kenzie mending kamu anterin aku ke uks deh sekarang daripada ikut ribut ma mereka. Kamu kayak ngga tahu aja kalo ribut ma cewek ngga bakal ada ujungnya." Ershan menepuk pundak Kenzie dan berjalan pincang sepertinya selain wajahnya kakinya juga cedera.

"Kamu bener juga Ershan mending kita pergi dari sini." Kenzie dan Ershan berlalu dari sana.

Primavera,
Sabtu, 15 July 2023 🍀🌹

LOVE THE ICE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang