Chapter 17

20 3 0
                                    

"Kau yakin tidak ikut dengan kami Estefania?" Jun mengambil jaketnya yang tersampir di kursi dan melihat Estefania memebereskan berkas di atas mejanya.

Hari ini teman-teman satu kantornya berencana akan pergi ke karaoke setelah berhasil menyelesaikan projek di salah satu PH. Untuk merayakan kerja keras mereka selama beberapa bulan ini. Saat ini Estefania sedang bekerja di salah satu penerbit besar di Kota Seoul. Setelah lulus dari kuliah Estefania memutuskan pindah dan mencari kerja di Seoul.

Penerbit Writerna menjadi salah satu sasaran Estefania ketika wnaita itu pertama kali pindah ke Seoul. Bukan tanpa alasan Estefania bekerja di sana. Ia merasa buku dan dirinya tidak dapat dipisahkan sejak ia kecil. Estefania yang hobi membaca buku dan kadang juga menulis sesekali saat moodnya bagus merasa sangat cocok bekerja di penerbitan.

Beruntung Estefania diterima dan dipercayakan untuk menjadi salah satu editor di penerbit Writerna. Satu hal lagi yang membuat Estefania senang bekerja di penerbit ini adalah. Penerbit ini sudah menerbitkan puluhan karya dari penulis yang membuat para penulis sukses dengan karya mereka yang di filmkan maupun di jadikan webseries. Penerbit Writerna sudah bekerja sama dengan beberapa PH besar di Korea.

"Iya aku ingin langsung pulang dan tidur untuk meredakan sakit kepalaku." Estefania kemudian mengenakan blazernya yang berwarna coklat.

"Baiklah selamat istirahat kalau begitu," ucap Jun tersenyum.

"Sampai jumpa besok Estefania." Aera melambai pada Estefania.

"Sampai jumpa selamat bersenang-senang untuk kalian semua." Estefania kemudian berjalan keluar dari ruangan.

Esetfania mengeratkan blazernya ketika angin malam menusuk kulitnya bukan hanya kulit wanita itu, angin malampun seolah membelai rambut Estefania yang tergerai dan menutupi sebagian wajahnya. Estefania bergerak menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Ia berjalan perlahan diantara keramaian kota, ia melirik sekali sepasang muda mudi berpakaian seragam sekolah saling berpelukan di pinggir jalan. Estefania memalingkan wajahnya cepat dan menatap langit malam dengan pikiran menarawang.

Dulu ia juga sebahagia itu saat dirinya masih bersama Noah. Ah bicara soal Noah, Estefania kembali teringat bagaimana lelaki itu menutupi tubuh mereka berdua menggunakan jaket saat mereka berlari di tengah hujan. Walaupun setengah tubuh mereka basah, mereka masih bisa tertawa dan merasa begitu senang.

Bukan hanya itu, Estefania ingat bagaimana saat Noah membelikannya es krim di toko klontong saat cuaca sangat terik. Setelahnya mereka bermain ayunan di taman dengan begitu bahagia. Tetapi itu dulu, dulu sekali sebelum akhirnya Noah menghancurkan hatinya menjadi abu. Mata Estefania kembali berkaca-kaca saat mengingat masa indah itu dan mengumpat pelan, "astaga maskaraku jangan sampai luntur. Aku membelinya dengan harga mahal," umpatnya sambil berjalan hingga seorang perempuan paruh baya menoleh dan menatapnya sinis.

"Persetan dengan tatapanmu Ajumma," umpat Estefania cukup keras hingga wanita itu kembali menoleh dan menghentikan langkahnya.

"Hai apa yang kau katakan?! Apa kau mabuk anak muda?!" Wanita paruh baya itu marah dan menunjuk Estefania tetapi ia ditenangkan oleh temannya yang lain sedangkan Estefania tetap melanjutkan langkahnya tanpa menoleh.

Sedetik kemudian tanpa Estefania sangka terdengar suara debuman keras dari atas langit dan riunya suara sorak sorai tepuk tangan. Estefania menatap ke atas dan melihat taburan cahaya warna warni dari kembang api yang meledak di udara. Warnanya sangat indah Estefania menghentikan langkahnya hanya untuk menatap kembang api itu.

Setelah kembang api habis di lefakkan di udara, muncul seorang pria membawa seikat bunga mawar merah dengan malu-malu. Pria itu berlutut tepat di depan seorang wanita cantik berambut pendek dengan mengenakan dress berwarna biru muda. Wanita itu terlihat tersipu akan sikap sang pria.

"Will you marry me?" Pria itu membuka sebuah cincin berlian yang begitu indah

"Say yes, say yes, say yes." orang-orang yang berada di sekeliling mereka berteriak dan bertepuk tangan. Beberapa dari mereka bahkan mengabdikan momen itu di ponsel mereka.

"Yes, i will be yours," ucap wanita berambut pendek itu mengulurkan tangannya dan pria itu menyematkan cincin berlian di jari manis si wanita.

"Yeayyyy .... " tepuk tangan yang lain makin meriah saat melihat mereka saling berpelukan dan berciuman.

Estefania tersenyum getir dalam hatinya, tak disangka di perjalanannya pulang dari kantor ia masih mendapati adegan serupa dengan novel yang sering dibacanya. Saat harinya begitu melelahkan dengan begitu banyak kerjaan yang menguras energinya hari ini ia masih harus melihat hal semenyedihkan seperti ini.

Estefania kembali mengeratkan blazernya dan mempercepat jalannya. Setelah lima belas menit akhirnya Estefania sampai di apartemennya. Ah, akhirnya dia sampai juga. Perlahan wanita itu membuka pintu dan masuk kemudian melepas sepatunya. Hal peetama yang dilakukan Estefania saat berada di apartemen adalah mendaratkan bokongnya di sofa dan menyenderkan kepalanya kemudian memejamkan kedua matanya.

Rasanya seperti surga, ia terlepas dari kebisingan dan kepenatan pekerjaannya seharian ini. Estefania mengembuskan napasnya kemudia membuak perlahan kedua matanya saat mendengar satu pesan masuk di ponselnya.

"Estefania apa kau lembur hari ini atau tidak?" Satu pesan ia terima dari Erlita.

"Tidak memangnya kenapa?" Estefania mengetikkan pesan balasan untuk wanita itu.

"Aku mau menginap di apartemenmu." Balas Erlita kali ini menggunakan emotikon love.

"Baiklah." Estefania membalas pesan itu kemudian beranjak ke dapur. Estefania membuka kulkas dan menuangkan air ke dalam gelas kemudian meminumnya hingga tandas. Saat Estefania meletakkan gelas di meja ponselnya kembali bersuara tanda satu pesan masuk.

"Estefania sayang maafkan aku, hari ini aku batal menginap karena pacarku sudah mau meminta maaf padaku dan seperti yang kau tahu aku sebagai wanita yang pemaaf sudah memaafkannya dan kami sekarang sedang bersama." Erlita mengirimkannya pesan panjang lebar menyertakan foto ia dan pacarnya sedang duduk berpelukan di atas sofa.

"Cih dasar! Tahu begitu aku tidak membiarkannya menginap saja tadi," gumam Estefania berdecih kemudian ia mengetikkan pesan balasan untuk Erlita, "ingat jika kalian bertengkar lagi nanti jangan sampai mengusirnya kasian pacarmu di luar sangat dingin," ucap Estefania memperingatkan.

"Baiklah Estefania aku mengerti jika begitu aku tidak akan mengganggumu lagi oke." Kali ini Erlita mengirimkan stiker hati berwarna merah.

"Oke." Estefania menggeleng pelan dan meletakkan ponselnya. Ish dasar Erlita, lebih baik Estefania berendam air hangat agar rasa dingin ditubuhnya menghilang daripada ia memikirkan satu temannya yang agak sableng itu.

Setelah mandi Estefania akan meminum obat pereda sakit kepala dan beristirahat. Ia hari ini memang merasa pusing setelah mengedit beberapa naskah. Biasa mendekati waktu deadline pasti kepalanya serasa akan pecah saja dengan banyaknya tulisan yang harus ia baca dan edit. Untung saja besok hari sabtu dan ia libur bekerja jadi ia masih bisa beristirahat dengan tenang.

Primavera,
Sabtu, 22 July 2023 🌹🍀

LOVE THE ICE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang