Estefania membuka kedua matanya perlahan dan terduduk di atas ranjang. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kemudian mengusap-usap kedua matanya dengan tangan untuk memperjelas penglihatannya. Ia bengong beberapa detik hanya untuk mengingat-ingat dirinya. Ia mengusap keningnya dan teringat bahwa tadi ia terjatuh menggelinding di tangga dan sedang berada di UKS dan ternyata ia benar-benar ketiduran padahal Estefania bermaksud tidur sebentar untuk mengistirahatkan matanya saja.
Estefania menengok ke arah jendela dan sial! Langit di luar sudah terlihat gelap, ia gelagapan kemudian menghidupkan layar ponselnya. Jam tujuh malam angka jam sudah menunjukkan jam tujuh dan dirinya baru terbangun. Kenapa tidak ada yang membangunkan dirinya shit! Estefania mengumpat dalam hati. Ia menyibak selimut yang menutupi setengah dirinya kemudian menurunkan kedua kakinya perlahan.
"Biar aku bantu." Suara bariton itu membuat Estefania terlonjak dan hampir tersungkur ke bawah.
Estefania mendelik saat tahu pemilik dari suara bariton itu dan memperbaiki posisinya. "Noah kamu ngagetin aku tahu ngga sih."
Noah berdecak dan mengambil sepatu dan duduk di kursi kemudian memakaikan sepatu pada Estefania. "Kita udah seharian bareng-bareng kamu masih kaget."
"Hah." Estefania mengerutkan kedua alisnya menatap Noah yang masih sibuk mengikat tali sepatunya.
"Udah, ayo turun hati-hati, nih." Setelah selesai memakaiakan sepatu pada Estefania lelaki itu membantu Estefania turun dari ranjang dan memberikan tas gendong gadis itu.
"Terima kasih." Estefania mengambil tas gendong itu dan memakainya ia menatap Noah penasaran.
"Kalo kamu ngga ikhlas kamu ngga usah ngucapin terima kasih. Daripada kamu ngeliatin aku kayak gitu." Melihat tatapan gadis itu Noah memprotes dan menggaruk belakang kepalanya.
"Bukan, itu kenapa kamu masih di sini?" Estefania melongok menatap kanan dan kiri.
"Aku kan lagi sakit." Kilah Noah cepat.
"Ck, alasan." Estefania memutar bola matanya malas.
"Kamu ngga percaya nih aku sakit beneran uhuk ... uhuk ..." Noah mulai berakting seperti yang ia lakukan tadi untuk menipu Liny. Seperti Estefania percaya saja!
"Udah, udah ngga ada siapa-siapa di sini jadi kamu ngga usah akting lagi." Estefania memperbaiki letas tas gendongnya dan keluar dari sana di ikuti oleh Noah.
***
"Eh es teh dingin ngapain sih kamu ngeliatin aku kayak gitu banget." Noah menaikkan satu alisnya melihat tatapan membunuh yang diberikan Estefania pada dirinya. Sedari tadi gadis itu menatap tajam dirinya bahkan sesekali Estefania sengaja menghentikan langkahnya hanya untuk menatap Noah naik turun. Noah yang ditatap demikian merasa risih dan membalas tatapan itu tak mau kalah.
"Ngga, cuman heran aja kamu ngapain ngikutin aku daritadi?" Estefania memicingkan mata menatap lekat pada wajah Noah yang berubah sangat menyebalkan dimatanya.
"Lah siapa yang ngikutin kamu." Kilah Noah membela dirinya.
"Terus ini apa namanya." Estefania merentangkan kedua tangannya seolah menunjukkan keadaannya saat ini yang sedang dibuntuti oleh si menyebalkan Noah.
"Bukannya ini jalan umum ya dan siapa aja bisa jalan di sini tanpa pengecualian termasuk aku." Noah melongok kanan kiri memperhatikan jalanan yang cukup sepi.
"Iya tahu ini jalan umum maksudnya kenapa kamu jalan ngikutin aku lewat jalan ini juga kan kamu bisa jalan lewat jalan lain kan."
"Oh itu, aku mau pulang dan kebetulan kita searah jadi ya aku jalan lewat sini juga lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THE ICE QUEEN
RomanceEstefania Ayesha seorang yang memiliki wajah dingin, bukan hanya wajahnya tingkah lakunya pun tak kalah dinginnya dengan orang lain terlebih lagi terhadap lelaki. Estefania sangat jarang ralat tidak pernah menampilkan senyum di wajahnya terkadang te...