Chapter 16

23 3 0
                                    

Estefania mengenakan dress berwarna merah marun dengan rambut digerai menjuntai menutupi sebagian punggungnya yang terbuka oleh dress yang dikenakannya. Kakinya yang jenjang di balut high heel warna senada dengan dressnya yang membuat penampilannya makin memukau.

Make up wajahnya tidak mampu menuntupi aura dingin yang dikeluarkan wanita itu. Tetapi walaupun demikian kecantikan Estefania tidak berkurang sedikitpun. Wanita itu berjalan pelan mendekati tempat mempelai wanita sedang bersiap-siap.

Ketukan langkahnya membuat beberapa dari tamu undangan menatapnya lekat dan tak sedikit dari mereka memasang mimik terpesona oleh kecantikan wanita itu. Tetapi bukan Estefania namanya jika ia menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Wanita itu tetap melangkah tanpa menoleh sedikitpun.

Estefania kemudian menekan tombol lift yang pintunya terbuka ia masuk ke sana. Setelah di dalam lift ia menekan angka 5. Di dalam lift Estefania memerhatikan pantulan dirinya di pintu lift dan tersenyum kecil saat menyadari tampilan dirinya sekarang begitu dewasa dan berani. Ia memperbaiki letak rambutnya sekalia dan melipat kedua tangannya di dada.

Setelah pintu lift terbuka, ia keluar dan masuk ke sebuah ruangan besar yang di depan pintunya bertuliskan nama Dizta tertempel di sana cukup besar.

"Estefania akhirnya kamu datang." Dizta bergerak memeluk wanita itu dan Estefania membalas pelukan Dizta dengan erat.

"Tentu saja aku datang, bagaimana bisa aku tidak datang ke pernikahan sahabatku." Estefania melepaskan pelukannya dengan mata berkaca-kaca.

Ia tidak menyangka hari ini Dizta akan menikah dengan Do Yun  pria yang di kenalnya sejak kuliah. Mereka termasuk memiliki hubungan yang sangat awet. Bagiaman tidak mereka sudah berpacaran sejak awal masuk kuliah, mereka awal bertemu saat menjadi mahasiswa di univeraitas yang sama. Walaupun berbeda jurusan itu tidak masalah bagi Dizta.

Bahkan saat mereka berada di sunia kerja mereka masih menjalin hubungan dengan baik. Sungguh Estefania iri dengan hubungan mereka. Karena mereka berdua begitu setia satu sama lain hingga sekarang mereka memutuskan untuk menempuh hidup baru bersama. Estefania terharu, andai saja ia memiliki kisah cinta yang sama seperti sahabatnya ini tetapi apa boleh buat nasib percintaannya berbeda dengan Dizta. Tapi sudahlah ini hari bahagia sahabatnya ia tidak mau mengingat yang lalu-lalu. Estefania mengusap ujung matanya yang sedikit berair. Setelahnya Dizta dan Estefania tertawa bersama dan kembali berpelukan sekali lagi.

"Ya ampun aku sekangen itu dengan kamu," ucap Dizta melepaskan pelukan mereka. Benar saja Dizta sangat kangen dengan Estefania karena beberapa waktu lalu Dizta menghabiskan liburan di Kanada bersama Do Yun. Sedangkan saat ia sudah kembali ke Korea mereka sama-sama sibuk bekerja jadi intensitas pertemuan mereka menjadi sangat sedikit mereka hanya bisa bertegur sapa memalui chat wa saja.

"Aku juga," balas Estefania.

"Astaga ternyata kalian berdua memang melupakan aku." Erlita berdiri di ambang pintu dengan berkacak pinggang.

"Ck kau ini terlalu berlebihan Erlita itu hanya perasaanmu saja bagaimana bisa kami melupakanmu," decak Dizta memperbaiki gaun pengantinnya.

"Eleh, tadi aku sempat menelpon kalian berdua kenapa tidak satupun dari kalian yang mengangkat telponku. Aku juga chat di wa grup kenapa kalian tidak membalasnya." Erlita mendekati mereka dan melipat kedua tangannya di dada.

"Tunggu sebentar," ucap Estefania merogoh ponsel di dalam tas tangannya, "oh maafkan aku, aku tidak mendengar saat kau menelpon ponselku sedang dalam mode hening," kemudian ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas tangannya.

"Ish pantas saja." Erlita menggeleng pelan.

"Aku juga tidak mendengar suara ponselku, ah sudahlah toh juga kalian sudah datang." Dizta bergerak memeluk Erlita dan wanita itu membalas pelukan Dizta.

"Dizta selamat ya kamu sekarang sudah menjadi wanita yang paling bahagia bisa menikah dengan Do Yun." Erlita melepas pelukannya.

"Terima kasih."

Sedetik kemudian terdengar ketukan dari arah pintu, "untuk pengantin wanita silakan bersiap-siap sebentar lagi acaranya akan dimulai," ucap salah satu panitia berseragam hitam.

"Baiklah," sahut Dizta dengan sedikit gugup. Tahu sahabatnya itu sedang gugup. Estefania dan Erlita menggenggam tangan Dizta dan meremasnya pelan. Mereka bertiga saling bertatapan dan mengangguk kecil.

Pintu besar berwarna coklat itu terbuka perlahan dan cahaya lampu menyoroti kemudian pengantin wanita terlihat berjalan pelan memasuki areal pernikahan. Tepuk tangan riuh menenuhi ruangan gedung saat muncul dari balik pintu. Do Yun sang mempelai pria terlihat terharu dan menahan tangisnya ketika melihat Dizta naik ke atas altar mengenakan pakaian pengantin.

Wanita itu terlihat begitu cantik dibalut dengan gaun berwarna putih itu. Senyumnya tak memudar sedikit pun dari awal ia masuk. Hingga wanita itu sampai ke altar dan mengucap janji suci bersama Do Yun pancaran bahagia dari wajah gadis itu tak memudar begitu pula dengan Do Yun.

Sedangkan Erlita dan Estefania yang menyaksikan upacara pernikahan sahabtanya utu sempat meneteskan air mata. Yang satu karena terharu dan bahagia bisa melihat pernikahan shabat tercintanya. Sedangkan satunya meneteskan air mata karena sedang mengenang masalalunya yang tak seindah yang ia bayangkan.

Mengingat masalalunya hati Estefania terasa sakit kembali ia merasa hatinya merasa teriris. Hari itu dimana ia sudah berjanji akan bertemu dengan Noah tiba-tiba lelaki itu menghioang tanpa pesan satu pun. Awalnya mereka melalui hari seperti biasanya dan normal tetapi tak disangka lelaki itu mrninggalkan Estefania begitu saja tanpa pamit.

Awalnya Estefania mengira Noah sedang membuat kejutan untuk dirinya tetapi ternyata semua salah. Andai saja sejak awal ia tidak menerima pernyataan cinta dari Noah mungkin sekarang ridak akan terasa sesakit ini. Sampai sekarang sudah enam tahun sejak Noah meninggalkannya hatinya masih saja sakit.

Bahkan Estefania masih tidak bisa menerima cinta dari pria lain. Bukan karna ia tidak mau tetapi hatinya seperti menolak cinta yang datang. Hatinya seperti belum mampu menerima cinta yang baru. Sebenarnya Dizta dan Erlita selalu mengatur kencan buta untuk dirinya tetapi tetap tidak berhasil satupun. Sampai-sampai mereka berdua menyerah.

Bukan hanya Dizta dan Erlita, Kenzie pun terkadang mencoba mengenalkan Estefania dengan pria lain tetapi belum berhasil hingga Kenziepun menyerah pada akhirnya. Estefania mengambil tisu dan mengahpus jejak air matanya di wajahnya perlahan.

Ia mengerjap sekali dan mengembuskan napasnya perlahan mencoba untuk melupakan kejadian masa lalu yang menyakitkan itu. Bagaimanapun juga Estefania harus move on karena hidup terus berjalan. Diam-diam selama ini sebenernya Estefania menunggu kedatangan Noah tetapi sampai enam tahun lelaki itu tidak muncul dihadapannya.

Tidak munafik sebagai seseorang yang pernah mencintai Noah ia tidak bisa begitu saja melupakan lelaki itu dan sempat menaruh harap sedikit saja. Tetapi hasilnya nihil dan sekarang saatnya Estefania menyerah.

Primavera,
Jumat, 21 July 2023 🌹🍀

LOVE THE ICE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang