"Ngapain kamu di sini?" Estefania baru saja keluar dari rumah ia menaikkan kedua alisnya saat melihat Noah sudah berdiri di depan pagar.
"Lagi nungguin kamu," sahut Noah santai sambil memasukkan tangannya ke saku celana.
"Ngapain kamu nungguin aku."
"Biar bisa berangkat bareng ke sekolah." Mendengar jawaban Noah, Estefania celingak celinguk memerhatikan sekitar, "kamu lagi liatin apa?" Lanjut Noah mengikuti arah pandang gadis itu.
"Kamu ngga bawa mobil?"
"Aku ngga tahu kalo kamu mau dijemput pake mobil."
"Bukan, maksud aku bukannya biasanya kamu bawa mobil ya. Lagian aku juga ngga minta dijemput."
"Oh itu, mobil aku lagi mogok," Estefania hanya beroh ria sambil mengangguk pelan, "ayo cepet jalan nanti kita terlambat lagi," lanjut Noah menarik tangan Estefania.
"Eh eh tunggu dulu kamu ... "
"Udah kamu lama banget, aku ngga tahu kalo hari ini kamu cerewet banget sih." Noah tetap berlari kecil masih Menarik tangan Estefania.
"Heh ..."
***
Beberapa kali Estefania mengembuskan napas dan melirik Noah yang berdiri di sebelahnya sedangkan yang di lirik hanya diam berdiri dengan santai. Sebenarnya bukan hanya Estefania yang menatap Noah beberapa penumpang bis juga sesekali melirik Noah terutama kaum hawa. Bedanya Estefania menatap Noah dengan tatapan risih sedangkan yang lainnya menatap dengan rasa kagum akan ketampanan Noah.
Estefania dan Noah sedang berada di dalam bis, hari ini seperti biasa Estefania menumpang bis untuk pergi ke sekolah tetapi bedanya hari ini ia pergi bersama Noah. Seperti biasa setiap pagi bis akan dipenuhi oleh para penumpang yang akan berangkat ke sekolah maupun ke kantor dan Estefania sudah terbiasa kehabisan tempat duduk saat menumpang bis. Sebenarnya Estefania mengumpati Noah dalam hatinya karena lelaki itu sudah merusak paginya. Seharusnya Estefania menikmati waktu berangkat sekolahnya dengan tiang gembira tetapi hari ini perasaan itu di rusak oleh Noah Syden si biang menyebalkan.
Tidak cukup kemarin malam Noah mengacaukan harinya tetapi sekarang juga. Estefania bergumam serupa bisikan mengucapkan sumpah serapahnya. Estefania masih ingat bagaimana ia memaksa ralat mengusir Noah dari rumahnya setelah makan malam dengan susah payah. Setelah makan malam bukannya lelaki itu langsung pergi dari rumahnya tetapi ia malah mengajak Yesha, ayah Estefania untuk bermain catur.
Sialnya Yesha malah mengiyakan ajakan itu dan mereka bermain catur dengan tertawa-tawa yang membuat Estefania merasa ingin mengamuk seperti banteng. Estefania kira setelahia mengusir Noah dari rumahnya kemarin malam lelaki itu tidak akan datang lagi tapi nyatanya Noah tiba-tiba muncul di depan rumahnya pagi ini.
Saat Estefania larut dalam pikirannya supir bis tiba-tiba menginjak rem dengan cukup kencang hingga membuat tubuh Estefania hampir tersungkur untung saja Noah yang berdiri di sampingnya bergerak dengan sigap menangkap pinggang gadis itu dan menahannya agar tidak terjatuh.
"Kamu ngga apa-apa?" Tanya Noah menatap wajah Estefania lekat.
"Ngga aku ngga apa-apa." Estefania menepis tangan Noah dari pinggangnya dan memperbaiki posisi berdirinya.
Noah tersenyum kecil dan membantu memegangi ujung tas gendong gadis itu untuk berjaga kalau-kalau bis berhenti mendadak seperti tadi. Ia tidak mau Estefania sampai terluka karena terinjak penumpang lainnya mengingat lutut gadis itu masih terluka akibat terjatuh kemarin. Melihat ala yang dilakukan Noah beberapa gadis muda yang berseragam lain saling berbisik dan terkikik.
Telinga Estefania menangkap bisikan gadis-gadis itu dan mengalihkan pandangan ke arah Noah yang berada di sampingnya.
"Kamu ngapain?" Estefania memicingkan mata.
"Lagi bantuin kamu," sahut Noah santai sambil tersenyum.
"Bantuin aku ngapain." Estefania mengerutkan alisnya. Memang Estefania lagi ngapain sampai-sampai harus dibantu Noah!
"Biar kamu ngga jatuh."
"Lepasin ngga!" Estefania mendorong tangan Noah menggunakan punggungnya tetapi lelaki itu bergeming.
"Ngga," sahut Noah singkat.
"Noah!" Estefania mendelik bermaksud agar Noah menuruti kemauannya.
"Ehem!" Seorang wanita paruh baya yang duduk di depan Estefania berdehem dan menatap gadis itu tajam. Estefania langsung terdiam dan tak berkutik. Ternyata ternyata pertengkarannya dengan Noah sudah mengganggu salah satu penumpang bis. Estefania lebih memilih diam daripada nanti ia dilrmpar dari bis gara-gara si tengik Noah. Oke untuk kali ini Estefania harus mengalah.
***
"Kenapa kalian ngeliatin aku gitu banget sih?" Estefania menatap bergantian Dizta dan Erlita yang menatapnya lekat.
"Sumpah Estefania kita itu udah sahabatan lama tapi ternyata kamu setega itu." Erlita meraih pundak Estefania dan meremasnya pelan. Erlita menggoyangkan tubuh Estefania sehingga gadis itu menepis tangan Erlita untuk menghentikannya. Sepertinya Erlita ingin membuatnya muntah ck!
"Iya bener kita ngerasa kalo kita berdua ini ngga sedeket itu sama kamu," timpal Dizta melipat kedua tangannya di dada.
"Kalian kenapa drama banget hari ini." Estefania menaikkan satu alisnya melihat kedua sahabatnya yang begitu mendramatisir keadaan.
"Please Estefania kamu jujur sama kita berdua ada hubungan apa kamu sama Noah?" Kembali Erlita memicingkan matanya penuh kecurigaan.
"Bener jawab yang jujur kita berdua butuh penjelasan," sahut Dizta penuh harapan. Setidaknya rasa keponya akan terobati dengan jawaban yang diberikan Estefania.
"Aku udah jawab sepuluh kali sama kalian kalo aku sama Noah ngga ada hubungan apapun," ucap Estefania penuh penekanan ia menghela napas panjang. Astaga! Mereka berdua ini batu banget sudah dibilangin berkali-kali tetapi masih saya tidak percaya ck!
"Tapi aku ngga percaya," dengus Erlita membuang muka.
"Aku juga," Dizta ikut menyahut dan mengangguk.
"Emang bener aku dan Noah ngga ada hubungan apapun jadi aku harus jawab apa memangnya. Kalo kalian ngga percaya kalian tanya aja sekalian sama Noah," decak Estefania menyerah.
"Siapa tahu aja kamu dan Noah udah sepakat buat ngerahasiain hubungan kalian berdua." Erlita masih mengotot.
"Terserah," sahut Estefania kemudian memilih berlalu dari sana. Sepertinya lebih baik ia ke kelas saja daripada di cecar pertanyaan terus menerus oleh dua temannya itu.
"Heh Kuper, mau kemana kamu." Clarina menepuk pundak Estefania saat gadis itu berjalan di koridor.
Estefania menoleh dan melipat kedua tangannya di dada. "Ke kelas emang kemana lagi, emang kamu ngga denger bel masuk udah bunyi?"
"Inget ya urusan kita berdua belum selesai."
"Emang kita ada urusan apa? Seingatku ngga ada urusan antara kita berdua deh."
"Jangan ngeles deh kamu ..." clarina melayangkan tangannya hendak menampar Estefania tetapi di dahului Estefania. Estefania mendaratkan satu tamparan di wajah Clarina hingga gadis itu meringis. Satu tamparan itu bukan hanya mengejutkan Clarina tetapi juga sebagian siswa yang sedang berada di koridor. Pasalnya tamparan itu menimbulkan suara yang cukup kencang hingga membuat semua orang terkejut dan terdiam.
"Aku paling tidak suka disentuh tanpa ijin!" Ucap Estefania penuh peringatan dan penekanan hingga membuat Clarina terdiam. Gadis itu masih mengelus bekaa tamparan dari Estefania.
Gisa dan Jane mengerjap melihat pemandangan yang ada dihadapannya tanpa bisa melakukan apapun. "Kamu ngga apa-apa Cla?" Gisa berlari menghampiri Clarina dan memeriksa wajah gadis itu.
"Minggir kalian!" Ucap Clarina marah sambil mendorong kedua tubuh sahabtanya itu kemudian berlalu dari sana.
Primavera,
Minggu, 9 July 2023 🍀🌹❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE THE ICE QUEEN
RomanceEstefania Ayesha seorang yang memiliki wajah dingin, bukan hanya wajahnya tingkah lakunya pun tak kalah dinginnya dengan orang lain terlebih lagi terhadap lelaki. Estefania sangat jarang ralat tidak pernah menampilkan senyum di wajahnya terkadang te...