Chapter 12

17 3 0
                                    

Lapangan berumput hijau itu terlihat ramai dan riuh oleh para siswa yang sedang bermain bola voli. Hari ini Kelas XII 3-3 bertanding permainan bola voli dengan XII 3-4 untuk mencari nilai persiapan ujian sekolah. Tim perempuan dan laki-laki dibagi dalam permainan oleh Jimmy, guru olahraga di Malorine School. Para siswa bermain bergiliran kemudian Jimmy mencatatkan nilainya pada kertas yang  ada di tangannya.

Sekarang tiba giliran Estefania dan teman-temannya bermain bola voli melawan grup yang di gawangin Clarina dan teman-temannya. Clarina menatap sinis ketika matanya menangkap sosok Estefania di barisan paling depan.

Sesekali Clarina memperbaiki anak rambutnya yang terkena angin sambil tersenyum mengejek ke arah Estefania. Bukan hanya Clarina, Jane dan Gisa juga memandang remeh gadis itu. Erlita dan Dizta saling menatap dan merasa jengah dengan sikap sombong mereka. Jika saja mereka tidak sedang kegiatan pembelajaran ingin rasanya Erlita dan Dizta menjambak rambut mereka satu persatu hingga habis.

Jimmy meniup peluit yang dikalungkannya di leher pertanda permainan dimulai. Mereka mulai memainkan bola voli dengan lincah diikuti oleh tepuk tangan dari kedua tim. Terdengar pula beberapa dari mereka saling meneriaki nama tim masing-masing untuk mendukung permainan mereka. Selang beberapa menit permainan berlangsung suasana tiba-tiba berubah saat Clarina menguasai bola itu. Clarina sempat menyunggingkan senyum sebelum melempar bola dan sedetik kemudian ia melempar bola dengan begitu kerasnya ke arah Estefania.

"Estefania awas," teriak Erlita saat melihat bola voli melayang ke arah Estefania yang sedang berdiri. Bola itu sudah mengenai wajah Estefania sebelum ia dapat menyanggah bola itu dengan tangannya. Estefania mengaduh dan memegangi wajahnya dengan telapak tangan. Permainan tiba-tiba berhenti dan beberapa orang mulai mengerumuni Estefania yang masih terduduk di rumput.

"Kamu tidak apa-apa?" Dizta menyentuh pundak Estefania dan menunduk memastikan keadaan temannya itu.

"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Estefania sambil menggeleng tetapi masih menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

"Estefania hidungmu berdarah." Erlita menunjuk bagian hidung Estefania yang berdarah setelah gadis itu menarik telapak tangan Estefania.

"Ayo aku antar ke UKS." Noah langsung menarik tangan Estefania dan memposisikan tubuh gadis itu di punggungnya kemudian menggendongnya. Noah berlari cepat menuju ruang UKS.

Jimmy menyudahi permainan setelah terjadi insiden kecil itu. Ia memberitahukan para Siswa untuk kembali ke kelas masing-masing dan ia berlalu dari sana. Setelah mendapat pemberitahuan dari Jimmy semua Siswa membubarkan diri tetapi tidak dengan Erlita, Dizta, Clarina, dan gengnya. Bukan hanya mereka, Kenzie dan Ershan pun masih berada di lapangan untuk melihat keributan apa yang akan terjadi antar geng perempuan itu.

"Bro coba lihat deh mereka lagi ngapain tuh?" Kenzie mengintip dari kejauhan dua geng perempuan itu yang sedang bersitegang dan menarik tangan Ershan yang hendak keluar lapangan.

"Ngga tahu tuh mereka mau ngapain yuk ah kita balik ke kelas bentar lagi pelajarannya Mrs. Yumna noh." Ershan mengikuti arah pandang Kenzie dan mendesah, kemudian berbalik tetapi ditahan oleh Kenzie.

"Eh eh ntar dulu mending kita liat dulu mereka mau ngapain." Kenzie kembali menarik ujung baju Ershan untuk mengajak lelaki itu menyaksikan apa yang akan terjadi antar dua kubu yang bersitegang itu. Kenzie sudah mirip Ibu-Ibu komplek saja!

"Ish kamu ini cowok ngapain sih kepo banget ma urusan cewek." Ershan menepis tangan Kenzie dan memukul pelan kepala lelaki itu hingga Kenzie mengaduh.

"Yaelah bentaran doang napa, lagian juga keknya ntar lagi bakal ada yang seru nih." Kenzie mengelus bekas pukulan Ershan dikepalanya dan berdecak.

"Astaga dasar kau ini!" Ershan melayangkan pukulannya lagi tetapi mampu di tepis Kenzie dan lelaki itu menyengir.

"Hei Clarina kamu sengaja kan ngelemparin Estefania pake bola," ucap Dizta penuh amarah pada Clarina yang berdiri angkuh di depannya.

Clarina terkekeh menatap remeh pada Dizta dan Erlita yang mencoba membela Estefania. "Ck ck ck dasar kumpulan kuper kalian itu bego atau apa ya, namanya main voli ya bola harus dilempar lah masa diinjek. Terus kalian bilang itu sengaja dasar bego," ucap Clarina penuh ejekan pada mereka berdua.

"Heh enak aja siapa yang kuper dan lagian ya aku ngeliat sendiri kok kalo kamu emang sengaja ngelempar bola ke arah Estefania." Erlita maju selangkah dan berkacak pinggang tidak terima dengan nada meremehkan dari Clarina.

"Duh dasar bego emang terus Clarina kudu lempar bola kemana emang? Ke Mr. Jimmy? Kan yang tanding kita semua." Jane terkekeh dan mendorong tubuh Erlita menggunakan telunjuknya.

"Heh kutu kuda aku ngga ngomong sama kamu ya ngga usah ikut jawab deh." Erlita menepis tangan Jane dengan penuh amarah.

"Apa kamu bilang hah!" Jane mengusap tangannya dan mendelik tajam.

"Pokoknya aku ngga suka sama cara kalian yang curang." Erlita maju kemudian menarik rambut Jane yang dikuncir kuda hingga gadis itu kesakitan

"Enak aja ... " Gisa maju hendak membalas Erlita tetapi dihentikan oleh Dizta. Dizta menarik tangan Gisa keras dan melipatnya kebelakang hingga gadis itu mengaduh. Tak terima dua temannya diperlakukan sperti itu Clarina maju menjambak rambut Dizta kemudian Dizta berbalik dan membalas mencakar wajah Clarina hingga Clarina berteriak.

Mereka berlima slaing jambak, cakar, dan saling pukul di tengah lapangan. Bahkan mereka saling bertetiak satu sama lain saat beraksi. Kenzie dan Ershan yang tadinya sedang bercanda menghentikan candaan mereka.

"Eh eh Ershan lihat tuh mereka berantem tuh." Kenzie menyikut perut Ershan dan menggeleng melihat keadaan di tengah lapangan.

"Eh buset mereka saling keroyok." Ershan ikut melongo melihat mereka berlima saling keroyok.

"Ayo cepet kita lerai mereka." Kenzie berlari ke tengah lapangan untuk melerai para geng perempuan itu diikuti oleh Ershan.

***

"Aku bisa sendiri." Estefania memegang tangan Noah dan mengambil tisu dari tangan lelaki itu.

"Estefania bisa ngga kamu ngga keras kepala saat kek begini." Noah kembali merebut lembaran tisu itu dari Estefania dan menatap tajam ke arah gadis itu.

"Tapi bener kok aku bisa ... "

"Udah biar aku aja." Satu tangan Noah yang bebas menahan tangan Estefania yang hendak merebut tisu itu lagi. Noah menunduk untuk membersihkan darah yang tadi sempat mengucur dari hidung gadis itu.

Estefania dan Noah sudah berada si ruang UKS tadi sesampainya di UKS, Noah menidurkan Estefania agar darah nya berhenti mengucur dari hidung. Estefania yang merasa kesakitan menurut saja pada Noah. Ia diam di atas ranjang sementara Noah sibuk mengambil perlengkapan P3K. Tadi juga Noah menanyakan keadaan gadis itu saat mereka baru memasuki ruang UKS untuk memastikan Estefania tidak ada luka serius pada diri gadis itu.

Primavera,
Kamis, 13 July 2023 🌹❤🍀





LOVE THE ICE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang