Ingin mengenal lebih dekat

60 9 0
                                    

Beberapa bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa bulan kemudian. Kini Shera, Viona maupun Kalea telah berada di masa-masa pendidikan perkuliahan. Hari ini hari terakhir ospek jurusan mahasiswa Akuntansi sedang berlangsung sekarang. Seluruh mahasiswa berseragam hitam putih lengkap dengan atributnya berkumpul di auditorium universitas. Beberapa di antara mereka ada yang sibuk mengobrol dan bercanda, ada juga yang fokus mendengarkan rekan perwakilan sejurusannya memberikan speech di podium. Nakala menjadi salah satunya yang mendengarkan, lelaki jangkung berwajah oriental dengan mata cokelat terangnya itu sedari tadi tidak mengalihkan pandangan dari depan, raut wajahnya terlihat bersinar, matanya bahkan memancarkan kekaguman yang tidak dapat disembunyikan. Hal tersebut bahkan disadari oleh kedua temannya yang duduk di sisi kanan dan kiri Nakala.

"Saya mewakili seluruh mahasiswa baru jurusan Akuntansi berterima kasih, sebak ospek jurusan kali ini membuat kami semua bisa saling mengenal lebih dekat dan mendapat banyak ilmu serta pengalaman yang berharga. Saya juga merasa terhormat bisa dinobatkan sebagai salah satu peserta aktif selama ospek jurusan ini. Saya berharap ke depannya kami semua bisa menjadi mahasiswa yang teladan dan membanggakan," tutur perempuan bernama Shera itu sambil tersenyum.

Nakala seketika merasa jatuh hati pada senyuman itu. Tatapan memujanya sedari tadi bahkan belum luntur. Bukan hanya parasnya yang cantik serta rambut panjang yang hitamnya yang terurai begitu indah, tetapi tutur kata serta auranya yang memikat membuat Nakala tidak mampu mengalihkan pandangan. Shera tampak begitu anggun dengan postur tinggi. Caranya berbicara, sikap yang ditunjukkannya serta aura yang terpancar seketika membius Nakala. Lelaki itu benar-benar kagum pada sosok perempuan bernama Shera.

"Kenapa lo, Al? Kesambet apa sampai ngelihatin dia segitunya?" Reygan—lelaki berbahu lebar itu menyenggol lengan Nakala, berusaha menyadarkan lelaki itu.

Belum ada respons dari Nakala. Satu detik, dua detik, Nakala belum menyadarinya hingga Reygan harus mencubit pelan pipi lelaki itu diikuti oleh Raka yang berteriak dengan suara tertahan di samping telinga Nakala hingga membuat lelaki itu terlonjak.

"Jalan kotek dua ribuan!"

"Demi apa jalan kotek lo jadi dua ribu? Bukannya biasanya empat ribu?" sahut Nakala dengan wajah lugunya.

Raka langsung terkekeh sementara Reygan berdecak sebal. "Udah tergila-gila ya lo sama jalan koteknya Raka?"

Nakala menggaruk tengkuknya, menoleh ke arah Raka. "Tapi... serius jalan kotek lo turun harga jadi dua ribu?"

Raka masih terkekeh walau kini ia berusaha memelankan kekehannya karena mendapat sedikit teguran dari tatapan panitia ospek yang sedang mengawasi. "Lo tuh daritadi dipanggil sama Reygan."

Nakala menoleh ke arah Reygan. "Emang iya?"

Reygan memutar bola mata. "Lo lihatin siapa, sih? Cewek di depan itu?"

Nakala kembali menatap lurus ke arah panggung tepatnya ke arah podium yang terletak di sudut sebelah kanan yang kini masih ditempati oleh perempuan yang sejak tadi Nakala kagumi.

Jakunnya tampak bergerak ketika Nakala menelan ludah. Kali ini ia tidak bisa menyembunyikan semburat merah jambu yang muncul di kedua pipinya. "Ng-nggak, gue lagi fokus aja."

"Tapi, iya, sih... cantik juga, jadi pengen gue gebet—"

Belum selesai Reygan menyelesaikan kalimatnya, Nakala buru-buru menoleh dengan mata setengah melotot. "Jangan dia!"

Melihat reaksi berlebihan Nakala, kompak membuat Raka dan Reygan terkekeh geli. "Eh? Kenapa? Lo naksir beneran?"

"Ng-nggak! Gue—"

Nakala tidak bisa meneruskan ucapannya karena pandangannya kembali terpukau mengikuti pergerakan perempuan itu yang kini sudah turun dari podium hingga kembali duduk di tempatnya.

Nakala memegangi bagian jantungnya yang tidak berhenti berdebar, debaran jantung yang tidak seperti biasanya. Kali ini saat dirinya mengikuti olimpiade Matematika di Prancis dua tahun silam. Namun, rasanya kali ini lebih tidak karuan.

Lelaki itu mulai mengatur pelan napas dan debar jantungnya, berusaha setenang mungkin untuk tidak terlihat bahwa dirinya saat ini benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Terdengar klise memang, tetapi itulah yang Nakala rasakan untuk pertama kalinya.

Nakala ingin mengenal lebih dekat perempuan bernama Shera.

***

Dengan langkah terburu-buru, Nakala bergegas keluar dari mobilnya sambil menyampirkan ransel hitam pada pundak dan langsung mengunci mobilnya. Baru hari pertama perkuliahan resmi berlangsung, parkiran mobil terasa sulit dicari hingga ia harus memarkirkan mobil di fakultas sebelah. Nakala melirik jam digital di tangan kirinya, sepuluh menit lagi kelasnya akan dimulai.

Langkah panjangnya membawa ia tiba di lobi, buru-buru Nakala masuk ke dalam lift yang hampir saja tertutup, dan begitu masuk betapa terkejutnya ketika Shera berada di dalam lift yang sama dengannya, bahkan kini berada di sebelahnya. Rasa gugup berada di dekat perempuan itu bercampur aduk dengan rasa was-was karena mungkin saja ia terlambat masuk di kelas pertamanya. Untung saja kali ini mereka tidak hanya berdua saja, bahkan mahasiswa lain yang turut menaiki lift tersebut, jadi Nakala tidak perlu terlalu canggung berada di dekat perempuan yang dikaguminya itu.

Satu per satu mahasiswa turun di lantai yang mereka tuju. Hingga tanpa diduga menyisakan Nakala dan Shera dalam lift itu. Hanya mereka berdua.

Shera masih tampak biasa saja. Toh, ia tidak mengenal lelaki di sampingnya itu. Berbeda dengan Shera yang tampak tak menghiraukan kehadiran orang selain dirinya di dalam lift, Nakala justru berusaha berpikir keras, langkah apa yang harus ia lakukan untuk membuyarkan keheningan dari lantai empat hingga lantai tujuh sebagai tujuan mereka berdua.

"Kenalin, gue Nakala," ucap Nakala tiba-tiba.

Shera menoleh dengan tatapan sedikit terkejut. "Nakala Mahendra, nomor induk mahasiswa terakhirnya 15. Gue anak Akuntansi juga, sama kayak lo."

Shera tampak mengerjap dan menatap Nakala dalam diam. Perempuan itu terlihat kebingungan harus bereaksi apa. Pasalnya, Shera juga tidak bertanya tentang siapa dan berapa Nomor Induk Mahasiswa lelaki di sampingnya itu.

Shera tersenyum canggung. "Gue Shera."

Nakala mengangguk. "Iya, gue tahu lo Shera."

Kerutan di dahi Shera tampak terlihat. "Tahu dari mana?"

"Gue tahu lo karena lo itu the most attractive person in my eyes yesterday," jawab lelaki itu sambil tersenyum tipis, tampak salah tingkah. Nakala terkadang memang terlalu polos untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya saat itu juga.

Shera setengah mendelik begitu mendengar ucapan Nakala. "Yesterday?"

"I say you, pas acara penutupan ospek jurusan kemarin."

Shera mengangguk paham, sementara Nakala membuang muka, menyadari terlalu banyak obrolan yang dibuat di kali pertama mereka berinteraksi secara langsung.

Shera mengangguk paham, sementara Nakala membuang muka, menyadari terlalu banyak obrolan yang dibuat di kali pertama mereka berinteraksi secara langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang