"Maaf, gue terlalu sok akrab," sesal Nakala tersadar.
"Nggak apa-apa. Lucu, kok."
Sial. Satu kalimat itu membuat pipi Nakala merona seketika. Untungnya, saat itu lift menuju lantai tujuh terbuka. Nakala segera pamit dengan canggung diikuti Shera yang keluar dari lift sambil menatapnya heran.
Nakala yang semula berbelok ke kiri langsung menepuk jidatnya. Ia berbalik arah dan berjalan ke arah yang benar. "Sorry, gue nggak fokus tadi, Sher. Salah arah," tutur Nakala sambil tersenyum lebar saat berpapasan kembali dengan Shera. Rasa malunya benar-benar sudah menguasainya.
Sepanjang jalan, Nakala merutuk dirinya sendiri. Tidak pernah ia seberani itu untuk berbicara pada perempuan selain ibunya. Biasanya, ia memilih untuk irit bicara pada perempuan lain demi meminimalisir interaksi. Bukannya ia bersikap sok cool atau hal sejenisnya, tetapi ia lebih memilih untuk berbicara seperlunya, kecuali hal itu dirasa penting untuk dibicarakan panjang lebar.
Raka dan Reygan sudah tiba lebih dulu di kelas dan duduk di bangku paling depan, sesuai dengan permintaan Nakala. Memang aneh rasanya, tapi Nakala merasa duduk di barisan depan bisa membuatnya lebih fokus.
"Muka lo pucet amat, belum minum susu?"
Nakala langsung menatap sengit ke arah Reygan. Setelahnya, Nakala bercerita panjang lebar tentang kejadian yang terjadi di lift dengan Shera. Nada setengah gugup Nakala ketika bercerita membuat Raka dan Reygan menertawainya. Nakala mendongak, menatap Raka dan Reygan dengan penuh tanda tanya.
"Lo diajarin siapa, sih?" Masa baru pertama kali ketemu secara langsung sama dia langsung ngomong banyak kayak gitu?"
Tidak terhitung berapa kali Nakala pagi ini menepuk jidatnya, tapi ia benar-benar merasa naif. "Gue juga nggak paham. Tadi rasanya gue mau manfaatin seluruh waktu gue yang ada dengan langsung blak-blakan ke dia. Bilang kalau she's attractive, pasti dia ngerasa aneh, ya?"
Raka mengambil sekotak jalan kotek dari dalam tasnya, lalu menyodorkan pada Nakala. "Beli dulu, baru gue kasih tahu, lo aneh apa nggak."
Reygan yang gregetan spontan merangkul erat pundak Raka. "Ini masih pagi, lo jangan jualan dulu!"
"Justru karena masih pagi, orang-orang pada laper!" seru Raka sambil sedikit terpekik karena rangkulan Reygan benar-benar sangat kuat untuk tubuhnya yang berukuran lebih kecil dibanding Reygan.
"Terus gue harus gimana, ya?" Nakala mengambil jalan kotek itu, yang tentu disambut dengan tatapan penuh sukacita dari Raka.
"Deketin dari sosial medianya dulu, lah. Coba lo deketin dia dari situ. Terus perlahan lo ajakin ketemuan empat mata lagi," saran Reygan yang membuat Nakala termenung beberapa saat seraya menyantap jalan koteknya.
Namun, bagaimana caranya menemukan akun sosial media Shera, sedangkan dia sendiri tidak tahu nama panjangnya?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]
Dla nastolatków"𝐎𝐛𝐚𝐭 𝐢𝐭𝐮 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮, 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐨𝐬𝐨𝐤 𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮." 𝓢𝓻𝓲 𝓗𝓪𝓻𝓯𝓲𝓪𝓷𝓲 - 𝓘𝓷𝓯𝓲𝓷𝓲𝓽𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮𝓲𝓷 𝓞𝓯 𝓢𝓱𝓮𝓻𝓪 *** "Shera, bersatu atau tidak nya kita, kamu akan tetap menjadi tokoh utama yang tidak pernah...