"Gue nemuin temen gue dulu, ya." Tirta menepuk bahu Shera lalu beranjak mendekati Nakala. Mereka berjabat tangan sebelum Tirta mulai menanyakan kabar Nakala, diikuti dengan Nakala yang mengatakan bahwa Reygan dan Raka kali ini berhalangan hadir untuk pergi menemui Tirta.
Keduanya segera duduk di meja sudut kafe yang menghadap jendela, Nakala juga segera memesan es teh manis dan sepiring croissant untuk menemaninya mengobrol dengan Tirta. Sesekali matanya tidak fokus karena mencuri lirik pada Shera yang duduk tidak jauh darinya.
"By the way, Shera itu pacar lo, Tir?" Nakala melirik ke arah Shera yang kini tampak fokus menatap ponselnya. Sebenarnya Shera tidak benar-benar fokus, ia sedang berpikir, mengapa Nakala dan Tirta tampak sangat dekat? Kebetulan macam apa ini?
Tirta menoleh sekilas ke arah Shera lalu tersenyum lebar. "Cantik nggak?"
Jantung Nakala seakan berhenti saat itu juga. Ia tersenyum canggung, bingung harus merespons apa. Hatinya tiba-tiba sesak begitu menyimpulkan bahwa Tirta adalah kekasih Shera.
Sudut mata Tirta melirik Shera cepat. "Mirip nggak gue sama dia?"
"Hah?"
"Gue sama Shera, mirip nggak?" tanya Tirta sambil tersenyum miring.
Nakala tersenyum tipis. "Emang bener sih, jodoh pasti mirip ya ternyata."
Tirta langsung tertawa. "Lo beneran percaya kalau gue pacarnya dia?"
Nakala mengangguk polos. "Percaya aja sih, Tir."
"Eh, iya juga, kok lo tahu nama dia Shera? Kenal dia? Lo jurusan apa, sih?" Tirta langsung memicingkan mata.
"Gue jurusan Akuntansi," jawab Nakala.
"Pantesan aja lo kenal dia." Tirta mencodongkan tubuhnya dan bertanya, "Kenapa emang? Lo naksir dia?"
Nakala langsung menelan ludah, raut wajahnya berubah sedikit panik. "Ng-nggak-"
Nakala sedikit menunduk dan mengaduk es teh manis yang baru saja disajikan. Tanpa sadar ia bergumam, "Kan dia udah punya lo."
Walau gumaman itu kecil, tapi Tirta masih bisa mendengarnya dengan jelas. Lelaki itu sontak tertawa lebih keras. "Gila, gue nggak habis pikir. Ternyata modelan lo akhirnya naksir sama Sepupu gue."
Nakala mendongak sambil mengerjap pelan. "Sepupu? Sepupu siapa?"
"Shera sepupu gue." Tirta melirik sekilas ke arah Shera sebelum kembali menatap Nakala yang kini menatapnya terkejut.
Nakala masih belum bersuara ketika Tirta membalikkan tubuh menghadap meja Shera lalu sedikit berseru. "Sher, tadi, kan, lo ngajak gue buat nemenin lo ke Gramedia. Kalau sama si Nakala aja mau nggak?"
Shera menatap Tirta dengan heran. Lelaki itu malah tersenyum geli lalu kembali menghadap Nakala yang raut wajahnya berubah pucat. "Gimana, Kal? Lo mau nggak nemenin Sepupu gue ke Gramedia? Dia lagi mau cari buku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]
Ficção Adolescente"𝐎𝐛𝐚𝐭 𝐢𝐭𝐮 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮, 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐨𝐬𝐨𝐤 𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮." 𝓢𝓻𝓲 𝓗𝓪𝓻𝓯𝓲𝓪𝓷𝓲 - 𝓘𝓷𝓯𝓲𝓷𝓲𝓽𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮𝓲𝓷 𝓞𝓯 𝓢𝓱𝓮𝓻𝓪 *** "Shera, bersatu atau tidak nya kita, kamu akan tetap menjadi tokoh utama yang tidak pernah...