𝘐𝘯𝘵𝘦𝘳𝘢𝘬𝘴𝘪

115 18 5
                                    

•••Angkasa & Kuasnya•••

Jam pulang sekolah pun akhirnya tiba. Jujur selama di kelas tadi Bintang benar-benar dibuat tidak fokus dengan tragedi lukisan yang benar-benar membuat jantungnya tidak bisa santai sedari tadi. Ditambah dengan Angkasa yang tiba-tiba mengambil dispensasi lagi membuatnya tidak dapat langsung meminta maaf pada si wajah dingin itu.

Ya, Bintang dan Angkasa memang satu kelas. Namun karena lomba yang diikuti dari masing-masing pihak, mereka jadi lebih sering mendapat dispensasi dan tentunya.. Jarang bertemu juga.

"Tang mau pulang bareng??" Tanya Ella pada Bintang.

"Eh engga dulu deh La, soalnya mau nyariin Angkasa" Bintang menjawab dengan nada lesu. "Engga enak banget kalo kayak gini" Lanjut gadis itu dengan sifat 'tidak enakan' nya.

"Yahhh, Aurora pulang sama Langit, Tari sama Surya.. Nasib deh jadi jomblo" Ella memajukan bibirnya tanda dirinya sedang sedikit kesal.

"Yayaya, besok gue pulang sama lu deh. Hari ini pokoknya engga bisa" Bintang tersenyum ke arah Ella.

Ella tersenyum. "Janji loh ya"

"Iyaaa, udah sana"

"Oke"



^^^^^


Ruang Seni.

Lagi-lagi Bintang harus berada di ruangan ini. Gadis berkulit putih dan rambut hitam yang sudah diikat ekor kuda itu menilik ke dalam. Mencari sosok itu. Ya.. Itu deh.

"Nyari siapa?" Suara dingin itu berasal dari belakang Bintang. Bukan, itu bukan suara Haidar seperti tadi. Ini suara.. "Nyari siapa??" Ulangnya.

Baiklah, kali ini Bintang sudah benar-benar menghadap ke belakang.

Angkasa. "Eumm.." Lidah Bintang tiba-tiba kelu. Ditatap seperti itu oleh Angkasa membuat atmosfer di sekitarnya terasa dingin sedingin tatapan cowok itu.

"Minggir" Angkasa melewati Bintang dengan cepat, masuk ke ruang seni lagi kemudian memasang kanvas baru pada standing lukisan yang sebelumnya terdapat lukisan rusak disana. Yup, Angkasa sudah membereskan lukisan sebelumnya.

"Angkasa" Akhirnya Bintang berhasil mengumpulkan nyalinya.

"Hm??" Cowok itu fokus menyiapkan palet dan membersihkan gelas tempatnya mencelupkan kuas saat melukis.

"Hmmm" Bintang kembali menimang-nimang ucapannya. Kali ini gumamnya berhasil menarik atensi Angkasa.

"Ngomong aja kalik" Kali ini suara Angkasa lebih bersahabat --maksudnya datar-datar aja sih--. Ya, meskipun poker facenya tidak berubah.

"Aku mau minta maaf" Bintang menunduk. "Aku tadi engga sengaja kepleset pas mau ngambil cat di atas, trus nyenggol lukisan kamu. Kamu..pasti dimarahin kan, sampe-sampe minta dispen tadi??" Bintang tetap menunduk.

Angkasa menghela nafasnya. "Lo ngomong ama siapa sih?? Ngadepin sini dong" Suara Angkasa masih sama. Datar tanpa emosi. "Lagian gue udah tau kok" Angkasa kembali sibuk dengan alat-alatnya.

"Eh??" Bintang mengangkat wajahnya, terkejut dengan penuturan Angkasa. Matanya sudah berair karena yang pertama dia takut Angkasa marah, dan yang kedua dia tau rasanya karya yang dibuat sejak lama malah rusak. Bintang punya kisah sendiri tentang itu. "Kamu...gak marah??"

"Haha, Marah lah, tapi mau gimana lagi orang--" Ucap Angkasa terhenti ketika menatap Bintang yang sudah berkaca-kaca. "Eh jangan nangis, gak guna juga"

Bintang menarik nafas pelan. "Jangan gitu lah Sa, kalo kamu gitu aku makin ngerasa bersalah" Ujar Bintang yang dengan penuh usaha menahan air matanya.

Karena kesal, Angkasa pun menghentikan kegiatannya. Berbalik dan memposisikan badannya benar-benar menghadap Bintang. "Gini ya Tang, gue udah liat di CCTV, itu kenapa gue tadi minta dispensasi. Bukan karena dimarahin. Guru pembimbing gue Pak Min, dan Pak Min katanya sempet liat wajah lo pucet setelah lo dari ruang seni. Dan dari yang gue liat di CCTV, lo bener-bener gak sengaja nyenggol, jadi buat apa gue marah?? Toh yang nyuruh lo juga Pak Min" Angkasa mengucapkan semuanya dengan wajah datar.

"Tapi kata Haidar kamu tadi keliatan--"

"Haidar tau??" Potong Angkasa.

"Ehh engga!! Dia cuma bilang ke aku pas aku lagi di ruang OSIS" Jelas Bintang.

"Oh"

"Jadi? Tadi kamu sempet marah??" Tanya Bintang lagi.

"Pasti lah, gue juga punya emosi kalik, haha" Kali ini nada Angkasa mulai naik, membuat Bintang reflek menelan ludah. "Tadi gue kira mau ada yang sengaja, tapi ternyata kecelakaan.. Jadi ya. Lupain aja lah. Toh gue ada rencana lain buat lukisan ini" Angkasa membalik lagi badannya membelakangi Bintang.

"Aku ganti deh, apa gitu yang perlu" Ucap Bintang tiba-tiba.

Angkasa berbalik. "Yakin??" Angkasa menaikan satu alisnya sembari kembali menengok ke arah Bintang. Lagi.

Lagi-lagi Bintang menelan ludah. Cowok ini, kalo diliat-liat lumayan nyeremin tapi ganteng juga, tapi ya sekarang nyeremin. "Ya, mau aku beliin apa gitu. Cat, kuas, ato apa lah" Bintang mengucapkan kalimatnya dengan percaya diri.

"Eumm.. Karena ini kudu dikumpulin dalam waktu satu bulan..." Angkasa menimang-nimang kalimatnya. "Lo bantuin gue disini aja deh, kalo ada cat yang abis lo beliin, kalo ada yang kurang lo beliin juga, soalnya gue juga gak tau bakal apa aja yang kurang" Final Angkasa.

"T-tapi--"

"Asisten, sebut aja gitu"

"T-tapi, aku ada latihan dance juga"

Angkasa menyipitkan matanya. "Eumm.." Kali ini lelaki ini mengetuk-ngetukkan kakinya tanda dirinya sedang berpikir. "Sebisa lo aja deh, gue gak maksa, tapi klo gue chat lu minta beliin ini itu lo harus gercep" Kali ini nada bicara Angkasa mulai bervariasi membuat Bintang sedikit lega.

"Oke, deal" Final Bintang juga sebelum dirinya membalikkan badan bersiap untuk pulang.

"Ehh bentar"

Bintang berbalik dipenuhi pertanyaan di kepalanya.

"Nomer lo mana?"

"Di grup kelas ada"

"Males buka gc kelas, mana biar cepet"

"O-oke"

Angkasa mengotak-atik ponselnya sebentar. "Udah gue chat, jan lupa sv"

"Oke" Jawab Bintang sembari membuka ponselnya juga.


+62*** **** ****

Angkasa

Oke

----------



"Makasih Sa"

"Buat??"

"Makasih karena udah engga marah, jujur aku takut sama kamu, asli. apa lagi ekspresi kamu kan.."

Angkasa terkekeh. "Ngapain takut anjir, ekspresi gue emang kayak gini dari sononya. Aslinya mah baik hati dan tidak sombong"

Akhirnya Bintang terkekeh, meskipun kekehannya masih agak canggung.

"Makasih juga buat lo"

"Eh? Kok jd kamu yang makasih"

"Makasih karena udah jujur, dan udah berani minta maaf. Makasih juga karena mau tanggung jawab" Angkasa menghentikan kalimatnya. "Dan yang terpenting, akhirnya gue punya asisten" Tunggu, Bintang gak salah lihat kan? Angkasa… senyum??

"Ahh, Oke. Sama-sama"





^^^^^








"Wih gak se serem yang aku kira ternyata"

"Tu orang masih punya hati nurani ternyata"

"Aku kira bakal gak dimaafin seumur hidup"












•••Angkasa & Kuasnya•••

Hollaaa, akhirnya Bintang sama Angkasa mulai ketemu 🤓 gimana kira-kira kelanjutannya???

Jangan lupa vote, komen, follow 💕
Terimakasih
Jangan sungkan komen kalau ada yang typo yaaaa


Jangan lupa mampir ke ig aku @as.zettarius 💕

Angkasa dan Kuasnya - [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang