•••Angkasa & Kuasnya•••
"Tang" Angkasa memanggil Bintang yang kini duduk di depannya sembari meminum segelas Boba di depanya. Ya, akhir-akhir ini mereka memang semakin dekat.
"Hm??" Gadis itu mengarahkan atensinya pada Angkasa namun mulutnya tetap pada sedotan Boba di sana. Lucu memang, Angkasa saja dibuat gemas dengan cewek satu ini. Tapi eits.. jangan salah, meski begitu, aura Bintang saat tampil di hadapan penonton tidak boleh diragukan. Swag polll.
"Boleh PDKT ga??"
Kedua manik Bintang membelalak, seketika itu juga gadis dengan rambut panjang terurai itu tersedak dan mulai batuk, terkejut dengan pertanyaan Angkasa yang tiba-tiba.
Ikut terkejut, reflek Angkasa pun menyodorkan sebotol air mineral miliknya yang memang dirinya bawa sepulang sekolah tadi. "Eh sorry Tang" Angkasa menatap Bintang khawatir.
"Heem, heem" Bintang berusaha menormalkan suaranya terlebih dahulu.
Bintang menghembuskan nafasnya. "Gimana? Boleh gak??" Tanya Angkasa lagi saat melihat Bintang sudah kembali normal. Ya dari tadi normal sih tapi ya gitu deh.
Seketika itu juga ekspresi Bintang berubah, entahlah, sedari tadi ekspresi Bintang terlihat baik-baik saja selain saat tersedak tadi, namun sekarang tiba-tiba ekspresinya berubah.
Merasa atmosfer berubah, Angkasa pun berujar "Eh, sorry kalo lu cuma nganggep temen" Mata Angkasa menunduk ke meja sebelum menatap ke lawan bicaranya lagi yang kini menatap ke luar jendela.
Hening, tidak ada ucapan lagi dari keduanya. Angkasa mulai bingung, apakah ada yang salah dari kata-katanya?
Dua detik kemudian, dilihatnya Bintang mengeluarkan air mata. "Eh Bintang, kenapa? Gue salah ya? Ya udah deh ayuk pulang aja" Ujar Angkasa panik namun dihadiahi gelengan kepala dari sang Bintang. "Terus??"
"A-aku kira dari kemaren kita PDKT"
Baiklah kali ini Angkasa yang kaget.
Hening lagi, keduanya mencerna kalimat masing-masing. Di sisi Angkasa, dia sebenarnya juga merasa bahwa mereka sudah memulai sesi PDKT, dan di sisi Bintang yang sudah terlanjur menganggap seperti itu, dirinya merasa aneh ditanyai begitu oleh Angkasa.
"Maaf Tang, aku tadi tanya buat mastiin aja" Bintang mengangkat kepalanya. Tunggu, Angkasa bilang apa??
"Ah, iya gapapa, maaf juga tiba-tiba nangis. Rasanya kayak gak diakui aja hehe" Bintang kembali tersenyum hingga membuat kedua matanya menyipit.
Angkasa mengangguk-anggukan kepalanya sembari tersenyum. "Gapapa, kamu mah tetep cantik meskipun nangis"
Baiklah, mendengar Angkasa menggunakan Aku-Kamu memang aneh sekali. Jantung Bintang berdegup berkali-kali lipat rasanya.
"Kenapa diem??" Tanya sang empu.
"Kaget aja" Jawab Bintang yang kembali menyeruput minumannya.
"Kenapa??" Lagi-lagi Angkasa bertanya.
"Kaget kalo lo pake Aku-Kamu" Baiklah sekarang Bintang yang malah pake Lo-Gue.
Angkasa terkekeh sebentar, aneh mendengar Bintang mengucapkan kata 'Lo'. Jarang sekali sepertinya.
"Ehem, berarti udah PDKT dari kemaren-kemaren ya kita??" Angkasa mengucapkan kalimat itu dengan senyum lucu di wajahnya.
Bintang mengangguk. "Oke" Ucap cowok itu melihat tanggapan Bintang.
Hening lagi, tidak lama tapi.
"Asa, rasanya kok kamu santai banget ngerjain lukisannya? Udah selesai kah? Aku kepikiran"
Angkasa berpikir sekejap sembari menyeruput kopi susu jahe miliknya. "Diundur sih lombanya" Jawab Angkasa sembari mengangguk-anggukan kepalanya.
"Loh?? Kenapa?" Bintang mengangkat kedua alisnya.
"Eumm.. Kurang tau sih, katanya ada masalah gitu jadi diundur jadi 6 minggu lagi, lumayan lama lah, pasti selesai sih"
"Ahh gitu" Bintang mengangguk-anggukan kepalanya tanda dirinya paham penuturan Angkasa.
"Dance kamu??" Kali ini Angkasa yang bertanya.
"Eum, udah jadi sih koreonya. So far so good, cuma jujur aku masih takut sama lawan dari SMASA"
"Kenapa tuh?" Angkasa menyipitkan kedua matanya.
"Inget gak pas aku bilang kalau dia lagi tampil panggung kayak di sihir?? Nah itu, maksud aku tuh gak tau kenapa, lampu sorotnya smooth banget nyorot dia tanpa telat sedikitpun, trus soundnya gak pernah ada kendala meskipun tampil pertama, sama… auranya beda" Jelas Bintang tentang sosok bernama Zanna ini.
"Ah, pede aja lah Tang, kamu tuh keren, berbakat, best dehhh, aku do'ain menang pokoknya"
"Hahaha, aamiin.. Deh" Bintang terkekeh mendengar penuturan Angkasa. Inilah yang dia butuhkan, Word of Affirmation yang sangat jarang dirinya dapat dari kedua orang tuanya.
"Eum.. Btw, kalau aku nembak kamu mau gak??"
^^^^^
Sialan, batin Bintang. Pertanyaan Angkasa saat mereka sedang berada di kafe Harta Maker sore tadi benar-benar membuat degup jantungnya berpacu sangat cepat. Tidak bisa tidur, itulah yang Bintang rasakan sekarang. Apalagi saat cowok itu bilang akan mengajaknya ke suatu tempat jika dirinya menerima, huff.. Mau pingsan rasanya.
Kemana?? Itu pertanyaannya.
Huff.. Bintang bolak-balik mengubah posisi tidurnya dengan gusar.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu kamar Bintang. Seketika itu dirinya terdiam.
"Bintang? Udah tidur nak?" Suara itu adalah suara Sang ibunda. Wanita itu mulai membuka pintu kamar Bintang perlahan. Cahaya mulai masuk ke ruangan kala pintu terbuka seutuhnya.
Bintang menyipitkan matanya, silau. "Belum tidur Bintang?" Sang ibu mulai mendekat. "Bunda nyalain dulu lampunya ya" Tak menunggu jawaban, Sang bunda langsung menyalakan lampu kamar.
"Kenapa bun?" Tanya Bintang juga mulai duduk dari tidurnya.
"Hmm, bunda cuma mau izin ke Bintang. Lusa Bunda sama Ayah mau keluar kota lagi tapi yang kali ini--"
"Loh, berapa hari Bun?? Kan 2 minggu lagi aku ada kompetisi, bunda sama ayah gak nonton??" Tanya Bintang gusar, dirinya mulai mengeluarkan air mata.
"Maaf Bintang, kamu tau pekerjaannya gak bisa dipercepat" Sang Bunda mendekat untuk memeluk Bintang. "Gak bisa diundur juga sayang" Baiklah kali ini Bintang menangis lagi di pelukan ibunya. Ya, lagi, karena bukan untuk pertama kalinya untuk Bintang. Gadis ini sangat ingin orang tuanya menonton dirinya saat sedang tampil, tapi hal itu hanya terjadi beberapa kali saja, saat Bintang masih duduk di bangku SD, dan ya, hanya 2 lomba saja yang mereka hadiri. Selebihnya, hanya ada guru yang menemaninya.
"Berapa lama Bun?" Tanya Bintang memberanikan diri mengangkat kepalanya.
"Sebulan, engga apa-apa ya??" Bintang mengangguk, sungguh hatinya sakit, tapi percuma!! Jika dia bilang bahwa dirinya kenapa-napa, orang tuanya juga pasti tetap pergi meninggalkannya.
"Bintang udah beli sneakers? Bunda anterin be--"
"Udah, waktu itu sama temen" Potong Bintang sembari kembali menunduk. Kenapa bundanya baru bertanya?? Kenapa?? Padahal sudah berkali-kali dirinya meminta ditemani.
"Hmm, maaf ya Bintang, Bunda sama Ayah kurang perhatian ke Bintang"
"Iya" Jawab gadis itu singkat.
Sang Bunda pun mengecup sekilas dahi Bintang sebelum akhirnya keluar dari pintu kamar gadis itu.
Cukup-cukup, kali ini Bintang tertidur sembari menangis. Lagi.
•••Angkasa & Kuasnya•••
Semoga suka sama chap yang ini ya guyssss 🥺
Votenya donggg 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa dan Kuasnya - [END] ✔
Ficção AdolescenteSiapa sangka dari satu kecelakaan yang tak disengaja di ruang seni membuat seorang seniman muda dan seorang dancer muda dari SMA Semesta 01 menjadi semakin dekat. Angkasa dan Bintang, dua istilah yang akan selalu berhubungan. Bintang akan selalu pun...