𝘔𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 (?)

78 8 0
                                    

•••Angkasa & Kuasnya•••


Malam itu, Angkasa, Langit dan Tari mengantar Bintang ke Rumah Sakit 721 diantar supir dari kepanitiaan acara Dance Competition. Segera setelah Bintang mendapatkan pertolongan berupa infus di tangannya, mereka langsung memberitahu guru dan orang tua Bintang soal keadaan Bintang. Ya, tadi Langit belum sempat memberitahu tante dan omnya itu karena keadaan yang kurang memungkinkan.

"Bintang, nak" Langit menyodorkan ponselnya ke arah Bintang.

"Iya Bun" Jawab Bintang lemas.

"Ya ampun nak. Kamu kenapa?? Aduh Bunda sama Ayah khawatir disini" Suara bunda Bintang terdengar begitu khawatir. "Kamu disana sama siapa sekarang"

"Udah mendingan Bun, barusan habis dikasih infus mendingan" Bintang menarik nafasnya. "Ini lagi sama Angkasa, Langit sama Tari"

"Kita nginep disini Te" Tiba-tiba Langit nimbrung ke dalam obrolan.

"Loh, bukannya ndak boleh ya kalau banyak? Biasanya pihak rumah sakit cuma bolehin satu orang nak Langit" Mereka semua pun terdiam.

"Saya saja Te kalau begitu" Ucap Tari yang paling memungkinkan untuk menginap di sana. Sekarang telepon itu memang dalam keadaan loudspeaker.

"Ya, sudah tolong temani Bintang ya Tari" Ucap sang Bunda dari seberang sana. Setelah beberapa percakapan telepon pun mereka tutup.

Segera setelah itu mereka semua pun menghubungi teman-teman untuk memberi tahu kan keadaan Bintang sekarang.

Satu dua jam berlalu, sekarang jam sudah menunjukkan jam 9 malam. Tadi, dokter sempat datang memeriksa keadaan Bintang dan gadis itu didiagnosa penyakit tipes.

Angkasa, laki-laki itu menatap Bintang dengan prihatin sedari tadi. Tidak bisa mengucapkan apa-apa karena semakin dirinya sedih semakin bingung apa yang harus dirinya ucapkan.

Tak lama kemudian, Ella, sahabat Bintang dan Tari datang setelah mendengar kabar bahwa Bintang dirawat di rumah sakit. Gadis dengan mata sipit itu datang membawa beberapa baju ganti yang Tari minta pada Ella beberapa waktu yang lalu. Ya, Ella memang tidak menonton final Dance Competition karena tidak diizinkan orang tuanya, tapi untuk yang sekarang Ella rela berdiskusi lebih lanjut pada mereka untuk menjenguk Bintang malam ini juga. Tentunya diantar Kak Stella, kaka dari Ella.

"Aduhh, maaf ya Bintang tadi aku gak bisa nonton, gak boleh keluar malem akuuu" Ella tampak sedih di samping Bintang. "Sekalinya boleh keluar karena kamu sakit huhu" Ella memeluk Bintang hati-hati. Yang gadis ini tahu sekarang, dirinya sungguh mendapatkan begitu banyak cinta di sini.

"Iya, gapapa El, lagian udah takdir juga" Ucap Bintang disertai senyuman di wajahnya.

"Gimana? Kamu udah mendingan Bintang" Tanpa disadari ternyata Kak Stella, sudah berakhir di sisi lain ranjang Bintang.

"Aduh, Kak Stell, jadi ngerepotin malem-malem ke sini. Engga apa-apa kak, udah mendingan"

"Syukur lah kalau begitu" Sahut perempuan yang wajahnya sangat mirip dengan Ella itu.

"Eh, Bintang maaf ya, aku engga boleh lama-lama, jam setengah sebelas udah harus sampe rumah soalnya" Bintang berkata sambil cemberut, sekarang memang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Iya engga apa-apa" Bintang mengucapkan kalimat itu sambil sedikit tertawa karena entah sudah berapa kali dirinya mengucapkan kalimat itu malam ini.

Sepulangnya Ella dan Kak Stella dari sana, Langit pun izin keluar untuk menelpon Aurora, kekasihnya. Kemudian disusul Tari yang ingin mencari makanan untuk dirinya dan Bintang makan malam ini. Ya barangkali mau ngemil gitu.

Angkasa dan Kuasnya - [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang