Sudah lama rasanya Nichi tidak melihat-lihat pantai seorang diri. Ia berjalan dengan langkah pelan menyusuri pantai tanpa memakai alas kaki sambil menatap pemandangan yang ada.
Nichi tersenyum kecil melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain pun para anak muda yang sedang bermain voli pantai. Mereka terlihat bersenang-senang.
Dulu Nichi tidak suka pergi atau melakukan sesuatu seorang diri. Namun sejak kedua kakaknya mulai menginjak bangku sekolah menengah, kedua kakaknya menjadi semakin sibuk yang tentunya meninggalkan Nichi bermain seorang diri. Sejak saat itu ia belajar untuk mandiri dan makin lama ia menyukai kesendirian. Dan itu terus berlanjut sampai sekarang dimana ia menyukai kesendirian dan juga menyukai keramaian. Ia tak berat sebelah, katakanlah ia seimbang.
Puas berjalan ia memutuskan untuk duduk di tepi pantai sambil melihat deburan kecil ombak yang bergulung-gulung itu. Pemandangan yang menenangkan.
Sekitar satu jam ia menikmati waktunya di pantai setelah itu Nichi memilih untuk pulang. Namun sebelum itu ia ingin singgah di suatu tempat.
Di kantor tempat Apollo bekerja tepatnya.
Nichi menatap bangunan yang berada di depannya ini. Ia memilih untuk diam di lobi tanpa melangkah masuk, ia memutuskan menunggu kemunculan Apollo dari dalam.
Setelah menunggu selama kurang lebih empat puluh lima menit, Nichi melihat pria itu bersama seorang perempuan. Rasanya perempuan itu terlihat tidak asing di matanya, seperti pernah dilihat Nichi.
Kedua orang itu terlihat akrab. Nichi tetap memerhatikan dari jauh tanpa niat untuk menghampiri pria itu. Nichi memilih mengamati. Setelah mereka terlihat menjauh dari lobi barulah Nichi berdiri dan beranjak untuk pulang.
~
“Kak Nichi, Eru mau nembak cewek.” Pernyataan itu membuat Nichi yang sedang melamun di depan laptopnya itu mendongak menatap Teddy.
“Hah?”
“Eru mau nembak cewek, Kak. Dia suka sama cewek.” Teddy mengulang kata-katanya agar bisa ditangkap Nichi.
Nichi mengangguk kecil. “Lalu?”
“Kak Nichi, nggak peka. Eru ‘kan sinis dan antipati sama perempuan, Kak,” ujar Andi kemudian yang mendapat delikan tajam dari obyek pembicaraan mereka.
“Gue perempuan fyi,” ucap Nichi lalu menatap Eru. “Semoga tu cewek terima lo, karna emang bener lo sinis dan antipasti sama kaum kami.”
Tentu saja ucapan itu membuat ketiga pemuda yang ada tersenyum puas sedangkan Eru memutar kedua bola matanya malas.
“Tapi gue penasaran. Cewek siapa yang udah buat seorang Eru bisa suka. Dia cantik?” Nichi melanjutkan ucapannya dan menatap mereka berempat.
“Cantik itu relatif tapi tu cewek perhatian sama Eru. Perhatian tapi cuek, Kakak, paham nggak sih maksud gue. Karna itu kayaknya Eru tersentuh dan suka sama tu cewek,” jelas Jan sambil mengunyah kue kering dengan pandangan mata yang terarah ke tv.
“Oke. Namanya?”
“Spill nggak nih?” Teddy menatap Eru yang sok sibuk dengan ponselnya itu. Eru mengendik tak acuh berarti pemuda itu memberi izin Teddy untuk menjawab pertanyaan Nichi itu.
“Dora.”
“Dora.. hmm.. oke.. Ru.”
“Apa?” Sahutnya jutek tanpa menatap Nichi.
“Lo suka?”
Jemari Eru yang bergerak di atas ponselnya itu berhenti sejenak. Melihat itu Nichi tersenyum lalu terkekeh kecil. “Lucunya…, oke-oke, gue nggak bakal nanya-nanya lagi tapi kalo lo perlu pendapat tanya aja gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things [Completed]
RomanceNichi hidup sesukanya. Orang tua tidak pernah melarangnya melakukan apa yang disukainya. Kebebasan adalah hak patennya. Selama Nichi bahagia, orang tuanya juga bahagia. Bukan karena orang tuanya tidak perhatian, tapi mereka memberi Nichi tanggung ja...