35. Burn the bridge

274 24 1
                                    

Sudah sekitar tiga hari ini Nichi seperti orang yang tidak ada kerjaan karena ia mendatangi kantor Apollo. Untung saja ia dan satpam bernama Henandra itu sudah berteman jadi ia tidak dicurigai lagi. Bahkan Nichi dikenalkan ke satpam yang lain juga. Sehingga ia tidak akan diusir.

Ia seolah menjadi seorang detektif dadakan. Padahal pekerjaannya sudah berteriak-teriak untuk minta diselesaikan. Hanya saja Nichi sedang tidak bisa berpikir jernih jika hal yang satu ini belum dilihat kejelasannya.

Nichi sedang menikmati potongan ketiga donatnya ketika orang yang menjadi obyek penelitiannya lewat di depan pos satpam. Otomatis Nichi langsung mengambil gerakan cepat dengan bersembunyi di balik dinding dan membalikkan tubuhnya. Untungnya ia menggunakan hoodie jadi ia tidak akan dikira seorang perempuan.

“Pagi, Pak Apollo.”

“Pagi juga, Pak Hen.”

“Mau kopi nggak, Pak? Saya punya kopi nih, dua. Tadi ada yang beliin buat saya sekaligus dua tapi saya nggak sanggup habisin. Bapak, mau?” Henandra menyodorkan segelas kopi yang dibelikan oleh Nichi pada Apollo.

Apollo melihat gelas kopi itu lalu menggeleng. “Itu dibelikan buat, Bapak, masa iya dikasih ke saya. Nggak, Pak. Saya masuk dulu ya. Dikit lagi mau absen.”

Nichi menikmati donatnya sambil mendengar percakapan mereka.

“Ya udah deh. Semangat buat hari ini.”

“Bapak, juga semangat buat hari ini.”

Apollo pun berlalu dari pos satpam dan setelah memastikan Apollo benar-benar masuk ke dalam gedung, Henandra langsung memberitahukannya pada Nichi.

“Hari ini sendiri ya dia. Tu cewek yang kemarin mana ya?” Nichi berkata dan langsung mendapat perhatian Henandra.

“Mungkin mereka nggak ketemu lagi di jalan. ‘Kan kemarin ceritanya kayak gitu. Mereka ketemu di jalan. Nggak sengaja.”

“Halah. Bohong banget ketemu di jalan. Aaa.. saya itu banyak kerjaan juga, Pak, tapi entah mengapa saya malah ngejogrok di sini.”

Henandra tersenyum paham akan hal itu. “Cinta ya emang gitu, Non. Buat kita nggak mau mikirin hal lain.”

Nichi menghela napas pelan lalu menelan donat yang dikunyahnya. “Saya belum cinta, Pak. Cuma suka. Sayang mungkin? Intinya masih segitu doang. Tapi gimana yaa…. Saya kayak gini tuh cuma mau mastiin aja. Saya ‘kan udah cerita sama, Bapak. Saya bisa jadi orang yang beda dan nyari tahu sesuatu untuk tahu langkah selanjutnya yang akan saya ambil untuk hidup saya. Seperti ini contohnya.”

Henandra menyesap kopinya perlahan. “Kalau gitu setelah beberapa hari ini. Apa yang Nona dapetin?”

Pertanyaan yang Henandra ajukan itu membuat Nichi berpikir. Keningnya bahkan mengerut hanya untuk mencari jawabannya.

“Saya belum dapat jawaban apa-apa sih, Pak. Saya masih mau nyari tahu lagi. Mungkin beberapa hari lagi. Untuk lebih pasti lagi. Yang pasti, dia udah pernah bohong sama saya. Itu aja untuk sekarang.”

Henandra tidak menanggapinya lagi karena ia melihat Nichi sudah mengeluarkan ponselnya. Sepertinya wanita itu sedang membaca sesuatu yang serius jadi Henandra kembali dengan pekerjaannya menyapa para pekerja kantor.

••

“Lo nggak bareng Apollo?”

Nichi yang sedang mnghitung uang untuk membayar belanjaannya itu langsung menggeleng pelan. “Nggak. Dia sibuk.”

Reyna yang mendengar jawaban Nichi itu mengernyitkan keningnya. “Sibuk? Sibuk apa? Bukannya selama ini sesibuk-sibuk apa pun dia, dia selalu bela-belain buat ketemu sama lo?”

Little Things [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang