Melamun di atas balkon saat malam hari itu sudah menjadi kebiasaannya selama ini, di temani coklat panas dan selimut berwarna biru laut. Ia melamun memikirkan semua yang telah terjadi, tak habis fikir apakah dirinya tak pantas bahagia?
Jarum jam menunjukan pukul sembilan dan belum ada tanda tanda suaminya pulang, Dira terkekeh miris. Apakah itu simpanan Rio selama ini? Mementingkan wanita lain yang bukan istrinya.
Ia memutuskan untuk tidur mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan mata yang sudah membengkak akibat terlalu banyak menangis terus menerus.
Jam lima sore ia baru pulang karena ketiduran di apartemen Nathan, dan anehnya dua kancing kemejanya terlepas, juga Nathan tak ada di apartemennya. Tapi Dira tak mau negatif, munkin terlepas tak sengaja dan Nathan ada keperluan munkin.
Ia menutup pintu kaca balkon, meletakan mug berisi setengah coklat panas yang sudah dingin karena ia lupa dan asik melamun. Ia merebahkan tubuhnya, memejamkan matanya erat dan menyelam masuk ke alam mimpi.
Di sisi lain Rio ketiduran di sofa, ia lelah karena meladeni Cintya yang banyak mau dan terus meminta ini itu, ia rindu dengan istrinya, ia ingin pulang tapi malah berakhir ketiduran di kamar rumah sakit Cintya.
Rio mengerang pelan, ia membuka matanya dan mendengar sayup sayup suara.
"Ibu setuju kalo kamu balikan sama Rio, ibu akan bantu kalian balikan."
"Iya ibu harus bantu aku buat balikan lagi sama Rio! Aku masi cinta sama Rio!"
"Ibu ga akan maksa kamu lagi, ibu akan turuti kemauan kamu meski itu terlarang." Ibu Cintya tersenyum seraya mengusap pelan rambut anaknya dengan sayang.
"Ga akan bisa! Saya udah nikah dan saya mencintai istri saya!" Suara Rio yang keras dan berat membuat keduanya kaget dan menoleh ke arah Rio.
"Eh-- Rio.. ga gitu mak--"
Rio langsung keluar dan menuju rumahnya, ia ingin memeluk istrinya, ia sangat merindukan istrinya, ia rindu masakan istrinya, dan ia lapar sekarang.
Ia membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya yang begitu dingin, biasa nya meski ia pulang larut rumahnya tetap hangat dan bau masakan istrinya masih awet di seluruh penjuru rumahnya tapi kini dingin dan tak tercium bau apapun.
Ia melangkahkan kakinya menuju dapur, membuka lemari atas yang biasa terdapat makanan. Ia menatap nanar karena hanya satu jenis makanan yaitu pepes ikan yang ia yakini belum di panaskan atau itu makanan dari siang.
Ia jadi teringat istrinya membawa makanan untuk dirinya makan siang tapi ia malah mengabaikan dan ke rumah sakit menemui Cintya.
Rio menghela nafasnya kasar, ia tak melihat istrinya dan tak mendapat sambutan pulang. Mungkin istrinya sudah tidur jadi ia memutuskan untuk menghangatkan makanan sendiri.
***
Seminggu berlalu, Dira kembali ke sifat yang dulu. Datar dan dingin, selalu mengabaikan suaminya tapi tetap melakukan tugas seorang istri. Hatinya masi sakit, bayangan kejadian itu juga masi teringat olehnya.
Ia duduk di single sofa kamarnya setelah membersihkan kamar nya yang berdebu, Rio sudah berangkat sedari tadi. Tiba tiba perutnya bergejolak ingin memuntahkan sesuatu, ia berlari ke kamar mandi.
"Oekk"
"Oekk"
Dira memutar keran air dan membasuh mulutnya, lututnya lemas. Ia terduduk di bawah sambil memegangi perut nya yang masih tersisa sedikit mual.
KENAPA SI GW
MAKAN APA KEMAREN
APA MAKAN MAKARONI SAOS KEJU ITU YA
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY ANANDIRA (TAMAT)
Random{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA !!} {HARGAI AUTHOR DENGAN VOTE KALIAN !!} NO PLAGIAT! PYUR HASIL KARANGAN + HIDUP NYATA "Jadi itu anak dia? Aku kira kamu gak semurahan itu." Rio berdecih tertunduk dengan mata yang makin memerah menahan nangis. "Maksud...