63

35 3 0
                                    

Rio berlari di lorong rumah sakit dengan wajah sangat amat khawatir, hati nya tak tenang saat Randu memberitahu bahwa Dira masuk rumah sakit dan kritis karena penyakitnya. Di depan ruangan sudah ada Randu seorang diri menangis, rambutnya begitu tak terbentuk.

"Gimana kondisi Dira?"

Randu mendongak, terlihat jelas mata yang membengkak, hidung memerah dan ingus yang terus di tarik oleh Randu.

"Hiks.. keadaannya parah sekali.." Randu kembali menangis tersedu sedu. Rio duduk menenangkan Randu, perasaannya tidak karuan.

Ia takut Dira meninggalkannya, tunggu! Bukankah keadaannya selama terapi di katakan baik? Lalu mengapa Dira kritis dan di nyatanya kan kondisi yang memburuk?

Dokter kembali keluar setelah memeriksa Dira.

"Apakah kalian kerabatnya?"

"Saya suaminya." Kalimat itu sangat ringan Rio ucapkan membuat Randu mendongak cepat menatap Rio tidak percaya.

"Kondisi pasien buruk, di tambah kanker yang ia derita sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Sangat kecil ia bisa bertahan hidup dengan lama atau kemungkinan hanya tiga bulan ia bertahan hidup."

Air mata yang ia bendung sedari tadi meluncur bebas saat mendengar pernyataan dokter. Hatinya begitu sakit, ini yang sangat Rio takut kan, Dira akan meninggalkan Rio kedua kalinya? Selamanya?

"Saya pergi dulu, permisi."

Rio terduduk kembali di sebelah Randu yang kembali menangis kencang. Matanya menatap kosong ke arah ruangan ICU, tidak ada yang harus ia lakukan setelah ini untuk mempertahankan Dira, tidak ada perjuangannya lagi untuk kembali bersama Dira.

Tak lama Sarah, Caca, Kenzo, dan Chandra menghampiri keduanya. Mereka melihat keduanya dengan perasaan gelisah, apakah ada kabar buruk yang menimpa Dira?

"Rio! Gimana keadaan Dira?" Tanya Sarah dengan wajah yang tak jauh beda dengan Rio. Rio menggeleng tanda semuanya tidak baik baik saja.

"Kok geleng! Jawab yang bener bego!"

Rio menoleh ke arah Caca dengan mata yang memerah "Dira hanya bisa bertahan sebulan lagi.."

"Apa maksud lo!!" Sarah berteriak lalu memukul menampar Rio yang terdiam dengan mata terus mengeluarkan air.

"Selama ini Dira mengidap kanker otak stadium lanjut, dia gamau kasi tau kalian karena gamau buat kalian khawatir. Dia sering terapi sama Rio tapi hasilnya malah memburuk dan.. semuanya udah menyebar ke seluruh tubuhnya.. Dira.. gabisa di selamatin hiks.." Randu yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. Semuanya menatap tak percaya pada Randu, jadi selama ini?

"Kenapa ga ada yang kasi tau kita hal ini? Rio! Kenapa lo ga bilang sama kita tentang penyakit Dira!"

Rio menggeleng samar "Dira gamau buat kalian khawatir.."

***

Seminggu sudah Dira di rawat di rumah sakit dan kini ia boleh pulang, Rio mendorong kursi roda nya pelan menuju mobil. Tidak ada yang membahas penyakit Dira karena Rio meminta untuk tak membahas dan kembali membuat Dira drop semakin parah.

Wajah pucat Dira dan kepala yang di tutupi topi sutra karena rambutnya mulai rontok. Mata nya menatap kosong kedepan, semuanya sudah tak ada yang bisa di pertahankan lagi.

"Mau langsung pulang atau belok dulu ke sesuatu tempat?" Tanya Rio saat sudah meletakan Dira di kursi sebelah kemudi.

Dira menggeleng sebagai jawaban.

Sepanjang perjalanan tidak ada suara apapun kecuali musik romantis yang sengaja Rio putar. Sesekali Rio melirik Dira yang hanya diam membisu.

"Rasya.. dimana?"

STORY ANANDIRA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang