Happy Reading❤️***
Selesai makan, Javas kemudian menjalankan kembali motornya dengan cepat karena langit sudah mulai gelap. Ia takut sebelum mengantar Desya sampai kerumah, mereka malah kehujanan. Dan yang ditakutkanpun terjadi, saat sedang menunggu lampu merah rintik kecil hujan mulai turun membasahi mereka.
Javas tidak memperdulikannya, saat lampu lalu lintas berubah kewarna hijau ia menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, berharap segera sampai dirumah Desya. Ia tidak mau memulangkann wanita ini lewat jam malam, bisa makin rusah reputasinya dimata orang tua Desya.
Tetapi ia merasakan dekapan wanita itu diperutnya mengerat dan getaran samar terlihat olehnya juga ditangan pucat itu. Setelah mempertimbangkan ia memutuskan untuk menepi disebuah toko tutup yang terasnya menjadi tempat berteduh pengendara bermotor lain. Ia membelokkan motornya dan berhenti setelah mereka terlindung dari hujan yang makin lama makin deras.Turun dari motor kemudian dengan cepat membuka jok motor, mengambil jaket hitam besar disana. Ia menoleh menatap Desya yang menggigil kedinginan dengan tangan kecilnya menenteng helm. Javas mengambil alih helm dari tangan wanita itu lalu meletakkannya asal dimotor bersamaan denga helm yang dipakainya tadi. Setelahnya memakaikan jaket yang diambilnya dari jok motor ke tubuh Desya yang bergetar kedinginan. Desya pun hanya pasrah dan menatap tindakan pria itu kagum. Setelahnya ia terbelalak kaget saat melibat Javas juga berniat membuka baju yang dikenakannya.
"Ehh kamu ngapain?!" Tanyanya panik. Ngapain juga pria itu membuka baju ditengah keramaian begini dan dalam keadaan dingin begini.
"Buka baju" jawabnya polos, tapi membuat mata bulat Desya makin membulat gemas.
"Iyaa buat apa? Jangan aneh-aneh deh"
Pria itu menunjuk rambut Desya "itu rambut kamu basah, mau aku keringin pake bajuku ini"
"Gak usah!" Desya memukul kecil tangan pria itu. Sangat konyol sekali pemikiran pria itu menurutnya.
"Nanti kamu sakit" balas Javas tegas.
"Biarin! Kita ditempat umum Javas, jangan malu-maluin" bisiknya, tetapi dengan tekanan disetiap kalimatnya.
"Biarin" Javas mengikuti nada bicara Desya "mereka gak kenal kita kok. Nanti kalau kamu sakit bukan mereka juga yang bertanggung jawab. Cuekin saja"
"Aku tetap gak mau ya! Kalau kamu nekat aku gak mau lagi ngomong sama kamu" Ia meremas ujung jaket melampiaskan rasa gemasnya akan tingkah konyol pria itu.
Javas terdiam pasrah sebelum kemudian terkekeh geli, pria itu lalu mengacak lembut puncak kepala Desya.
"Kamu kalau panik gemesin banget sih" ucap pria itu diantara kekehannya.Desya kemudian terdiam dengan wajah memerah malu. Ia meliarkan pandangannya mencoba menghindari tatapan Javas yang selalu menatapnya dengan tatapan jenaka dan kadang juga menatapnya serius seperti ada tekat disana.
"Kamu... kamu nyebelin" ia berpura-pura kesal. Lalu kemudian ia berdiri canggung disamping Javas. Pria itu sesekali menyentuhnya untuk menghindari orang yang berteduh disana mendorong atau berdekatan dengannya. Seperti saat ini, ada seseorang pemuda yang berlari kecil sembari menutup kepalanya dengan tas dan hampir menabraknya, tetapi Javas dengan cepat menariknya menjauh dan membentak pria itu. Dan sekarang ia malah berdiri tepat didepan pria itu mereka bahkan tidak ada jarak, tubuh depan pria itu bersentuhan dengan tubuh belakangnya."Javas jangan teriak, tidak enak sama yang lain" Desya mencoba menenangkan pria itu yang masih bisa ia dengar suara nafasnya yang berat tanda Javas masih kesal.
"Dia hampir saja membuatmu terjatuh Desya" bisik pria itu kesal diatas kepalanya. Ia dapat merakan panas hembusan nafas Javas di puncak kepalnya.
"Dia tidak sengaja, jangan berlebihan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Is Crazy
Romance21+ Mereka berdua seperti pasangan psikopat yang menikmati kesakitan dan gemar menyakiti diri sendiri atas nama cinta. Desya seperti kehilangan kewarasan kerena menikmati kesakitan yang didapat dari Javas dan pastinya akan disembuhkan kembali oleh p...