Desya sedang menekuni ponselnya sembari menunggu bus berikutnya. Begini lah rutinitasnya setiap hari, pergi dan pulang kuliah kembali kerumah menggunakan bus, ini tahun kedua dia kuliah di salah satu universitas Swasta dikotanya. Desya tidak akan pergi kemana-mana, dia lebih senang menikmati waktu kosongnya dengan membaca.
Awalnya dia menikmati kehidupan monotonnya itu, sebelum lelaki pengganggu itu muncul dan mengusiknya. Desya sadar didalam lubuk hatinya yang paling dalam, bahwa dia sangat menikmati kehidupannya saat bersama lelaki itu. Walaupun mulutnya selalu menolak, tetapi hatinya mengembang oleh kebahagiaan. Desya merasa hidupnya terasa berwarna, tidak monoton dan membosankan lagi. Bahkan teman-temannya mengatakan bahwa akhir-akhir ini wajahnya berseri dengan senyum tipis terpantri indah. Tetapi Desya mengelak, dia yakin tidak akan sampai sebegitunya.
Sudah setahun ini lelaki itu kembali menghantui kehidupan tenangnya, setelah pertemuan terakhir mereka saat kelulusan SMA. Pria itu muncul dengan cengiran khasnya, menyapa Desya dan mengatakan bahwa lelaki itu hampir mati karena merindukannya, Dasar laki-laki buaya. Tapi yang membuat Desya hampir menjatuhkan rahangnya saat bertemu kembali adalah penampilan Javas yang seperti preman? Atau apalah, tidak ada preman pasar setampan dia, tuh kan sepertinya javas sudah memengaruhinya sebesar ini.
Saat itu Javas muncul di depan kampusnya, mencegat Desya. Membuatnya membelalak sesaat setelah melihat pria dengan kaos oblong berwarna hitam dan jeans robek di kedua lutut, tepat seperti penampilan preman pasar. Makin melotot dan dia hampir menjerit, saat melihat tato memenuhi seluruh tangan sebelah kiri dan mengintip dari bagian O-Neck kaos yang dikenakan pria itu, sepertinya bagian dada juga dipenuhi tato, Juga motor besar yang sangat berisik. Lengkap lah sudah penampilan preman Javas Alonza, teman satu kelasnya dulu. Yang pernah mengatakan bahwa lelaki berandal itu menyukai Desya si juara kelas. Sejak Javas menyatakan perasaannya yang di tolak mentah-mentah oleh Desya, pria itu selalu membuntutinya kemanapun Desya pergi, dan kegiatan apapun yang diikutinya.
Menghela nafas kasar mengenyahkan ingatan masalalunya dengan Javas yang sudah dua hari ini tidak datang menemuinya. Menoleh sekilas ke jam tangannya, jarum jam sudah menunjuk keangka empat, kemudian memfokuskan diri dengan ponselnya. Walaupun tatapannya fokus ke ponsel, tetapi sebenarnya fikiran Desya berkelana. Dan setiap fikirannya tertuju kesosok Javas yang beberapa tahun ini selalu mengganggunya, dia akan menggelengkan kepala mencoba mengenyahkan senyum tengil dan tingkah aneh lelaki itu.
Desya kemudian menjabarkan satu persatu keburukan lelaki itu di dalam hati, guna menggantikan rasa yang mulai berakar dihatinya. Aku tidak boleh menaruh hati dengan lelaki berandal tidak punya masa depan seperti itu. Dia jelek, miskin, kumal, tatoan, tidak punya sopan santun, tengil... Apa lagi yah? Bibir Desya komat-kamit mengucapkan kata demi kata seperti mantra. Demi meyakinkan hatinya yang selalu mengatakan sebaliknya, bahwa lelaki itu tidak seburuk yang kelihatan, Javas adalah pria tampan dengan senyum menawan yang sampai kemata, dan tatonya membuat pria itu terlihat makin gagah, tingkah tengilnya selalu menimbulkan senyum simpul menghiasi wajah Desya.
Bahkan suara berisik motornya, yang tertangkap indra pendengaran Desya selalu mampu menggetarkan hatinya, seolah menanti dengan dada berdebar kencang.
"hey..." telapak tangan seseorang melambai tepat di depan wajah Desya "ngelamunin apa bu? Kangen nih pasti sama gue" suara tengil javas yang di sertai kekehan kecil membuyarkan lamunannya. Javas berdiri tepat dihadapan Desya, pria itu membungkuk dengan tangan kiri bertumpu di lutut dan wajahnya sejajar dengan wajah Desya yang menatapnya ngeri. Bahkan hembusan nafas lelaki itu membuat wajah dan telinganya menghangat saking dekatnya, dia pasti sudah memerah sekarang.
Desya membelalak menatap wajah Javas yang tersenyum setengah kearahnya, dengan tatapan horror, jadi tadi itu betulan suara berisik motor lelaki ini? Yaampun Desya kamu perlu memeriksakan diri, untuk menyembuhkan virus javas yang mulai menggerogoti hati dan fikiranmu. Desya kembali memperingati diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Is Crazy
Storie d'amore21+ Mereka berdua seperti pasangan psikopat yang menikmati kesakitan dan gemar menyakiti diri sendiri atas nama cinta. Desya seperti kehilangan kewarasan kerena menikmati kesakitan yang didapat dari Javas dan pastinya akan disembuhkan kembali oleh p...