Happy Reading❤️
***"Kamu yakin sudah bisa mulai kuliah hari ini?"
"Iya... aku absen tiga hari" Javas tidak membiarkannya masuk kuliah selama sakit dan saat pemulihan juga pria itu melarangnya untuk berangkat kekampus.
Javas menatap tajam "Makanya, diajak kedokter biar ada surat sakit malah gak mau" pria itu bersungut kesal.
Desya terkekeh geli "Kamu sudah seperti emak-emak cerewet" mencubit pelan puncak hidung mancung pria itu.
"Siapa coba penyebabnya"
Pria itu masih belum setuju jika ia berangkat kuliah hari ini. Menurut Javas tubuh Desya masih lemah dan badannya masih agak hangat. Tetapi ia harus tetap berangkat kuliah jika tidak ingin ketinggalan, ia harus segera lulus agar bisa bekerja membantu Javas membiayai kehidupan mereka.Dengan cepat Desya mengecup bibir Javas yang sedari tadi cemberut.
Javas yang merasakan aksi tidak terduga Desya itu pun terdiam dan membelalak kaget. Ia masih terdiam kaku dengan pandangan kosong dan tubuh yang terasa membeku bahkan setelah Desya menjauh dengan pipi memerah malu.
Sesaat kemudian bola matanya bergerak menatap Desya tajam.
"Jangan memancingku Desya. Kamu tidak tahu sekeras apa aku menahan diri" serak Javas, memperingati wanita itu.Desya menunduk ia merasa pipinya sekarang seperti terbakar antara malu dan ingin menangis. Maksud hati untuk menyenangkan pria itu, ia malah merasakan penolakan. Sesaat tidak ada yang membuka suara, mereka berdua sibuk menenangkan diri masing-masing.
Tetapi saat merasakan keterdiaman wanita itu, Javas mulai tersadar, mungkin ia terlalu kasar. Menarik bahu Desya dan mendekap erat wanita itu didadanya. "Jangan menangis"
"Kamu menolakku" gumam wanita itu diantara isakannya.
Javas berdecak ria "dasar wanita"
Wanita itu marah mendengar nada meremahkan Javas "Dan sekarang kamu menyalahkanku!" Seru Desya kesal sembari memukul dada Javas menggunakan kepalan tangnnya.
"Sesuka hatimu sajalah" balasnya cuek tetapi senyuman simpul terbit dibibirnya. Ia menyukai kekesalan wanita itu, sangat menggemaskan menurutnya.
"Javas!" Desya mendorong kasar tubuh Javas.
Javas menarik kembali pinggang wanita itu, ia mematahkan perlawanan Desya yang ingin lepas dari dekapannya "Iya sayang..."
"Kamu nyebelin" nada suara Desya melunak begitu juga dengan tubuhnya yang mulai rileks dalam pelukan Javas tidak sekaku tadi, sekarang wanita itu juga balas memeluk pinggang pria itu.
"Kamu menggemaskan" gumam Javas sembari mengelus dahi Desya yang mengerut.
Desya merasakan pipinya kembali memerah. "Udah sana berangkat. Nanti kamu telat" mendorong pelan tubuh pria itu.
Dengan berat hati pria itu pun melepaskan dekapannya. Lalu menangkup wajah Desya dan menyematkan kecupan lembut didahi wanita itu.
"nanti jam sepuluh aku jemput kesini""Gak usah, aku berangkat sendiri saja"
Javas menatap Desya menyelidik. "Aku akan tetap kesini menjemput dan mengantar kamu kekampus" balas Javas tidak mau dibantah.
"Jangan begini Javas. Kamu sudah libur tiga hari, terus hari ini mau bolos kerja hanya untuk mengantar aku kekampus?" Desya tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu.
"Aku bisa berangkat sendiri, aku masih hafal jalan jangan khawatir""Nanti pulang aku jemput" Javas mengalah lagi, sudah berapa kali dia mengalah untuk Desya.
"Kalau kamu sibuk tidak usah" balas Desya sembari menyusun bekal makan siang Javas kedalam satu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Is Crazy
Romansa21+ Mereka berdua seperti pasangan psikopat yang menikmati kesakitan dan gemar menyakiti diri sendiri atas nama cinta. Desya seperti kehilangan kewarasan kerena menikmati kesakitan yang didapat dari Javas dan pastinya akan disembuhkan kembali oleh p...