Happy Reading❤️
***Sesekali Javas melirik dari sudut mata, Desya yang sedang sibuk diruang tamu dengan laptop dihadapannya. Wanita itu mendiamkannya sedari tadi. Bahkan makan malam mereka lalui dengan keheningan. Javas berdehem untuk menarik perhatian Desya, tetapi ia malah melihat kerutan samar dikening wanita itu, tandanya Desya tertanggu. Mengurungkan niatnya yang ingin memulai pembicaraan. Mungkin Desya masih marah dan tidak terima dengan perlakuannya yang mengagetkan tadi sore.
Ia bahkan duduk persis disamping wanita itu tetapi sekalipun tidak teralih fokus Desya kearahnya, seolah wanita itu tidak menganggapnya ada. Dengan wajah merah menahan kesal Javas bangkit, melangkah kearah jendela mengambil satu batang rokok dan menyalakan ujungnya. Ia membuka jendela samping dan angin malam langsung membelai wajahnya. Berdiri didekat jendela ia menghisap perlahan rokok sembari menikmati angin malam. Ia butuh sesuatu untuk mengalihkan emosi yang mulai menggeliat.
Hingga satu batang rokok habis terbakar, dadanya belum merasa lega. Ia kembali membuka bungkus rokok dan akan menyalakannya dengan wajah sudah menegang kaku, saat kemudian suara lembut seseorang menghentikannya. Ia menoleh kearah Desya dengan satu batang rokok yang belum sempat dinyalakan terselip disudut bibirnya.
"Cukup satu" ucap wanita itu ambigu. Suara Desya bahkan baru terdengar tetapi dengan kalimat yang membingungkan ia sampai berfikir keras.
"Apa?"
"Jangan merokok terlalu banyak kalau masih ingin melihat anak cucu mu kelak"
"Hah?" Entah kenapa kalimat itu menggelitik perasaannya tetapi secara bersamaan terasa mengganjal.
"Lupakan!" Desya lalu menutup kesal laptopnya kemudian berjalan menuju kamar dengan langkah dihentak.
Melihat itu Javas yang kemarahannya mulai mereda kembali emosi. Apasih mau wanita itu? Ia mengacak rambutnya frustasi. Bahkan mereka belum baikan, tetapi wanita itu sudah ngambek lagi sekarang. Ia melempar rokoknya kesal keluar jendela lalu menutup jendela itu dengan cara menghempaskannya. Setelahnya ia mengikuti Desya dengan langkah panjang tidak sabaran kearah kamar.
Saat Javas menghempaskan keras pintu kamar ia menemukan Desya sedang berbaring dengan tubuh dibalut baju tidur berwarna kuning terusan sebatas lutut yang kelihatan indah melekat dikulit putih pucat wanita itu. Ia meneguk ludah yang terasa kelat menyusuri tubuh wanita itu dengan tatapan lapar.
Sedari tadi otaknya sudah menyusun rencana untuk mengklaim saja wanita itu agar mereka selalu terikat. Ia yakin Desya akan berfikir seribu kali untuk berdekatan dengan pria lain jika ia sudah menandai wanita itu sebagai miliknya. Tetapi pemikiran warasnya memperingatinya, bahwa cinta harus mengubahnya menjadi pria yang lebih baik dan tentu saja melindungi Desya bahkan dari dirinya sendiri. Tetapi iblis dalam dirinya lagi-lagi menghasutnya membuatnya kehilangan kendali. Desya sendiri lah yang menyerahkan diri kepadanya ia sudah mencoba menolak tetapi wanita itu sendiri yang datang kepadanya.
Saat sedang berdebat dengan diri sendiri ia bahkan sudah menemukan dirinya berdiri tepat diranjang samping tempat Desya berbaring. Dan menemukan tatapan polos yang kelihatan bingung tetapi mampu membuatnya menegang sempurna.
Dengan tatapan yang saling mengunci Javas menunduk dan membawa tangannya untuk membelai paha Desya dari balik terusan yang sudah ia singkap. Tenggorokannya terasa tercekat saat kulit halus itu bersentuhan dengan telapak tangannya yang kasar. Belaiannya naik secara perlahan hingga kepinggiran celana dalam wanita itu.
Javas menemukan Desya memejamkan mata kemudian terpekik pelan saat ia menggoda bagian bawah tubuh wanita itu. Tidak ada penolakan, Desya bahkan kelihatan pasrah semakin membuatnya nekat.
"Uhm... Javas" Desya menggigit bibirnya guna untuk menahan desahan yang ingin keluar dari tenggorokannya. Sekarang Javas bahkan sudah melepaskan tiga teratas kancing baju tidur Desya, dan pria itu sedang memainkan lidahnya disalah satu puncak dadanya yang menegang.
"Jangan ditahan" gumam Javas diantara kegiatannya yang sedang mempermainkan puncak dada Desya dengan mulutnya dan bagian bawah Desya dengan jarinya. Celana dalam wanita itu bahkan sudah terlempar kesudut ruangan.
Desya meliukkan badannya saat merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dibagian bawah perut. Dadanya bertalu kencang dan otaknya seolah membeku dengan pandangan mengabur. Kemudian memekik keras saat dengan sengaja Javas mencoba memasukinya dengan satu jari.
Javas mengangkat pandangan menatap manik Desya yang sedang tidak fokus.
"Yaampun, kamu basah, sempit dan hangat dibawah sana" serak pria itu.
Lalu setalahnya suara robekan baju terdengar mengisi kesunyian kamar."Ke_kenapa?"
"Kita tidak membutuhkannya"
Javas naik keatas ranjang menunduk diatas Desya, melingkupi tubuh wanita itu dengan tubuh kekarnya. Duduk mengangkang diantara kaki Desya, sekarang Javas sibuk melepaskan kausnya dan melepas kancing celananya.Desya memalingkan wajah saat dengan tidak tahu malu Javas melepaskan seluruh kain yang melekat ditubuh kekarnya, mereka sama-sama telanjang sekarang. Lalu pria itu membelai wajahnya dan menariknya menoleh lagi kearah pria itu. Dengan terpaksa Desya menurut tetapi ia memejamkan mata erat.
"Buka mata kamu Desya... lihat aku" bisik Javas lembut tepat diatas bibirnya. Sesekali pria itu menggodanya dengan cara membelai bibirmya menggunakan lidah. Ia mengatupkan bibir erat dan menutup mata erat juga.
Tetapi Javas tidak kehilangan ide, pria itu memilin puncak dada merekah merah kecokelatan Desya. Memainkannya menggunakan Jari, menjepit dan sesekali memelintirnya dari lembut sampai keras. Dengan pandangan fokus kearah ekspresi tersiksa Desya.
"Ahh Javas" suara desahan Desya terdengar lebih lantang karena tidak tahan dengan godaannya. Javas tersenyum lembut lalu memagut bibir wanita itu menelan desahan Desya dengan tangan belum puas mempermainkan dada Desya yang mulai sekarang menjadi tempat favoritnya.
Tangannya turun kebawah memeriksa bagian bawah Desnya lalu ia tersenyum disela ciumannya. Ia menjauh lalu menatap Desya yang juga menatapnya dengan pandangan tersiksa. "Kamu sudah siap ternyata dibawah sini" godanya dengan tangan yang memainkan bagian bawah tubuh Desya.
"Kamu mau kita melanjutkannya?" Tanya pria itu serak.
Desya mengangguk perlahan dan menutup matanya pasrah saat Javas menunduk membenamkan wajah di lehernya. Ia juga merasakan Javas mencoba untuk memasukinya dengan sabar. Geraman pria itu menunjukkan betapa Javas sudah tidak dapat menahan diri. Tetapi alih-alih mendorong dengan sekali hentakan pria itu sekarang sedang mencoba memasukinya dengan penuh sabar dan perhatiaan.
"Sakit?" Tanya Javas diantara giginya yang bergemelatuk.
"Ehmm pelan-pelan. Rasanya tidak nyaman"
"Kamu hangat banget sayang" geramnya sembari menggigit leher Desya. "Kenapa susah banget masuknya?"
Desya yang mendengar ucapan pria itu merasakan pipinya semakin menghangat. Ia mengusap-usap punggung pria itu sebagai pengalihan. Bukan hanya Javas yang merasa kesusahan ia pun juga kewalahan, rasanya ngilu dibawah sana bahkan pria itu belum berhasil memasukinya.
"Aku tidak tahan lagi Desya! Maaf" serak Javas sebelum pria itu mendorong keras membuat Desya memekik kesakitan.
Javas melenguh keras "Maaf sayang" pria menyeka pipi Desya yang basah. Pria itu merasa bersalah tetapi tidak dapat menahan diri. Ia menggeram saat merasakan dirinya dijepit erat.
"Sakit" isak Desya.
Javas memagut bibir wanita itu untuk mengalihkan rasa sakit, ia berharap semoga itu sedikit membantu.
***
Tbc7 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Is Crazy
Romansa21+ Mereka berdua seperti pasangan psikopat yang menikmati kesakitan dan gemar menyakiti diri sendiri atas nama cinta. Desya seperti kehilangan kewarasan kerena menikmati kesakitan yang didapat dari Javas dan pastinya akan disembuhkan kembali oleh p...