Happy Reading❤️
***
Desya membuka matanya yang terasa berat saat mendengar seseorang menyebut namanya dan sentuhan lembut dihidungnya. Ia menemukan Javas sudah duduk dipinggiran ranjang kemudian sesuatu terasa menyentuh keningnya. Pria itu masih mengopresnya dengan telaten.
"Kamu tidak bekerja?" Ujarnya pelan."Aku ijin hari ini. Ayo bangun kamu harus makan" wajah Javas menegang, entah kenapa ia merasa sangat kesal melihat Desya yang sangan lemas ini. Bukan apa-apa, dadanya ikut sakit melihat wajah kuyu itu.
"Sudah jam berapa?"
"Dua belas"
"Kamu sudah makan?" Tanya wanita itu lagi untuk membangun percakapan yang rasanya sangat jarang diantara mereka setelah dirinya sakit. Ia ingin pria ini tersenyum lagi kepadanya dan mengajaknya bercanda, membicarakan apapun itu, akhir-akhir ini Javas sangat pendiam.
"Setelah kamu makan" dirinya tidak merasakan lapar sama sekali, padahal semalam setelah Desya mulai tidur dengan nyenyak ia juga malah ketiduran disamping wanita itu. Sibuk merawat Desya sampai sepertinya lupa dengan kebutuhan dirinya sendiri.
"Maaf, aku ngerepotin" dan sekarang ucapan Desya memancing kernyitan tidak suka dikening Javas. Pria itu menatap tajam wanita keras kepala itu.
"Hmm" jawabnya cuek dengan dada dipenuhi kekesalan."Kamu marah?"
"Iya" jawabnya tegas menusuk manik Desya yang makin sayu dan sekarang berkaca.
"Kenapa?" Tanya wanita itu bergetar menahan perasaan.
"Kamu keras kepala! Kalau dari semalam kita ke rumah sakit, demamnya pasti sudah turun" Javas bahkan sudah menggertakkan gigi menahan emosi. Bagaimana bisa sampai siang begini demam wanita itu tidak turun juga.
"Kamu tahu aku takut rumah sakit" sela Desya tidak kalah kesal.
"Demi kebaikan kamu! kamu bisa tahan takutnya kan?"
"Gak bisa! Yang ada aku makin sakit"
Javas menghembuskan nafas frustasi.
"Baiklah. Kalau sampai besok demamnya tidak turun juga mau tidak mau kamu harus tetap ke rumah sakit! Sekarang kamu makan" pria itu membantu Desya untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Kemudian membantu mengikat rambut panjang wanita itu. "Kamu berkeringat, aku sudah pesan ac sebentar lagi nyampe""Buat apa?"
"Apanya?"
"Ac nya Javas"
"Emang kamu tidak tahu kegunaan AC?"
"Sudah lah, lupakan"
"Jangan marah. Aaa buka mulutnya" pria itu lalu membantu Desya makan sampai nasi dimangkok itu habis. Memberikan obat untuk diminum Desya, walaupun dengan wajah meringis wanita itu tetap menelan obat pahit itu. Javas mengelus lembut kening Desya dengan tatapan dalam
"Jangan sakit, aku ketakutan" suara pria itu terdengar serak."Jangan deket-deket" erang Desya sembari mendorong lemah dada pria itu.
"Kenapa?" Javas mencengkram pergelangan tangan Desya yang mendorongnya, menatap tidak suka manik wanita itu.
"Nanti kamu tertular"
Javas hanya berdecak kecil
"Aku mau cium kamu"Desya membelalak kaget mendengar ucapan frontal pria itu tetapi sesaat kemudian sesuatu yang kenyal dan hangat menguasai bibirnya. Pria itu membelai lembut bibirnya sampai Desya terbuai dan pasrah, wanita itu menutup mata pasrah mengikuti permainan bibir Javas.
Javas menggigit pelan bibir Desya dan membuat wanita itu meringis lalu ia bisa menasukkan lidahnya. Menunduk makin dalam pria itu menekan Desya dibawah tubuhnya saat bibirnya menguasai bibir wanita itu tangannya tidak tinggal diam, ia mermas pelan dada Desya. Ia bahkan mendesah saat menemukan dada Desya dan menangkupnya menggunakan tangannya. Sesekali memainkan puncak dada wanita itu, ia dapat mendengar erangan pelan dari bibir Desya yang masih ia kuasai. Tidak puas hanya memainkan dada wanita itu dari luar baju, Javas kemudian menyentak kasar kancing teratas baju tidur wanita itu. Ia menyambar cepat dada Desya dan menggulumnya seperti bayi yang kehausan. Pekikan tertahan Desya membuatnya semakin bersemangat, ia memainkan lidahnya disana dan ia juga merasakan cakaran kuku Desya ditangannya.
Javas memaki dalam hati sebelum beranjak melangkah panjang keluar dari kamar dan tidak sengaja membanting pintu kamar keras. Ia mengurung diri kekamar mandi memukul kepala dengan kepalan tangan, merutuki diri sendiri. Javas merasa sangat brengseng karena memanfaatkan keaadaan Desya yang sedang lemah. Hampir saja ia merobek pakaian wanita itu dan menyatukan tubuh mereka. Tetapi akal sehatnya kembali sebelum ia berbuat jauh. Javas kemudian melepaskan seluruh pakaiannya kemudian menyiram tubuhnya, mendinginkan kepala serta tubuh yang mulai panas sepanas bara api.
Sementara itu Desya yang tersadar dari perasaan yang baru pertama sekali dirasakannya. Merapikan bajunya dengan tangan gemetar. Mencoba mengancing kembali piyamanya tetapi tidak berhasil. Ia bahkan masih merasakan panas didadanya karena perbuatan Javas, bahkan menikmatinya. Desya juga mengeluarkan suara-suara menjijikkan dari mulut sendiri. Ia hampir tidak mengenali diri sendiri, betapa bahanyanya hubungan mereka ini.
Saat masih berkelana dengan pikiran sendiri tiba-tiba sebuah tangan membantunya memasangkan kembali kancing piyamanya. Bola matanya bergulir menatap tangan Javas yang terasa dingin kemudian menatap wajah pria itu yang juga terlihat menegang, rambut pria itu juga basah, air menetes dari helai rambut turun kewajah samping Javas. Tangannya gatal ingin menyeka wajah pria itu, tetapi untuk bergerak ia merasa kaku. Ia masih mengingat perbuatan pria itu beberapa menit yang lalu, ia bahkan menikmati.
"Jangan menatapku seperti itu" suara serak Javas tiba-tiba menyentaknya dari lamunan.
"Seperti apa?"
"Seperti kamu takut dan jijik. Maaf karena lancang, tidak seharusnya aku berbuat sejauh itu dengan hubungan kita yang masih seumur jagung" ucapnya penuh sesal.
"Kamu pantas marah""Kamu sudah menerimaku dan merawatku, aku seharusnya berterimakasih bukan marah"
"Dan memanfaatkanmu" ucap pria itu menyesal, Javas meremas tangan Desya lembut.
"Istirahat lah, nanti sorean aku bangunin dan bantu mandi kekamar mandi" pria itu lalu mengelus lembut helaian rambut Desya dan kening wanita itu naik turun.Dengan berat hati Javas akhirnya menjauh, setelah melihat kelopak mata wanita itu kembali tertutup dan tubuh itu mencari kenyamanan. Ia mengecup lembut kening Desya sebelum beranjak membawa nampan tempat piring kotor tadi kembali ke dapur. Ia harus menyudahinya sebelum semua semakin jauh dan membuat mereka menyesal dikemudian hari. Javas menyanyangi wanita itu dan ia akan melindungi Desya bahkan dari dirinya sekalipun.
***
Tbc18 Oktober 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Is Crazy
Romance21+ Mereka berdua seperti pasangan psikopat yang menikmati kesakitan dan gemar menyakiti diri sendiri atas nama cinta. Desya seperti kehilangan kewarasan kerena menikmati kesakitan yang didapat dari Javas dan pastinya akan disembuhkan kembali oleh p...