15 | Saling Sayang

65 10 0
                                    

15 | Saling Sayang

Paginya, Lena terbangun tanpa Katya di sisinya, cahaya matahari mulai masuk ke kamarnya melalui jendela tertutup dengan horden berwarna putih, rasa sakit di perutnya sudah mulai menghilang. Lena melihat kantong kompres yang semalan dipakainya diletakkan secara asal di atas meja di sebelah tempat tidur, dan suara Katya mulai terdengar sedikit dari arah luar.

"Suruh Mbak Ina aja, aku gak ngerti." Suara Katya terdengar lebih jelas ketika Lena membuka pintu kamarnya, kakaknya itu berada di dapur, membelakanginya. "Aku gak bisa! Aku gak tahu kunyit itu yang gimana, gimana kalau aku sampai masukin lengkuas?"

"Ya, suruh Mbak Ina aja beli dulu kunyitnya, Katya!" Terdengar decakan sebal dari bundanya, Lena melipat bibirnya, tersenyum tipis.

"Aku gak punya nomor telponnya Mbak Ina," ujar Katya lagi merajuk.

Bunda menarik napas berat. "Itulah. Biar bunda aja yang ngomong sama Mbak Ina, bunda punya nomor telponnya. Kamu jagain aja adek kamu, jangan sampe sakit lagi. Coba lihat di kotak obat ada obat pereda nyeri apa enggak, harusnya sih ayah kamu nyetok ya. Biasanya dia yang paling rajin nyetok." Lena minggir sejenak, memperhatikan Katya yang mulai mencari-cari di dalam kotak obat.

"Ini, bukan?" Katya menunjukkan satu strip obat tablet ke layarnya, dan suara bunda terdengar lagi, "Nah iya itu. Sambil nungguin Mbak bikinin kunyit, nanti kasih aja obat itu dulu kalau sakit lagi, kalau gak sakit gak usah diminum. Kamu sendiri gimana? Ada sakit juga gak?"

"Gak ada. Bunda pulang besok, ya?" Katya menutup kotak obat, kemudian meletakkannya ke rak atas.

"Iyaa. Aduh, Katya, kenapa pake baju kayak gitu di rumah?! Kan ada Pak Damar, ganti baju yang bener dong!" Suara omelan bunda terdengar lagi, sementara Katya terlihat santai-santai aja mengangkat ponselnya sekali lagi.

"Aku baru bangun tidur, Bun. Nanti aku ganti baju pas mandi."

Terdengar helaan napas bunda sekali lagi. "Yaudah, buruan mandi dan ganti baju. Kabarin bunda kalau ada apa-apa, ya?" Katya berbalik, tatapannya bertemu dengan Lena yang langsung canggung saat melihatnya, berbeda dengan Katya yang cenderung santai-santai aja. "Bunda tutup ya? See you there, Sayang."

"Mm-hm, see you." Kemudian panggilan video mereka terhenti. "Udah bangun lo?" tanya Katya, nada suaranya berubah jadi lebih biasa, gak ketus kayak kemarin.

"Iya," jawab Lena sambil memegangi kursi di meja makan, matanya menatap ke sekeliling seolah mencari sesuatu. "Eh, lo udah bangun daritadi?"

Katya menggeleng. "Baru juga, belum sejam kayaknya." Lena tiba-tiba merasa terharu sendiri, diliputi perasaan bersalah juga karena kemarin sudah membentak Katya—yah, walaupun mungkin kata bentak agak salah juga sih, tapi pokoknya dia udah bersikap gak baik dengan Katya kemarin malam. Sementara semalam, Katya menunggunya hingga tertidur ketika perutnya sakit, begitu bangun langsung menghubungi bunda untuk menanyai perihal jamu yang sering mereka minum saat datang bulan.

Lena mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian mulai duduk di sebelah Katya. Kakaknya itu masih sibuk dengan ponselnya, dan Lena meliriknya sedikit untuk melihat dengan siapa gadis itu bertukar pesan, dan cuman bisa menebak kalau itu grup kelasnya.

"Gue mau sarapan scrumble egg sama roti, lo mau juga?" Katya berdiri terlebih dahulu dari posisinya, menoleh ke arah Lena dengan tatapan yang... biasa aja.

Yah, gak ada yang istimewa dari tatapannya. Gak terlihat khawatir, atau marah, seolah mereka tidak pernah bertengkar semalam. "Yah, boleh...," jawab Lena pelan.

Katya & Lena's Secret Mission [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang