02 | Rencana Awal : Gagal Total

94 18 0
                                    

02 | Rencana Awal : Gagal Total

Kalau diingat-ingat, Lena berpikir kalau sebenarnya Katya itu gak ada baik-baiknya sama sekali dengannya, meskipun kenyataannya dari kecil, Lena udah jadi fans berat Katya—yah, sampai sekarang juga masih sih.

Lena ingat, waktu dia kelas empat SD kepalanya pernah benjol karena Katya yang sudah SMP dan lebih jago olahraga darinya itu mengajaknya latihan basket yang menurutnya lebih seperti memukulnya bertubi-tubi menggunakan bola basket.

Yah, kalau dipikir-pikir lagi, Lena juga gak paham kenapa bahkan sampai sekarang dia masih saja menuruti segala kemauan Katya—kayak misalnya, hari ini....

"Bun, aku minjem lipstick dong." Katya berujar setelah selesai berganti pakaian, ayah sudah kembali ke kantornya, sementara bunda lagi duduk-duduk aja di ruang makan sambil membaca majalah.

Bunda berdecak. "Kamu masih kecil, jangan kebanyakan dandan." Tapi beliau sama sekali tidak mengutarakan keberatannya, dan akhirnya tetap berkata, "Ada di atas meja, jangan sampai rusak."

"Aku udah mau tujuh belas tahun!" protes Katya kemudian menarik tangan Lena untuk mengikutinya. Lena dapat mendengar kekehan bundanya di bawah, mungkin ada sesuatu yang lucu di majalahnya.

Sebenarnya kamar bunda dan ayah letaknya gak terlalu jauh dari ruang makan, makanya menurut Katya bakalan gawat kalau misinya ketahuan ketika bunda yang sekarang sudah kelihatan lebih segar itu mau kembali ke kamarnya. Makanya pekerjaan beresiko itu diberikan kepada Katya.

"Nanti lo tinggal teriak aja pas bunda datang, oke? Bilang aja, 'eh, bunda. Mau tidur? Bunda udah enakan?' tapi suaranya yang kencang biar gue bisa dengar." Lena mengerucutkan bibirnya, kesal kenapa Katya bisa senekat itu.

Pembicaraan selama sepuluh menit mereka cuman menghasilkan satu rencana menggagalkan perceraian bunda dan ayah, curi surat gugat dari pengadilan agama untuk dihancurkan. Lena gak yakin dengan rencana ini sih, tapi menurut Katya, kalau mereka dengan tekun melakukan ini, kedua orangtua mereka mungkin akan kehilangan kesabaran dan akhirnya berpikir bahwa perceraian bukanlah hal yang baik dan mungkin akan membicarakan masalahnya lagi.

Lena sih gak paham jalan pikiran Katya, tapi menurutnya ide Katya boleh juga sih. Akan lebih baik kalau bunda yang menyimpan surat itu, bukan ayah. Soalnya kalau ayah terlalu penyabar dan teliti, kehilangan surat beberapa kali gak akan membuatnya menyerah—atau lebih parahnya, mungkin beliau akan menyimpan surat itu baik-baik sampai tidak ada yang bisa menemukannya.

Untuk beberapa saat, Lena hanya diam saja, duduk melayangkan pikirannya ke berbagai kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Dia akan ikut dengan bunda, sementara Katya akan ikut dengan ayah. Melihat bagaimana kedua orangtuanya bicara soal hal itu membuat Lena percaya bahwa keduanya terdengar yakin dengan keputusan tersebut, berpisah dan nantinya akan terus berhubungan dengan baik.

Gak akan ada lagi hari-hari menyebalkan saat dia bertengkar dengan Katya setiap harinya—tapi Lena sendiri gak bisa membayangkan dirinya akan hidup tanpa kakaknya yang menyebalkan itu. Dia juga gak bisa membayangkan bagaimana hidup ke depannya tanpa mengobrol santai dengan ayahnya, bunda dan ayah sama-sama dekat dengannya, namun dengan cara yang berbeda, dan keduanya tidak bisa saling menggantikan posisi satu sama lain.

Cukup lama juga Lena terdiam sambil mendengarkan kesibukan Katya di dalam sana, membuka-buka laci dan membongkarnya, sementara bundanya masih betah duduk di meja makan sambil meminum teh. Hingga akhirnya terdengar derik kursi yang membuat Lena menegakkan duduknya, menatap tubuh bunda yang kini terlihat olehnya.

"LHO, BUNDA UDAH MAU TIDUR LAGI?!" Karena panik, Lena mengeluarkan suara yang terlalu keras, membuat bunda berjengit mendengar suara kerasnya. "Bunda—eh, maaf, bunda udah enakan?"

Katya & Lena's Secret Mission [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang