01 | Keputusan Bunda

159 19 5
                                    

01 | Keputusan Bunda

Suasana di meja makan terasa berbeda bagi Katya dan Lena, namun tidak bagi Bita ataupun Ganendra.

Bita terlihat santai-santai saja menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anaknya, avocado toast dan segelas air putih bagi masing-masing orang. Ayah bergabung di meja makan tidak lama kemudian, sudah rapi dengan setelan kerjanya dibarengi bunda yang membiarkan cucian bekas memasaknya tertinggal di dapur. Bunda emang suka masak, tapi gak suka cuci piring. Biasanya yang nyuci piring ya ayah kalau enggak Mbak Jum yang datang setiap hari untuk membersihkan rumah.

Terus hari ini, sepertinya sarapan bukanlah saat yang tepat bagi keduanya mulai membicarakan perceraian yang mereka rencanakan semalam, karena sama sekali tidak ada pembicaraan soal itu. Bunda cuman berkata singkat ke Lena, "Lena, hari ini berangkatnya sama ayah dulu ya. Bunda lagi gak enak badan, gak pergi dulu ke DeBita." Lena mengangguk paham, dan kelihatannya bunda agak bingung karena Katya sama sekali tidak protes soal itu.

Soalnya... Lena yang masih SMP dan Katya yang sudah SMA bersekolah di sekolah yang arahnya saling berlawanan. Katya biasa diantar ke sekolah oleh ayah karena searah dengan kantor ayah, sementara Lena diantar oleh bunda yang walaupun arahnya gak sebegitu samanya, tapi memang bunda memiliki jam kerja yang lebih fleksibel sebagai pemilik toko roti.

Biasanya Katya suka protes kalau ada perubahan peraturan begitu—yang jelas kali ini bukanlah kali pertama—soalnya sebagai yang jarak sekolahnya lebih jauh, Katya jadi suka sampai di sekolah lebih lambat dari biasanya, meski jarang telat juga sih.

Tapi hari ini Katya diam saja, meskipun setelahnya Bita tetap berujar, "Kalau sekarang kalian mulai pakai seragam kalian, gak akan ada yang terlambat." Kemudian sambil menumpuk piring-piring yang ada di meja makan, Bita kembali berujar, "... dan Katya, kalau bisa sepulang sekolah nanti, langsung pulang ya?"

Meskipun terlahir dengan gender yang sama, Lena harus akui bahwa hubungannya dengan sang kakak gak sebaik itu. Katya yang mungkin sejak dia lahir—atau paling enggak sepanjang ingatan Lena sejak kecil—gak suka sama dia, menjadi lebih dingin setiap harinya. Walaupun di sekolah, setiap anak yang menganggunya selalu ditangani Katya, tapi Lena sering berpikir, Katya hanya ingin dipandang baik oleh orang lain saja. Karena sikapnya itu lho, beda banget ke orang lain sama ke adeknya sendiri!

"Iya," jawab Katya seraya bangkit dari posisinya dan mulai mencium kedua pipi bunda, sesuatu yang sangat gak biasa dia lakukan, dan dengan cepat berjalan ke arah ruang keluarga, tempatnya barusan meletakkan tas serta seragamnya di sana.

"Aku berangkat ya, Bun?" Lena mengikuti langkah Katya, mencium kedua pipi bundanya. Tapi melihat dari sifatnya yang soft, hal ini gak sebegitu mengejutkannya bagi Bita.

"Langsung pulang ya?" Bunda berujar lagi. "Nanti ayah juga makan siang di rumah, iya kan, Yah?"

Ayah bergumam mengiyakan, kali ini juga ikutan mencium dahi bunda—seperti yang biasanya beliau lakukan. Lena melirik ke arah Katya yang sekarang sedang cuek saja memasang ikat pinggang di sekeliling rok abu-abunya, bersikap wajar seolah tidak ada hal yang berubah di rumah ini setelah mendengar percakapan semalam.

Malah, Katya masih sempat-sempatnya juga berujar, "Buruan, Len. Gue gak mau telat." sambil berlalu terlebih dahulu ke dalam mobil.

Dasar putri es! Lena mengumpat kesal di dalam hati.

***

Kalau Katya gak menyukainya entah karena alasan apa, Lena justru tidak terlalu menyukai kakanya dengan kenyataan bahwa keduanya sering dibanding-bandingkan.

Katya & Lena's Secret Mission [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang