05 | Dugaan Katya

63 12 0
                                    

05 | Dugaan Katya

Lena menyukai me-time seperti ini. Menghancurkan biskuit sebagai base untuk cheesecake mereka dan mencampurkannya dengan mentega yang sudah dicairkan, sambil membantu bunda untuk menimbang bahan lainnya.

Bunda memasukkan loyang ke dalam oven yang sudah dipanaskan, lalu memasang timer untuk menghitungnya. "Nah, tinggal beresin dapurnya aja!" katanya ceria. "Oh iya, nanti sore, kamu bunda tinggal sebentar gak apa-apa ya? Bunda ada janji sama orang."

Lena mengangguk. Satu hal lagi yang membuat Lena yakin banget kalau bunda bertingkah seperti orang bangkrut adalah....

Galena :
lo percaya gak kalau gw bilang, bunda cuci piring?

Katya :
percaya karena pernah lihat, tapi... wow? sering?

Galena :
setiap masak kayaknya

Katya :
damn....

"Bunda, sini aku bantuin cuci piringnya." Lena menawarkan, walaupun sejujurnya dia belum punya pengalaman mencuci piring yang sebenarnya. Paling-paling yang dia cuci ya bekas makannya sendiri.

"Gak apa-apa kok, kamu duduk aja di sana, temenin bunda," kata bunda lembut sambil tertawa. "Aduh, semoga mesin dishwasher-nya cepet datang! Nanti tangan gue cepet kasar kalau cuci piring begini mulu...." Lena dapat mendengar bunda mengeluh dengan suara pelan.

"Bunda beli dishwasher?" Lena bertanya, walaupun sudah dilarang, tapi Lena tetap membantu bundanya. Sebatas mengelap hasil cucian bundanya hingga kering. "Gak minta orang buat nyuci piring lagi?" Fyi aja nih, di rumah lama mereka, mereka juga punya dishwasher dan meskipun begitu, bunda tetap gak mau cuci piring—kadang-kadang aja nyucinya.

Bunda menggumam mengiyakan. "Gak tahu deh kalau listriknya nanti kuat apa enggak... eh, nanti kita duduk-duduk di sana yuk? Nanti sore—setelah bunda pulang, gak lama kok—pas cheesecake kita udah jadi!" Lena tersenyum, lalu mengangguk setuju.

***

Burnt cheesecake buatan bunda emang gak ada lawannya sama sekali. Lena merasa kalau seleranya terhadap kue terlalu tinggi karena sejak kecil selalu mencicipi masakan bundanya yang luar biasa enak. Lena kecil, bisa menghabiskannya satu loyang kue kalau dibawa ke DeBita—membuat bundanya sering marah dan akhirnya hanya memberikan Lena sedikit sekali kue untuk dimakan.

"Aku udah lama gak makan kue beneran gini, bukan yang low sugar or gluten free, tapi yang beneran gini!" Lena berujar sambil menyuapkan kuenya ke dalam mulut—lupa dengan niat dietnya beberapa jam yang lalu.

Bunda tertawa mendengarnya. "Padahal hampir setiap hari kamu ke DeBita deh, emangnya sama karyawan bunda gak dikasih?" jawabnya sambil terkekeh. "Dulu waktu Katya kecil—sebelum kamu lahir, dan waktu kamu masih bayi banget—bunda sering masak bareng Katya kayak tadi," cerita bunda kemudian, ikut menyuapkan hasil karyanya ke dalam mulut. "Tapi ternyata, yah... bunda mungkin terlalu senang karena akhirnya punya anak, bunda kasih dia terlalu banyak sampai akhirnya obesitas dan...." Bunda menghentikan kalimatnya, lalu menggeleng sambil menghembuskan napas berat. "Makanya Lena, kamu sehat-sehat ya? Boleh makan kue kayak gini, tapi jangan sering-sering."

Lena tahu kalau Katya emang gemuk banget waktu kecil, dan Katya sendiri juga sudah menderita diabetes sejak berusia sepuluh tahun—membuat bunda secara tegas gak cuman membatasi makanan Katya, tapi seluruh keluarga, termasuk ayah dan Lena juga.

Waktu kecil sendiri, Lena punya badan yang cukup normal, dan mulai naik banyak begitu masuk SD. Berkebalikan dengan Katya yang semakin dewasa justru badannya semakin terbentuk bagus.

Katya & Lena's Secret Mission [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang