Oh benar. aku lupa bahwa aku sedang demam, dan mereka tak tahu itu. Kukira suhu ku sudah turun. Ternyata semakin naik. Kepalaku semakin pusing saja. Ah-aku tumbang.
Tubuhku sudah telungkup dibawah, tak mendengar apapun dan rabun mengambil pandanganku. Yang kulihat hanya mereka semua datang menghampiriku. Setelahnya aku tak tahu.
Luka dari perkelahianku tadi juga cukup banyak sih seingatku. Mungkin aku kelelahan.
.
.
Baru membuka kembali pandanganku. Kulihat sekeliling aku didalam ruangan yang isinya ada banyak ranjang.
Sudah jam setengah 3.
Aku bangkit, dan kain yang agak basah terjatuh dari dahiku. Berarti aku tertidur sudah cukup lama.
Aku melihat Fian yang berbaring miring, menghadapku. Dia tidak tertidur. Hanya memandangiku polos. Secara tatapannya iya,polos. Oh mungkin dia heran mengapa aku langsung terbangun.
"kau sudah merasa lebih baik?" -kata Fian.
Aku tak memperhatikan wajahnya, dan hanya kubalas anggukan.
"terimakasih sudah membantuku"
"bukan aku yang membantumu, tapi teman temanmu" elakku.
"kau juga temanku"
"terserah"
"kau temanku, tapi apakah aku temanmu?"tanya Fian pelan
"hah?" aku pura pura bingung.
"kau mengerti apa maksudku. Jawab saja"
"mungkin" jawabku asal
"oh begitu" balasnya singkat, lalu dia langsung bangkit dan menghampiriku.
Kenapa dia berdiri segampang itu? bukankah lukanya cukup parah?! wajahnya saja masih seperti mayat hidup!
Perasaanku tidak enak. Aku langsung tidur kembali dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Rasanya dia akan memakanku. Fian seperti hantu saja. Jalan perlahan, lalu membuka selimut yang menutupi wajahku.
"aku temanmu kan?"katanya pelan. Cukup menyeramkan.
"iya iya kau temanku" kututup kembali wajahku dengan selimut.
Tempat tidurku terasa sedikit terguncang.
Oh, ternyata dia duduk dibelakangku. Maunya apa? toh sudah kujawab kan apa yang dia mau?
Persetanlah aku mengantuk.
Hening.
"kau tahu?" bisiknya. Ralat, suaranya pelan agak membisik. Mungkin dia mengira aku sudah tertidur.
Aku hanya diam dan dengar.
"kenapa aku ikut latihan ini? padahal aku sejak kecil tak punya ingatan apalagi dendam. Aku hanya ingin membantu orang orang diluar sana. Hatiku berkata begitu."
"ditambah, aku bertemu dengan cinta pertamaku akan berlatih bersamaku" sambungnya. cukup membuatku tersipu. Tunggu! mungkin bukan aku orangnya, jangan ge er! dan aku juga memang tak punya niat untuk menyukai siapapun. aku berjanji pada diriku sendiri.
"jika aku mati, apa kau sedih?"
A-
A-apa katanya?! mendadak sekali! saking kagetnya aku bergerak dan terbongkarlah aku hanya pura pura tertidur. Sebentar, apakah mungkin dia tahu aku tidak tertidur?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of Our War
Historical FictionMengisahkan seorang gadis yang menjadi korban peperangan, dibawa ke tempat pelatihan bagai neraka,bertujuan untuk membuat generasi yang akan menghentikan perperangan konyol ini. Dan baginya, ia akan membalaskan dendamnya dalam menghentikan perperang...