[BEBY POV]
Aku mengendarai mobilku untuk pulang ke rumah setelah tadi menghadiri acara sarapan bersama dirumah Shani dan Gracia. Rasanya hari ini senang sekali bisa bertemu mereka lagi setelah lebih dari 15 tahun tak berkabar. Dan lega rasanya bisa bercerita banyak ke mereka semua.
Saat sedang asyik memikirkan Planning kedepannya sambil menyetir, tiba-tiba aku melihat Anin, Puchi, dan Aya beserta anak-anak mereka di Halte pinggir jalan, belum jauh dari Komplek Perumahan Shani dan Gracia.
"Itu mereka ngapain? Kayak lagi berantem? Samperin aja kali ya.." Ucapku monolog pada diri sendiri. Aku memutuskan untuk menepikan mobilku, dan turun dari mobil lalu mendekat ke arah mereka.
....
"Nin please nin.. dengerin aku sebentar.." Mohon Puchi pada Anin yang membuatku heran. Ini mereka pada kenapa dah? Trus kok si Anin nangis? Si Aya juga kenapa ga ngejauhin si Puchi dari Anin? Mana para anak-anak mereka juga pada nangis lagi."Hei.. Kalian pada kenapa?" Ucapku yang membuat mereka semua menoleh. Tiba-tiba Anin langsung berlari ke arahku, memelukku erat dan menangis. Aku terkejut dan benar-benar tak faham dengan apa yang terjadi sekarang?
"Nin.. Kamu kenapa?" Tanyaku seraya mengelus punggungnya dengan pelan. Namun ia tak menjawab melainkan tangisannya semakin pecah. Puchi menatapku dan juga Anin dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Nin.." Ucap Puchi mendekat ke Anin, perlahan ia memegang pundak Anin berharap Anin melepaskan pelukannya dariku. Perlahan Anin melepaskan pelukannya dariku dan menghadap Puchi.
"PERGI LO PUCHI!! PERGII!! GUE GAK MAU LIHAT LO LAGI!! PERGI DARI HADAPAN GUE!! BAWA ISTRI DAN ANAK-ANAK LO DAN JANGAN PERNAH MUNCUL DIHADAPAN GUE DAN ANAK-ANAK GUE LAGI!!" Ucap Anin berteriak keras dihadapan puchi sambil menangis. Aku pun semakin tak faham dan bingung harus apa sekarang? Mereka bertiga menangis. Aku harus apa? Untung jalanan ini sepi. Jadi tak ada yang melihat perkelahian ini.
"Mommy..." Panggil anak sulung Anin dengan lirih sambil memeluk adiknya.
"Beb.. Lo bisa bawa gue dan anak-anak gue pergi dari sini?" Mohon Anin padaku dengan airmata-nya yang terus mengalir. Reflek aku pun mengangguk.
"Ayo Kak.. Dek.." Ajak Anin pada kedua anaknya untuk memasuki mobilku. Aku pun segera membukakan pintu untuk mereka. Saat mereka sudah masuk, aku melihat Puchi yang sedang menangis sambil menunduk. Aku berinisiatif untuk menghampirinya sebentar.
"Puch, gue ga tau masalah kalian dan apa? Tapi ingat Puch.. Seberat apapun masalah kalian, selesaikan dengan hati dan perasaan yang baik. Sertakan tuhan jangan lupa. Dan yakin semua pasti ada jalannya masing-masing. Trus satu lagi, lain kali kalau mau berantem jangan didepan anak-anak. Kasihan mereka. Gue pamit antar Anin. Baik-baik ya kalian. Jan lupa anterin Aya dan anak-anaknya pulang. Semoga masalah kalian cepat selesai. Good luck, Puch.." Ucapku pada Puchi sambil menepuk-nepuk pundaknya dan sesekali melirik pada Aya, lalu bangkit.
"Beb.. Thankyou! Titip Anin dan anak-anaknya" Ucap Puchi menahanku. Akupun mengangguk lalu segera masuk kedalam mobil.
----
[Di mobil]
"Thankyou Beb, udah mau anterin gue pulang. Maaf ngerepotin. Tapi gue bersyukur lo datang dan mau nyamperin kita tadi" Ucap Anin sambil menatapku.
"Sama-sama, Nin.. Santai aja gosah minta maaf. Lagian rumah kita juga searah jadi ga ngerepotin" Jawabku sambil fokus menyetir.
"Pasti gue buat lo bingung ya, Beb? Nanti gue bakal cerita dirumah kalau lo mau mampir" Sambung Anin lagi.
"Gue bakal mampir. Ceritakan semuanya ke gue" Jawabku tanpa basa-basi.
Setelahnya hening.. Hingga sampailah dirumah mewah berlapis Emas milik Keluarga Cahyadi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
J48-Family
Teen Fiction𝙲𝙴𝚁𝙸𝚃𝙰 𝗙𝗜𝗞𝗦𝗜 '𝗴𝗮𝗯𝘂𝘁' 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙳𝙸 𝙺𝙰𝚁𝙰𝙺𝚃𝙴𝚁𝙸𝙽 𝙾𝙻𝙴𝙷 𝙰𝙽𝙶𝙶𝙾𝚃𝙰 𝚂𝙰𝙽𝙶𝙶𝙰𝚁 𝚃𝙰𝚁𝙸 𝙸𝙱𝚄𝙺𝙾𝚃𝙰. 𝘛𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢, 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢. 𝗗𝗜𝗦𝗖𝗟𝗔𝗜𝗠𝗘𝗥‼️ -𝟭𝟬𝟬𝟬𝟬...