Sagara pulang ke rumahnya tepat pukul 7 malam.
Ia hendak naik ke lantai atas, namun tiba-tiba suara berat milik ayahnya terdengar "Tumben kamu pulang tepat waktu."
Tepat waktu disini adalah, tepat saat makan malam dimulai.
Karena biasanya, Sagara selalu pulang malam, dan pasti melewatkan acara makan malam keluarganya.
Jujur saja ia begitu malas, apalagi jika kakeknya juga ikut makan malam disini.
Bisa budek kupingnya, karna selalu di banding-bandingkan dengan saudaranya.
"Pulang kemaleman salah, pulang tepat waktu juga salah." ucap Sagara.
"Sagara! udah mulai berani ngejawab kamu?!"
"Zion cukup!" Rain buru-buru menengahi sebelum terjadi perang ke 100, antara anak dan ayah itu.
Rain kemudian berkata pada Sagara "Sini makan dulu, Sa."
Sagara akhirnya menurut, ia mencuci tangannya di wastafel sebelum duduk di samping saudaranya.
Sagara menghabiskan makanannya dalam diam, dan tepat ketika ia akan kembali ke kamarnya.
Suara Zion kembali terdengar.
"Duduk dulu, ada yang mau ayah tanyain ke kamu."
"Kamu masih ikut balapan liar?
Sagara mengangguk, membuat Zion memijat pelipisnya pusing.
"Kenapa kamu gak bisa contoh kakak kamu Sagara? dia itu ga pernah keluyuran sampe tengah malem, ga pernah nyari ribut, ga pernah ikut balapan liar, selalu juara umum--"
"Stop yah! Sagara ya sagara, gak bisa kaya Albara! Walaupun kami kembar tapi sifat kami beda. Ayah harusnya tau itu."
Sagara muak, ia lalu bangkit dan beranjak naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Ia menutup pintu kamarnya sedikit kasar, emosinya sedikit meledak malam ini.
Ia tau yang ia lakukan itu salah, harusnya ia bisa lebih mengontrol emosinya, tapi jujur saja memendam emosi itu tidak mengenakan.
Semakin di pendam, semakin membuat dadanya sesak.
Ia mencoba menenangkan dirinya.
Tak sengaja melalui ekor matanya, ia melihat album foto yang ada di dekat lampu tidur.
Ia lalu menjangkau album foto itu.
Di foto itu terlihat sebuah keluarga bahagia, beranggotakan 4 orang.
Dua pria dewasa, dan dua anak laki-laki yang kira-kira baru berusia 6 tahun.
Sagara melihat dirinya yang masih kecil tengah tersenyum lebar, memperlihatkan keempat gigi ompong nya.
Lalu di sebelahnya ada Albara dengan senyum tipis yang menghiasi wajah mungilnya.
Sempat terbesit dalam pikiran Sagara, jika saja ia bisa menjadi Albara walau cuma sehari. Pasti akan sangat menyenangkan.
Otak encer, disayang semua orang, dan yang paling penting. Selalu di utamakan.
Anak emas kesayangan keluarga Argeswara.
Yang akan meneruskan bisnis keluarga ini setelah Zion pensiun nanti nya.
Tiba-tiba saja pintu kamarnya dibuka, membuat Sagara buru-buru meletakan kembali album foto itu, dan berpura-pura tidur.
"Sagara, udah tidur?" Tanya Rain yang melihat tubuh Sagara tertutup selimut tebal, hanya menyisakan sedikit rambutnya saja.
"Belum!" Sagara membuka kembali selimutnya, kala mendengar suara Rain.
Walaupun ayah dan kakeknya seringkali membandingkan dirinya dan Albara, tapi ia masih punya daddy-nya.
Daddy-nya tetap menyayangi nya dengan sepenuh hati, tanpa membanding-bandingkan dirinya dengan Albara.
Rain akhirnya masuk dan mendekap tubuh Sagara "Gausah di jadiin beban pikiran perkataan ayah kamu, anggap angin lalu aja."
Rain sebenarnya sangat tidak menyukai sikap Zion yang selalu membanding-bandingkan kedua anaknya.
Sagara dan Albara itu punya kelebihan di bidangnya masing-masing.
Jika Albara pandai di bidang akademik maka Sagara sebaliknya.
Sagara selalu mendapat juara pertama ketika ikut lomba renang dan taekwondo.
Rain jadi teringat ketika Sagara baru saja menginjak kelas 1 SMP.
Anaknya itu pernah menanyakan satu pertanyaan padanya.
"Kenapa daddy mau nikah sama ayah? coba aja kalo gak nikah, pasti Sagara gak akan di banding-bandingin terus kaya gini."
Hati Rain sakit mendengarnya, namun ia tetap berusaha memasang senyum tipis "Kalo gak nikah sama ayah kamu, kamu gak bakal ada di dunia ini Sagara. Jangan pernah benci sama ayah kamu ya."
(Dah mending ceraiin aja si Zion)
Hingga kini Sagara memutuskan untuk masuk ke sekolah yang lebih jauh, sekolah yang berbeda dengan Albara.
Sagara juga sempat meminta ijin pada Rain, supaya nama marga Argeswara yang ada di belakang namanya di rahasiakan.
---
Nah lohhhh.
Vote nya jan lupa pren.
Tangan gw gatel pengen up lagi, pdhl dh mlm gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL]Transmigrasi Regan
AcakRegan yang meninggal usai terlindas truk, di beri kesempatan kedua untuk hidup. lalu ia terikat pada sistem 167 untuk melakukan sebuah misi. Mau tau apa misinya? baca aja pren. -- Alur di luar nalar, gada logika, up sesuka hati:) Ada beberapa adegan...