Chapter 8Yang kelewat sederhana adalah pikiran Natta sebenarnya. Orang lain hanya terlalu runyam dalam memberinya kesimpulan acapkali melihat bagaimana sebenarnya ia menanggapi sebuah peristiwa. Saking mudahnya isi kepalanya, Natta tiba pada asumsi bahwa mansion milik nyonya ramah tamah yang menawarinya kontrak istimewa adalah keluarga pengusaha biasa yang mungkin termasuk penguasa ekonomi negara sehingga memiliki fasilitas selayaknya mereka pemilik kerajaan.
Mansion luas dengan taman-taman indah dan juga kolam renang yang bisa dipakai untuk olimpiade lompat indah. Ornamen klasik mewah dengan lantai marmer di setiap sudut. Berlantai empat dan juga memiliki elevator sendiri. Lalu lalang bodyguard berpakain rapi serba hitam dengan headset terselip di telinga mereka dan wajah yang sangar sukar senyum. Natta terkagum-kagum di sudut klinik karena baru bertama ia bertandang ke kediaman pengusaha yang memiliki rumah yang demikian.
Padahal mantan tunangannya juga kaya raya, namun mansionnya tidak sedramatis mansion kepunyaan tuan muda Romsaithong. Bahkan mansion Wattanagitiphat juga tidak segini berlebihannya. Ataukah sebenarnya tuan besar Romsaithong aka suami nyonya Anita menyukai sesuatu yang memang menarik perhatian?
Natta masih terasa lugu untuk orang-orang seperti tuan Mile ternyata.
"Dokter Natta? sudah makan siang?" Tanya Jeje berbaik hati di hari ketiga Natta sebagai pekerja dibawah lisensi kontrak buruh nyonya Anita, seusai pria itu mengobati luka-luka manusia yang menggantungkan harapan hidupnya melalui aksi laga melindungi bisnis tuan besar. Jarum pendek jam sudah menyentuh sisi kanan yang artinya cukup sore untuk menanyakan 'makan siang' "Belum, phi. Ini baru mau gabung ke cafetaria," Balas Natta mendekati posisi Jeje yang lebih terang.
Akhir-akhir ini, Natta tidak bisa makan siang tepat waktu karena setiap hari menghadapi IGD dalam keadaan dikutuk Tuhan karena tidak pernah sepi. Mungkin Natta membutuhkan adaptasi lebih lanjut karena sampai kapanpun IGD 'klinik kecil' milik nyonya Anita tidak akan pernah sepi sampai tuan Romsaithong bangkrut dan jatuh miskin.
"Ayo bersama kalau begitu," Ajak Jeje tersenyum serius. Natta yang tidak peka cuek saja, ya. Mana mau ia memusingkan ekspresi orang lain yang tidak memiliki urusan permusuhan dengan Natta sebelumnya. Natta menyamakan langkahnya dengan Jeje dan berjalan beriringan menuju cafetaria untuk mengisi perut mereka dengan makanan nikmat.
"Phi, kenapa ya seram sekali lorong-lorong rumah ini?" Tanya Natta kasual. Meskipun ia terkagum dengan kemegahan isi mansion, namun aura kelamnya tidak mampu Natta manipulasi isi hatinya. Tetap mansion ini gelap dan dingin meskipun lampu menyorot sepanjang waktu.
"Ini memang konsep yang tuan Romsaithong sukai, jangan runyam.." Balas Jeje santai namun jawaban itu tidak memuaskan rasa penasaran Natta. Otaknya jelas tidak mampu menerima alasan yang kelewat sederhana demikian.
Natta tidak mampu berbohong bahwa beberapa kali sekelebat bayangan arwah bergentayangan berlarian dan bermain ceria di dekatnya (?) Natta trauma dengan segala bentuk hantu yang acapkali tidak bijak dan tidak peka akan gestur penolakan dari tubuhnya. Jangan sampai ada yang kerasukan setan di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUDADE - MILEAPO [COMPLETED]
FanfictionSAUDADE [MILEAPO FANFICTION] Sepenggal kisah hitam pewaris aristokrasi jajaran lembaga eksekutif, memberanikan diri jatuh hati pertama kali kepada beliau calon penguasa organisasi bercitra putih, tanpa tahu bahwa mereka pernah terjerat utas takdir d...