14. Vow

1.8K 283 81
                                    


Chapter 14

Tersadar dari gelapnya alam mimpi dan panggung kecemasan yang merusak tatanan hidup tenangnya -Natta dalam keadaan demikian sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tersadar dari gelapnya alam mimpi dan panggung kecemasan yang merusak tatanan hidup tenangnya -Natta dalam keadaan demikian sekarang. Demam tinggi yang memeluk erat suhu tubuhnya perlahan luruh hingga yang tersisa hanya pegal linu ditambah sedikit rasa sendu yang masih betah bertahta.

Kepalanya tetap disentak muram hingga terasa sakit yang tidak jelas intinya berada di mana. Apakah di kepala belakangnya atau justru ada di ubun-ubun. Yang jelas semuanya terasa pedih hingga Natta sukar memberi gambaran. Namun hal itu sudah tidak amat penting untuk dipikirkan lebih rinci, karena sekarang keadaan yang direngkuh oleh Mile jauh lebih menimbulkan heran di titik terdalam pikiran Natta.

Ada apa ini, batin Natta setengah sadar dan samar-samar merasa nyaman. Ia begitu familiar dengan gestur yang Mile urai sembari memejamkan matanya. Pukul tujuh malam lewat dua belas menit terlihat dari denting jarum jam dinding yang ada di kamar tersebut. Mata Natta aktif setelah sekian menit mencoba memaksa jiwanya untuk sadar dari rantai alam pembaringan. Diliriknya tubuh keras yang terbaring tegang dengan raut tidak bisa santai. Sepuluh pertanyaan ingin Natta tulis dari lisannya melihat keadaannya saat ini, namun siapa yang akan berbaik hati menjawab hingga memuaskan dahaga pengetahuan mengenai hal yang Mile lakukan?

Jujur, rasanya tetap kalut, sama seperti terakhir kesadarannya masih memiliki toleransi untuk tetap menyala di tengah ramuan lebam akibat ekspektasi yang berlebihan pada perasaan.

Menit berlalu, pelukan Mile terpahat lebih erat hingga tidak ada tanda-tanda akan kendur, justru terasa semakin mencekiknya membuat tubuh Natta spontan melakukan perlawanan. Dia butuh bernapas namun rupanya Mile menaruh dendam padanya hingga apapun yang pria itu lakukan selalu terasa menyakitkan.

Pasrah, Natta bukan hanya di tahap letih dengan pikirannya namun sudah tidak mampu berbuat apapun untuk menanggulangi sikap Mile yang semena-mena. Natta bahkan masih teringat bagaimana bibir Mile luar biasa kurang ajar melecehkannya di depan banyak orang. Apa mau pria ini, sendu Natta tidak merasa bisa memahami Mile sampai detik ini.

"Kamu udah lebih baik?" bisik suara serak tepat di telinga Natta membuat pemuda tinggi itu berjengit kaget. Untung Tuhan masih ingin menghukumnya sehingga rasa kagetnya tidak sampai membunuh secara tiba-tiba.

"Ya," jawabnya singkat dan padat terdengar enggan bertanggap seusai Natta mampu mengendalikan keterkejutannya.

Perlahan-lahan Mile buka selimut yang membalut tubuh keduanya hingga menyisakan jalinan benang itu sebatas pinggang, tangan besarnya meraih dahi Natta seakan ingin merasakan berapa derajat suhu yang mebelenggu tubuh pasangan hidupnya.

"Anda-"

"Natta, aku benci panggilan itu. Bisakah kamu memanggil seperti saat kita di Venesia?" pinta Mile dengan mata menyorot permohonan besar. Natta hanya melirik sepintas sebelum kembali menyamankan tubuhnya untuk berbaring membelakangi Mile.

SAUDADE - MILEAPO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang