45.

2K 174 22
                                    

heyy sorry ya guys buat slow update nya hehe...
kemarin sibuk banget sama kuliah, sekarang udah masuk liburr, just remind me buat update cepet, keyyy?

and seriously buat dapet ide sama feel buat nulis tuh susah banget, author cuman ga mau asal update dan bikin cerita ini jadi ga nge feel atau terkesan buru buru, loff buat yg udah semangatin dan dukung author terus, if there's something you wanna request or else just tell me okay?

here we go again ♥

****

"did you know what have you done, Rachel?"ucap Marvel penuh penekanan memecah keheningan di dalam mobil ferrari purosangue SUV yang dengan lancar membelah keramaian jalanan jakarta yang tak pernah sepi.

Rachel mendengus pelan, dirinya sedang tidak mood meladeni kemarahan kakaknya itu. Pikirannya masih melayang pada Aluna yang kini bersama Razan. Bahkan bekas air mata masih membekas di pipi gadis mungil itu.

Marvel mengehela nafas pelan, tangannya terangkat untuk mengusap pipi Rachel yang terasa dingin. Marvel sedikit khawatir, udara dingin tidak baik untuk kondisi Rachel sekarang, apalagi gadis nakal kesayangannya ini membawa kabur ducati miliknya yang kini di bawa kembali oleh Arvel yang tadi pergi bersamanya mencari Rachel. Membuat Marvel semakin pusing membayangkannya. Banyak sekali hal yang keluarganya lewati mengenai Rachel.

"Oke, kakak ga akan marahin kamu sekarang, then just sleep well oke? kamu pasti cape."

"Ga marahin sekarang berarti bakal tetep di marahin kan? Rachel mau sama Aluna aja, kak. Ga mau balik ke mansion!"rengek Rachel manja.

"Just sleep well, Rachel. Kita bahas besok."

Rachel berdecak kesal. Memanyunkan bibirnya untuk mengekspresikan rasa kesalnya. Rachel sadar betul kali ini pasti kesalahannya sangat fatal apalagi Marvel bahkan tidak memanggilnya dengan panggilan 'Shei' seperti biasa. Hah, damn it, Rachel terlalu lelah untuk memikirkannya. Apalagi kini baru terasa nafasnya mulai berat.

No, Rachel we're gonna be okay

*****
Niat hati ingin memarahi Rachel pagi ini, keempat pria Ziero ini bahkan tidak tega hanya sekedar menatap dingin Rachel begitu pagi ini Rachel kembali kambuh. Rachel terlihat lemas dengan wajah lesu menatap Xavier yang cemas. Alat bantu pernafasan bahkan sudah terpasang rapi pagi ini di wajahnya. Rachel terlihat sedikit menggigil, mengingay suhu tubuhnya yang tiba tiba tinggi.

"Hhhh, ini pasti karena kejadian semalam."gumam Renan pelan. Jason mengangguk menyetujui. Mengelus lembut rambut lepek Rachel.

"Tidur lagi ya, queen, pasti ini karena kurang tidur semalam, get well soon, queen, "ucap Jason lembut. Masalah semalam mungkin akan di bahas nanti saja. Jason tak tega melihat kondisi Rachel begitu lemas dan lelah.

"Ayahh, hhh mau peluk hhh,"ucap Rachel lirih, terdengar nafasnya yang masih sedikit sesak. Xavier tersenyum tipis. Ikut membaringkan tubuhnya di samping Rachel sambil memeluk erat putri kecilnya ini.

"Handle kantor untuk hari ini Renan!"titahnya oada Renan. Renan mengangguk mengerti.

"Tidak perlu khawatir."ucap Renan singkat setelah mencium dahi Rachel lembut kemudian pergi diikuti oleh Marvel dan Arvel yang harus siap siap berangkat sekolah juga.

Jason terdiam sebentar menatap Rachel yang tertidur dengan nafas yang berat.

"Aku akan menghubungi Razan setelah ini. "ucapnya singkat.

Xavier mengernyit pelan,"Aku rasa ini bukan salah Razan, Jason."balas Xavier.

Jason mengangkat kedua bahunya, "Memang bukan salahnya, tapi aku menanyakan bajingan siapa yang sudah membuat Rachel harus keluar secara diam diam seperti semalam membela temannya."

NEVER ENOUGH(Possesive Brother Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang