42.

3.6K 224 25
                                    

Pagi ini tak sedamai yang di harapkan. Matahari belum menampakkan sinarnya, tetapi Rachel sudah harus terpaksa bangun karena merasa mual dan sesak. Dan beginilah kondisi Rachel. Lemas karena habis mengeluarkan isi perutnya dan bahkan dengan kondisi yang sedikit kesulitan bernafas. Alat bantu pernafasan kini kembali setia terpasang di wajahnya.

Xavier menghela nafas. mengusap dahi Rachel yang sedikit berkeringat dingin. kemudian mengecupnya lembut.

"Ayahh, dingin, pelukk.."rengek Rachel. Xavier tersenyum tipis, menaiki ranjang rumah sakit Rachel yang memang cukup besar. memeluk tubuh ringkih Rachel erat.

"Masih ga enak hm perutnya?"

"Sedikit.."

"di bawa tidur aja ya cantik, lain kali jangan hujan-hujanan lagi, okey?"

"Okey ayah"balas Rachel lemas.

"...Ayah, mau coklat panas bangun nanti."

Xavier terkekeh, mengangguk sambil mencium pipi Rachel gemas.

"Iya, princess."

****

Sedangkan di satu sisi lain, Aluna menatap bangku samping nya sendu. Sudah tiga hari dari insiden yang ramai di perbincangkan oleh seisi sekolah yang katanya Rachel jatuh pingsan dengan Regan, anak sang pemilik yayasan juga anak tunggal keluarga terpandang Xeimoraga, yang terliat panik membawa Rachel pergi ke rumah sakit.

Tidak, Aluna tidak seperti anak-anak yang lainnya yang justru hanya fokus dengan bagaimana anak keluarga terpandang seperti Regan begitu mengkhawatirkan Rachel. Aluna merasa sepi dan juga khawatir dengan kondisi Rachel. Apakah separah itu? Kemarin juga sepertinya terjadi hal yang cukup penting, mengingat Aluna melihat Marvel dan Arvel yang terlihat buru-buru keluar sekolah meski jam pulang masih sangat jauh.

Maka di sinilah Aluna, dengan segala keberaniannya, Aluna berniat untuk bertemu Marvel dan Arvel untuk menanyakan keadaan Rachel. Aluna berjalan di koridor sekolah sambil terus mencari atensi keberadaan Marvel dan Arvel. Hingga entah bagaimana Aluna sudah jatuh tersungkur di lantai koridor.

Aluna meringis pelan, mendongak mendapati sekumpulan cowok dan cewek yang kini tertawa mengejeknya. sial. Rasanya Aluna ingin menangis, tangannya mengepal erat untuk menahan air matanya. 

lupakan Aluna, sekarang kita harus mencari tahu keadaan Rachel.

Aluna hendak berniat berdiri hingga sebuah tangan terulur padanya. Aluna tertegun untuk beberapa saat. kemudian mendongak hanya untuk mendapati Razan dengan wajah datar nya. Disampingnya berdiri Langit yang berdiri tegak. Karena kejadian itu seketika orang-orang yang sedang menertawakan Aluna diam membisu. menatap nyalang dimana Aluna sang gadis miskin bulan-bulanan sekolah di bantu oleh seorang Razan?! Langit yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Perasaan ni sekolah rada freak deh, ga waras."gumam Langit.

Razan yang gemas karena Aluna tak kunjung menerima ulurannya memilih langsung memegang lengan gadis tersebut untuk membantunya berdiri. Aluna yang baru tersadar dari kaget nya lagsungburu- buru menegakkan tubuhnya.

Razan menatap sekilas ke arah Aluna, kemudian menatap sini ke arah sekumpulan cewek dan cowok yang tadi menjegal kaki Aluna.

"Sekali lo ngelakuin hal sampah kaya tadi lagi, habis lo sama gua."ancam Razan datar, kemudian menarik Aluna pergi meninggalkan kerumunan.

Langit terkekeh pelan, menatap remeh cowok yang tadi Razan ancam. Meski datar seharausnya semua orang di sini sudah tau, itu bukanlah ancaman bualan semata.

Razan lebih dari serius.

Langit menepuk pundak cowok itu sambil terkekeh pelan, "Watch your step dude."

NEVER ENOUGH(Possesive Brother Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang