Berjalan keluar dari lingkungan sekolah baginya adalah penjara diri.
Alla tidak mengharapkan kepulangannya kali ini, dengan wajah muram dan dada bergemuruh perasaan gelisah seakan bumi akan menelannya hari ini.
Iya , ia sudah pasang badan untuk hal-hal menyakitkan sebentar lagi.
Ia meremas kertas ulangan harian dengan takut, tertulis nilai 92 kali ini ia gagal mendapatkan nilai 100 sempurna, cukup gila memang, ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai diatas itu , tapi apalah daya hari ini keberuntungan tidak berpihak pada dirinya, ia siap membuka pintu neraka untuk hari ini.
Alla berjalan pelan membuka pintu rumah nya.
"Assalamu'alaikum ma,ayah alla pulang."
Tidak ada sahutan, Alla bernafas lega artinya ayah dan ibunya belum pulang dari bekerja, ia segera lari kedalam kamar nya dan bergegas ganti baju.
Ketika malam tiba Alla dan ayah ibunya sedang makan malam, entah sedari tadi perasaan alla cemas.
"tadi ayah dengar kamu ulangan harian hari ini?."
Itu ayahnya membuka percakapan yang seharusnya alla hindari.
"ehh, iya yah." jawab alla gugup.
"Coba mama liat nilai kamu, bawa kesini, mapel bahasa Inggris kan?."
Alla mengangguk dan mengambil kertas ulangan nya, ia rasa sepertinya ia akan habis untuk malam ini.
"Ini yah,."
⚠️⚠️⚠️⚠️
"NILAI MACAM APA INI? KENAPA HANYA 92 , KAMU GA BECUS BUAT BISA DAPAT NILAI 100 HAH?!!."
"maaf yah alla-"
"APA APAAN KAMU INI ALLA, SOAL SEPERTI INI SAJA KAMU BISA SALAH?? BODOH! MEMANG GARA-GARA HOBI GA BERGUNA KAMU ITU BUAT KAMU JADI ORANG BODOH."
"mamaa!! bahkan alla ngga ikut ekstra dari 3 bulan ini, alla belajar maa yahhh, 92 itu udah bagus, gaada sangkut pautnya sama hobi alla."
"ALASAN KAMU INI, SUDAH CUKUP JANGAN DITERUSKAN HOBI BODOHMU ITU, APA DENGAN KAMU MENYANYI KAMU BISA DAPAT UANG? BISA MASUK UNIVERSITAS NEGERI HAH? NILAI SEPERTI INI APA YANG KAMU BANGGAKAN??."
"mama bisa ngga ngehargain dikit usaha alla, alla udah berusaha ma, 92 itu bagus kenapa alla dituntut harus sempurna maa kenapaa??."
Plakkk~
Suara tamparan keras melayang di pipi alla, tamparan itu dari ayahnya.
"Beraninya Kamu melawan orang tua, memang anak gatau di untung kamu ini, BISAMU ITU APA HAH? MENYUSAHKAN ORANG TUA , MEMBUAT MALU ORANG TUA."
Alla menangis rasanya sakit sekali, tidak bukan fisik nya yang sakit, rasanya kata-kata seperti itu tak pantas ia dapatkan setelah usaha dan proses yang ia alami.
Belum tuntas rasa nyeri di pipinya rambutnya ditarik oleh mamanya.
"MASIH BERSYUKUR KAMU MASIH KAMI SEKOLAH KAN, HARUSNYA TAU MALU NILAI SEPERTI ITU GA PANTAS KAMU TUNJUKKAN PADA KAMI, KENAPA KAMU JADI ORANG BODOH HAH?? KAMU UDAH MAU LULUS MAMA GAMAU TAU , TIDAK ADA LAGI NILAI SEPERTI ITU LAGI."
"MAAA!! APA SALAHNYA DENGAN NILAI 92 HAHHHH?? 92 ITU JAUH DI ATAS RATA-RATA MAA, ITU UDAH BAGUS MAMA PENGEN ALLA SEMPURNA DALAM SEGALA HAL?."
Tendangan lumayan keras ia peroleh pada perutnya, pipinya di tarik oleh mamanya.
"Kamu tau alla? Mama gamau nilai kamu dibawah 95 , seenggaknya kalau kamu pinter nanti bisa jadi orang sukses ngangkat derajat kami, jangan ngelawan terus kamu kalau di bilangin."
"Malam ini jangan makan, masuk kamar mu!!."
Alla masuk kamar dengan keadaan sakit dan lebam pada pergelangan tangan juga sudut bibir yang sedikit robek.
Ia tutup pintunya rapat-rapat, ia sudah menduga akan seperti ini lagi, alla berteriak menangis tersedu-sedu kenapa hidup nya selalu seperti ini, tidak ada apresiasi sedikitpun dari usahanya di tuntut sempurna dalam segala hal, alla tak habis fikir dengan pola fikir kedua orang tuanya, Alla sebenarnya sangat lelah dengan hidup nya, tapi ia masih berfikir kalau ia bisa bebas dari neraka dunianya ini.
"Kenapa Tuhan kenapa? Kenapa alla harus seperti ini? Apa kesalahan alla dulu, apa yang membuat alla jadi seperti ini? Hidup di tengah-tengah hewan buas."
Alla mengusap air matanya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan luka nya, ingatan nya masih di masa kecilnya yang bahkan lebih seperti penganiayaan terhadap dirinya.
Alla mengambil buku diary yang biasanya ia pakai, ia menuliskan keluh kesah pada buku tersebut.
"Aku tidak menginginkan amorfati, aku hanya memerlukan jatukrama yang amerta, yang kuanggap amarta ternyata fana, asa telah sirna, litani tak terucap berakhir nestapa. Kejarlah mimpi ini yang Aksa dengan penuh abhinaya,karena suatu saat kamu akan menatap bianglala dalam hidup mu yang penuh paripurna, dengan harsa, bagaimana hampir seluruh manusia di alam semesta berusaha mematahkan mimpi itu?semesta yang adiwarna
berbicara tanpa bersuara
mendatangkan hujan dengan tiba- tiba
dan menciptakan bianglala setelahnya, kemana perginya semangat hidup dalam tubuh Nabastala itu? Ia menuntut meronta menggapai sang Bumantara tanpa memikirkan laranya, yang ia ingin hanya dekapan kasih sang mata langit, sekali lagi biarkan Nabastala ini mencari kebahagiaan yang fana itu."~~Buku diary itu ia tutup dengan tangisan yang belum reda, semakin ia memeluk lukanya semakin menganga lebar luka tersebut.
Untuk sekarang ia hanya akan menyiapkan topeng lagi untuk mengahadapi dunia yang melihat dirinya sosok yang bahagia tanpa ada goresan luka.
Ia juga manusia lelah pada badan juga mentalnya tidak ada yang tau hanya dirinya yang meronta ingin di bebaskan dari semua siksaan ini.
Ia juga berfikir akankah ia bisa bahagia nantinya? Akankah semua ini bisa berakhir indah nantinya? Akankah dia akan bisa memeluk Harsa nya , ia berharap pada Tuhan jika ia ingin di izinkan bahagia meskipun itu hanya sesaat.
Ia membuka laci yang isinya hanya obat luka, plester juga pil.
Ia menutupi luka nya sendiri dan meringis kesakitan, ia berusaha menguatkan dirinya untuk tidak berhenti tumbang kali ini, masih ada hari esok yang harus ia temui, dengan tangan bergetar ia mengambil pil tidur.
Ia penderita insomnia dan gangguan kecemasan, tak ada satu orang pun yang tau, bahkan orang tua nya sekalipun.
Setelah mengonsumsi pil tersebut ia bergegas untuk tidur, berharap ketika matanya terlelap ia akan jatuh tenang dalam mimpi yang ia harapkan, berharap hari ini hanyalah mimpi yang seharusnya tak ia dapatkan, berharap luka ini segera berakhir.
Katakanlah ia sangat berlebihan, tapi untuk ini sosok Nabastala hanya ingin tidur dengan nyaman dan membuka mata ketika matahari mengintip pada ufuk timur.
•
•
•
•
•
•
•
•
•"Bumantala menghadirkan sebuah sandykala nan Kirana bersama dengan baswara yang membawa sebuah renjana pada amerta."
Yang diharapkan oleh seorang Allegra Renjana Nabastala hanyalah ketenangan.
Semoga kalian suka dengan perjalanan cerita dari seorang Nabastala yang Menjemput sang Harsa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melankolia
Roman pour Adolescentsgadis sederhana yang tumbuh dan mencari kebahagiaan