ekadasa

4 2 2
                                    

Alla memandangi langit, sepertinya sore ini akan turun hujan, awan mendung tersusun diatas dengan warna abu gelap.

Dan mungkin alam tau akan perasaan alla kali ini, cuaca pun ikut murung sesuai dengan suasana hatinya, kecemasan alla tak berhenti di sini saja, entah hal apa lagi yang akan ia dapatkan setelah ini sebab ketika ia merasa hatinya tak tenang maka akan ada sesuatu hal yang akan terjadi pada dirinya.
.
.
.
.

Alla sampai di depan rumahnya, entah kenapa gerbang rumah nya terbuka dan juga pintu rumah nya tak terkunci, alla melepas sepatunya segera masuk.

"Bagussss."

Alla mematung melihat didepannya, sang ayah bersendekap dada dengan angkuh, astagaaa apalagi kali ini, ayo siapapun tolong alla, ada apa dengan raut wajah itu.

"Ayah, mama udah pul~" ucap basa-basi alla tak tersampaikan.

"Iya ayah pulang, kenapa? Kami keluar kamu merasa bebas hah?."

"m-maksud ayah apa?."

"NABASTALAAA!!, BISA-BISANYA KAMU BUAT MALU AYAH!!."

alla semakin bingung dengan ayahnya, memang apa yang telah ia perbuat hingga ayahnya mengucapkan kata-kata seperti itu.

Ia berfikir apalagi kesalahan nya sekarang? Hingga orang tuanya semarah ini.

"Ternyata memang kamu tidak boleh lepas dari pengawasan kami, jadinya seperti, baru ditinggal 3 hari saja kamu sudah berulah lagi."

"Ayah? Emang alla berulah apa lagi? Alla ngga ngerti maksud ayah."

"Kamu kira ayah tidak tau? Kemarin lusa kamu di antar pulang oleh anaknya pak Wijaya?."

"Hah? Siapa? Alla ngga ada"

"Jeano benar? dia anak pimpinan ayah allaaa, KAMU TIDAK TAU MALUNYA AYAH KETIKA PAK WIJAYA BILANG KALAU KAMU DEKAT DENGAN ANAKNYA!!."

"ayah alla enggak.. "

Bagaimana ayahnya mengetahui hal tersebut, alla semakin bingung dibuatnya, apa jeano melapor pada ayahnya lalu ayah jeano bilang ke ayah alla?

Alla rasa ia akan habis sungguh akan habis di tangan ayahnya hari ini.

"Alasan!! Anak pak Adiyhana melapor ke pak Wijaya kalau kamu mengganggu pacarnya? OTAK KAMU DIMANA ALLA?? HAH?."

"Ayahh, bukan begitu, itu salah paham anak pak Adiyhana pasti aletta kan? Ayah jangan percaya ayah harus percaya alla ayah... ~~"

"HARUS PERCAYA BAGAIMANA HAH?? AYAH KAMU BUAT MALU DI DEPAN REKAN KERJA AYAH?? DI DEPAN PIMPINAN AYAH!!. "

Plakkkkkk~~

Lagi-lagi tamparan keras alla dapatkan, baru 2 hari alla merasa tenang kenapa hari ini hari yang tak pernah alla harapkan harus datang lagi.
Alla baru sadar jika mencintai seseorang harus sesakit ini, jika mencintai sosok jeano harus menanggung sakit seperti ini, jika ingin bersamanya alla harus bisa bertaruh nyawa seperti ini.

Alla tak pernah habis untuk berfikir mengapa tangan orang tuanya begitu santai ketika menyakiti anaknya

"Ayah, ayah harus percaya alla, alla ngga pernah ganggu pacarnya aletta yah itu fitnah."

Bughhhh

Tendangan keras alla dapatkan hingga ia tersungkur.

"Sekali saja kamu tidak bikin ulah bisa alla? HAH?? BISA NGGA?, bisanya buat susah orang tua saja kamu ini, apa kamu mau jadi wanita penggoda hah? Sadar alla sadar. "

"AYAHHH!! AYAH NGGA PANTES NGATAIN ALLA KAYAK GITU, AYAH GA PERNAH TAU!!."

"Apa hah? Apa yang ngga ayah tau tentang anak yang menyusahkan seperti kamu ini!!."

"AYAH NGGA PERNAH TAU KARENA AYAH DAN MAMA TAUNYA HANYA BISA MENYALAHKAN ALLA SAJA!!."

"DIAMM!!." teriak sang ibu.

"Berani-beraninya kamu alla, seperti ini kamu untuk dibesarkan hah? Sudah berani melawan perkataan ayahmu? Harusnya kamu tau diri allaaa sudah menyusahkan sudah membuat malu ayah apa kamu ngga bisa sadar??. "

"Maaa alla ngga pernah ngelakuin apapun, alla selalu nurut sama perkataan ayah dan mama, dan mama percaya sama omongan jelek orang lain tentang alla?. "

Rambutnya di tarik oleh sang ibu, tamparan keras ia layangkan pada putrinya.

Alla hanya terkekeh kecil, sambil memgegangi rahangnya.

"Ayo bunuh alla, BUNUH ALLA SEKARANG!!, BUAT APA ALLA HIDUP KALAU BAGI KALIAN HANYA MENYUSAHKAN KALIAN SAJA AYOO BUNUH ALLA SEKARANG!!."

"DIAM!! tangan saya tidak akan sekotor itu untuk membunuh orang."

Alla berlari keluar melepaskan tangisannya bersama dengan hujan sementara orang tuanya di dalam rumah berteriak memanggilnya.

Tangisannya luruh diiringi dengan tetesan air hujan, alam bersedih alla juga sangat sakit.

Alla berkali-kali berteriak menyalahkan dirinya sendiri, bahkan rumah yang ia anggap aman untuk pulang ternyata penjara paling menyakitkan daripada apapun. Lantas kemana lagi ia akan pulang? Mungkin kepangkuan sang Pencipta lebih tenang.

Ia menangis sambil berjalan menerobos derasnya air hujan ia tak sadar jika tubuhnya ia bawa pada tengah-tengah jalan raya.

Suara klakson berkali-kali dibunyikan oleh pengguna mobil yang lewat tapi alla tidak bergeming dari tempat nya, kenapa dirinya sepasrah ini sekarang, luka di bibirnya belum kering tapi harus di robek lagi.

Ketika ia semakin terlarut dalam fikiran nya ia tak sadar ada mobil dengan kecepatan tinggi melaju dari arah depannya, alla hanya memejamkan matanya seraya menunggu kejadian selanjutnya yang akan menimpa nya.

Lampu sorot mobil mengarah kearahnya semakin dekat.

Tinnn tinnn, tinnnnnn..

Brughhh!!

MelankoliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang