Besok hari ketiga, dimana hari terakhir alla merasa bebas pada dirinya sendiri.
Kalau seperti ini, alla rasanya ingin menghentikan waktu sekarang juga.Malam ini sehabis ia pulang dari sekolah, alla bersantai dalam kamarnya.
Ia duduk di tepi jendela dan sedikit membuka fentilasi udara tersebut.Alla yang mengenakan kaos oblong juga celana pendek di atas lutut juga rambut yang hanya di jepit dengan jedai melamun di atas sana.
Tidak lupa dengan buku diary yang selalu alla coret dengan bait-bait indah yang keluar dari benaknya.
Kali ini alla di buat bingung dan penasaran dengan sikap jeano akhir-akhir ini, bukannya alla tak suka hanya saja ini terlalu tiba-tiba jeano bisa akrab dengannya.
Dan masih bertanya-tanya siapa sebenarnya sosok aletta dalam hidup jeano. Apakah alla masih banyak harapan untuk bisa mendekati jeano? Atau ia harus sadar dan mengalah pada gadis yang sepertinya lebih tau akan jeano daripada dengannya.
"Tentang senandika yang gulana dengan asmaraloka, Tuan kau dikara yang amerta, Seperti swastamita, Kau membuatku melayang di jumantara Dengan seisi sanobari yang bergetar.
Kau hanya fatamorgana
entitas yang tak nyata
tapi kau sempurna sebagai pemeram utama. "Bait coretan kali ini menggambarkan akan perasaan gundah oleh sang nabastala.
Fikiran nya kembali pada kejadian 3 tahun yang lalu, ketika ia pergi ke sebuah taman dan disitulah nabastala bertemu dengan sosok bumantara.
Ia ingat ia bertemu dengan sang harsa ketika ia berada di taman itu, ia melihat kearah tepi danau, di hamparan hijau ada sosok laki-laki dan beberapa anak-anak kecil.
Yang dimana sosok laki-laki tersebut membawakan petikan gitar dan bernyanyi bersama dengan anak-anak kecil tersebut, dimana ia menemukan senyuman seindah bulat sabit itu terbit pada wajah laki-laki tersebut.
Tatapan tulus, tatapan kasih untuk anak-anak yang sedang bersamanya.
Disitu alla hanya memperhatikan dari jauh, ia ingin tau siapa sebenarnya laki-laki pemilik senyuman terindah itu, ia ingin tau siapa laki-laki penebar kebahagiaan itu.
Ketika alla sibuk dengan pertanyaan nya pada benaknya, ia tersadar dengan percakapan sosok laki-laki tersebut dengan anak-anak kecil yang ada disitu.
"Kakak bumantara, kakak bisa menyanyikan lagu laskar pelangi untuk kami?." tanya anak laki-laki kecil yang duduk tepat di depannya.
"bisaa dong, tapi sekarang kakak antar kalian dulu ke panti, nanti di cariin bunda panti disana kalau kalian lama-lama disini, nanti kita nyanyi lagi disana atau kapan hari lagi kita kesini lagi, gimana?."
"Setujuuu!! Kita kesini lagi aja kakk." sorak seru dari semua anak-anak tersebut.
Sosok laki-laki dan anak-anak kecil itu berdiri dan berjalan meninggalkan taman ini.
Alla terkesiap dan ikut berdiri memerhatikan langkah sosok laki-laki tersebut. Dalam benak alla tercatat dengan jelas sosok tersebut bernama "Bumantara", alla lagi-lagi tersenyum dan mengingat nama tersebut. Laki-laki yang mempunyai nama dengan arti langit yang sama dengan namanya itu berhasil menarik perhatian alla di detik itu juga.
Tapi pada hari itu juga bagi alla adalah hari pertama dan terakhir bagi alla bertemu dengan Bumantara, pasalnya ketika alla berkali-kali mengunjungi taman ini, alla tak menemukan bumantara lagi disini. Harapan alla rasanya akan sirna.
Tapi siapa sangka, ketika ia mulai masuk di bangku SMK, ini adalah pertemuan kedua bagi alla.
Ia melihat sosok bumantara itu lagi, ia bersekolah di sekolah yang sama dengannya.Tekad alla untuk mengunci pandangan juga hatinya pada laki-laki tersebut pun sudah bulat, ia yakin akan ada hari ketika ia dan bumantara bisa berbincang dan menikmati senja pada sore hari bersama di taman itu.
Tapi nyatanya hampir 3 tahun alla mengagumi diam-diam pada bumantara tidak ada hasil yang ia dapatkan. Memang itu salahnya, siapa juga yang akan sadar ketika ada yang suka dengannya tapi tidak berani untuk sekedar mencoba mendekatkan diri.
Alla sering kali melihat motor bumantara yang berhenti pada panti asuhan yang berada di daerahnya itu, beberapa kali alla melihat bumantara kesitu tapi tidak dengan tangan yang kosong. Kekaguman alla pada laki-laki tersebut semakin menjadi-jadi.
Karena baginya ketika ia sedang merasa dunia tak adil dan merasa dirinya tertekan saat itu ketika ia melihat ia melihat bumantara hatinya terasa tenang dan bahagia tentunya, melihat senyum tulus laki-laki itu, melihat betapa bahagianya anak-anak kecil yang tumbuh di dalam panti tanpa kedua orang tuanya.
Alla berharap bumantara sadar akan perasaan yang sudah lama alla bawa.
Ketika alla terlarut dalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering dan alla berjingkat kaget.
Tertera nama "sabara" pada layar ponsel tersebut, alla mengernyitkan dahinya karena kenapa tumben sekali bara menelponnya malam-malam begini.
//hallo kenapa bar??
//coba lo liat keluar.
Alla melihat keluar atas perintah orang yang ada di dalam telfon tersebut, dan benar saja bara ada di depan rumah nya dengan melambai-lambaikan tangannya kearahnya.
//bara lu ngapain disituuuu??
//turun dulu makanya kalau lu mau tau.
//ckk lo nih ganggu orang mager aja.
sambungan telfonnya ia putus dan segera mungkin alla turun menemui bara. Sebenarnya apa yang bara lakukan.
Alla membuka gerbang rumah nya dan menemukan bara sedang tersenyum sumringah pada dirinya.
"Hai llaa."
"Ngapain baraha lu kesini??."
"Nihh." bara menyodorkan 2 kantong plastik yang entah apa isinya.
"Apa nihh tiba-tiba."
"Udahh, makan aja, kebetulan gue abis nongkrong dideket komplek lu, terus yah inget kalau rumah lu deket jadinya gue mampir beliin lu , semoga lu suka, gue balik duluan yah, jangan hobi ngelamun deh lu."
"gue ganti ngga nih ongkosnya."
"Astagaaaa alla gue ga sepelit itu yah, udah makan aja gue duluan."
"Makasih barrr, ati-ati lu."
"Iya cantik, masuk gih dingin diluar."
Alla merotasi kan bola matanya, tetap saja bara yang ia temui di sekolah dan di luar sekolah sama saja, sama-sama mulut buaya.
"Duluan llaaa."
"Iyaaaa, thanks ya."
Bara hanya mengangguk sebagai jawabannya, dan menancapkan gas lalu melenggang pergi dari hadapan alla.
Alla menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Bara ini terlalu baik untuk alla, alla bahkan tidak tega hanya sekedar bilang kalau ia tidak bisa membalas perasaannya, tapi alla juga tak mau memberikan harapan pada bara.
Tapi sudah berulang kali alla hindari, sosok sabara yang tak kenal menyerah tetap maju dan semakin berani mendekati alla. Dirinya dilema.
Alla masuk ke kamarnya lagi dan mengunci pintu nya, ia membuka 2 kantong plastik yang dibawakan bara tadi.
Alla melongo dan tak habis fikir lagi dan lagi, di depannya banyak sekali cemilan, makanan ringan susu juga martabak.
Apa-apaan ini sabara, sebanyak ini untuk alla?.
"Sabaraa sabaraa, lu tuh kenapa sih baik banget, lu juga ganteng lu perfect tapi kenapa gue ngga bisa suka sama eluuu sabaraaa, gue yakin yang bakalan jadi pacar lu pasti jadi wanita paling beruntung deh."
"Thanks sabara, kapan-kapan gue yang traktir deh." gumam alla sambil menikmati makanan yang di beri sabara.
