"Apa...... yang baru saja kau katakan?" Manik hitam itu menatap bingung pada sosok lelaki yang berjongkok di hadapannya. Indra pendengarnya mungkin salah menangkap suara. Kinerja otaknya pun tiba-tiba menjadi lambat. "Apa--?" tanyanya.
"Apa kau akan menolakku lagi?" balasnya tidak memberi jawaban yang diinginkan dan malah membalasnya dengan pertanyaan. Helaan nafas panjang diambilnya. Entah kenapa jantungnya seakan berdetak lebih cepat saat mengucapkannya tadi. "Mengatakannya lagi itu sulit," ujarnya mempertahankan raut wajah tenangnya.
"Hoshino Aquamarine," panggilnya menyebut lelaki itu dengan nama lengkapnya. Telapak tangannya ia gunakan untuk menutupi sebagian wajahnya. "Jangan mempermainkanku. Aku sudah bilang bahwa aku bersedia untuk menjadi alatmu," ujarnya tidak ingin berprasangka.
"Tidak. Bukan sebagai alat tapi kekasih," balasnya. Permata aquamarine itu terlihat serius, jadi apakah dia tidak berbohong soal perasaannya?
Gadis itu merasa bahwa Hoshino Aqua mengatakan yang sejujurnya. Justru ia berharap jika semua yang dikatakan lelaki itu sungguhan. Bukan sebagai alat untuk membalas dendam yang dapat digunakan dan dibuang kapan saja.
