Suara langkah kaki terdengar dengan samar-samar. Tak lama setelah itu, pintu terbuka dengan cukup keras karena seseorang. Visual dua gadis yang baru saja kembali terlihat, sepertinya mereka pulang dengan tergesa-gesa terbukti dari kecepatan langkah kaki beserta cara membuka pintu yang sedikit kasar.
"(Name)-nee ada apa? Kenapa panik?" Gadis dengan surai pirangnya itu mengajukan pertanyaan. Manik bagai permata ruby itu memandangnya dengan bingung. Sedari tadi dirinya diseret untuk segera pulang. "Bahkan kita tidak sempat membeli yang manis-manis saat pulang."
"Kita bisa membelinya lain hari," balas (Name). Ia menolehkan kepalanya agar dapat mengetahui kondisi seseorang yang memang diseretnya. Poninya yang cukup panjang menghalangi rupa raut wajahnya. Tetapi senyuman itu terlihat. "Hari ini aku sedang sial. Jadi aku tidak ingin Ruby juga terkena sial," begitu jelasnya.
"(Name)-nee aku sudah tau loh makna senyumanmu yang itu," ungkap Ruby. Manik cantik itu menatap (Name) dengan intens. Binar star eyenya seakan menariknya. "Bukan cuman Aqua yang menyadarinya."
Membatu di tempatnya berdiri, (Name) tersenyum kaku. Ia tidak bisa mengendalikan senyumannya dengan benar. Jika semua orang tau tentang senyumannya ini, apakah ia akan dijauhi? "Ruby, apa yang kau katakan?" tanyanya. Senyuman itu masih terukir dengan indah, bersamaan dengan stareye yang seakan berusaha mencekam lawannya. "Sepertinya Ruby salah paham."
"Jangan berbohong padaku (Name)-nee! Jangan menyembunyikannya dariku seakan aku ini tidak bisa dipercaya!" balas Ruby mengepalkan telapak tangannya.
"Hei, kalian berdua jangan bertengkar!" Demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Arima Kana pun menjadi penengah. Ia menarik Ruby menjauh.
Karena (Name) terlihat menyeramkan saat ini.
"Loli-senpai lepaskan!" Ruby memberontak. Ia masih berusaha untuk menggapai sosok (Name) yang baginya sangat jauh. Bukan berarti ia menganggap (Name) jahat. Tapi (Name) benar-benar tertutup. Ia hanya khawatir. "Apa yang harus kulakukan agar (Name) percaya padaku?"