clrl . genya

717 123 24
                                    

“[NAME]-SAMA!?” suara itu menyadarkan [Name]. Yagi. Oh.

“Agh!” [Name] memegangi tempurung lututnya. Rasanya sakit. Sepertinya tempurung lututnya hancur. Membuat langkahnya akan kacau.

Sebuah tentakel lebih dulu mengincar mereka. Yagi berguling membawa [Name]. Berteriak kala punggungnya tertusuk.

“Akh—” rintihnya.







“Yagi-san!!” [Name] berseru. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Perban yang mengikat pedangnya kendor, membuat genggamannya lemah.

“Yagi!” teriak seorang pria. Itu Haru. Menebaskan pedangnya pada tentakel itu. Memegang bahu kawannya. “Hei, sadar!”

“Terlambat, Haru. Organ dalamku..”

“BERHENTI BICARA!” bentak Haru. “Kita semua, akan menang.. Benar bukan?”







“Ya, tapi tidak dengan semua nyawa, Haru.”







Pedang [Name] itu cukup fleksibel, umumnya 1 pedang milik 1 kisatsutai tidak bisa menggunakan lebih dari satu pernafasan.






Itu karena ia tidak mendapatkan warna disaat menerima pedang pertamanya.

Ya, bahkan putih pun tidak.

Pedang itu seperti kaca yang tembus pandang. Mungkin itu penyebab pedangnya bisa kontras menggunakan berbagai pernafasan.




Tapi kali ini, [Name] mengubah warna pedang itu menjadi merah. “Pernafasan api—” ia mengangkat pedangnya. “Akulah, yang mewarisi Rengoku Kyoojurou!”





“Ini seperti dirimu, Akiko.”

“Matilah.”


Genya yang selesai beregenerasi bergabung bersama Obanai. Yang matanya sudah rusak tercakar. Mereka mengeluarkan senjata mereka.

Pernafasan api itu berkobar, ditengah pertempuran, menghalau tentakel yang mengurung para kisatsutai.

“Hah... Hah..”






DAR!

Pistol Genya mengenai wajah Muzan, tentakel itu keluar dari peluru dan menyerang wajah Muzan. Membuatnya kehilangan konsentrasinya. Ia tidak jadi memfokuskan serangannya pada [Name] yang sekarang terduduk.

Genya menangkap [Name] yang sudah tersengal-sengal mengatur nafasnya. Pernafasan api itu tidak cocok untuk tubuhnya, menggunakannya membuatnya pusing seketika. Tapi dalam beberapa waktu ia berhasil melakukannya, sekarang sekali lagi ia diambang batas. Tubuhnya tidak bisa bergerak lagi.

“[Name]-sama! Aku akan membawa anda pada kakushi!” Genya beranjak sambil menggendong [Name] yang tak bisa mengendalikan nafasnya yang tak teratur, sesekali Genya menoleh dan menembak tentakel Muzan yang berniat menyerang mereka.





Obanai dan Tanjiro gambare gambare dengan luarbiasa. Mereka membuat tentakel Muzan menghancurkan gedung, membuyarkan tanah, merusak jalan. Dan laen-laen.

Kaburamaru di leher Obanai terus memandunya menyerang Muzan meski matanya tak melihat lagi, kekkijutsu Yushiro membuat pergerakan mereka mudah.





Tanjiro terus menerus berusaha membuat Muzan menghentikan serangannya pada Obanai, hingga nampak titik lemah Muzan sekarang, tebasan Yorichi yang lalu.

“40 MENIT LAGI!!”






“begitu.. Ya..” Muzan menghilang, berusaha melarikan diri. Tanjiro kaget. Weh. Main kabur wae.

Colorful | Demon SlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang