Hujan.
Suasananya tidak mendukung untuk diskusi, enaknya bobok santuy dirumah. Tapi yang terjadi dalah mc kita dipanggil oyakatah buat laporan atas yang misi terakhirnya.
Sepekan sudah berlalu ketika ia dirawat di tempat 2 iblis itu.
[Name] menggeser pintu mansion itu. “Oyakata-sama?”
Kagaya menatap [Name]. “Ehm.” senyumnya.
“Berceritalah, [Name],” ucapnya tenang, walau dia sudah mengetahui apa yang terjadi. “Aku tahu yang kau lakukan tidak pasti benar, tapi kurasa kau punya alasan” [Name] melangkah masuk. Duduk di hadapan Kagaya. “Tentu.” ucapnya.
“Melepaskan iblis itu melanggar kode etik pemburu iblis, [Name],” Kagaya tersenyum.
“haik.” [Name] menjawab tenang tak kalah sengit. “Mereka melepaskan diri dari kutukan Muzan. Rare bukan?”
“Luka-lukaku juga membaik setelah dirawat disana.”
“Souka. iblis yang menjadi sekutu kita, ya.. Meski tidak ada jaminan untuk tidak berkhianat.” Kagaya berucap pelan. Mengisyaratkan [Name] untuk mendekat. Lalu mengusap rambut [Name]. Memasangkan sesuatu.
“Apa ini?” tanya [Name], meraba benda di sisi rambutnya.
“Hadiah, dari Amane.” Kagaya menurunkan tangannya. Jepit yang mirip seperti milik Hinaki dan Nichika. hanya dengan warna ungu.
“Arigatou,” [Name] berdiri. Berjalan pergi.
Baru beberapa saat dia keluar dari ruangan menuju engawa. Mendengar suara yang tak asing baginya.
TRAKK!!
TRAKK!!
Ia menoleh. Melihat sesosok dengan tubuh yang masih dengan perban melilit itu mengayunkan pedang berulang kali. “...” dengan hujan, dan darah yang melekat.
Ia mendekati Amane dan Hinaki yang berdiri memperhatikannya. “Apa itu?” “Tokito-sama memaksa untuk berlatih meski luka-lukanya belum sembuh.”
“....”
“[N-name]-sama?” Hinaki berseru tertahan melihat [Name] yang melangkahkan kakinya menuju tengah lapangan. Membiarkan hujan membasahi rambutnya dan seragamnya.
Amane hanya diam, tidak mencegah.
“Tokito,”
Tidak ada responan, hanya ayunan pedang yang terus bergerak, memukul setiap sasaran.
Gadis itu menghela nafas, berjalan lebih dekat, mencekal lengan anak seusianya itu. “Hei, Tokito.”
Suara engahan kasar terdengar jelas dengan tatapan yang marah dengan raut wajah yang susah digambarkan. “Siapa?”
“Luka-lukamu belum sembuh.” jawab [Name] datar. “Apa kau sadar hal itu?”
Lengan itu dikibaskan, sesosok Tokito Muichiro itu berdiri menatapnya dengan wajah yang susah digambarkan, menunjukkan amarahnya, kekesalannya, emosinya.
“Siapa kau?”
“Memangnya penting?” [Name] mengangkat bahu, mendekati anak dengan netra turquoise itu, “meski kau keturunan dari garis pertama, tetap saja. Kau juga memiliki batas.”
![](https://img.wattpad.com/cover/252052096-288-k783373.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Colorful | Demon Slayer
Fanfictiondemon slayer. when you live in a dream, everythings gonna gone so ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┅ ೄྀ ✦ SEHAT ? GILA KAK, SAYA SKIZOFRENIA demon slayer - © koyoharu gotoge colorful - © yuu