Pilih Aku atau Dia

104 2 1
                                    


Awan putih menghias langit hari itu. Angin semilir menggerakan daun pepohonan. Bersandar seorang perempuan berusia 19 tahun di kursi rotan. Dia mengenakan pakaian berwarna merah sembari memegang album lama.

"Lucu sekali foto ini. Dulu aku teringat pernah menari saat kanak-kanak. Apakah aku masih pandai menari saat ini?" pikirku dalam hati seraya tersenyum tipis.

Gadis di atas kursi rotan membalik halaman buku selanjutnya.

"Ahh.. rasanya baru kemarin kita berfoto bersama. Foto ini sudah berumur 6 tahun. Tidak terasa baju seragam putih-biru masih dipakai adikku," kataku dengan suara pelan.

Aku menyeruput segelas coklat hangat. Kupu-kupu terbang melesat melewati kelopak mataku.

Tiba-tiba mataku tertuju pada satu foto perempuan tinggi di sebelah kanan fotoku.

Perempuan itu berbalut kebaya merah dan jarik motif kembang. Dia berfoto di sebelahku bergaya memegang kalung wisudanya.

Sementara itu, sebelah kiri ku perempuan pendek dengan baju kebaya putih dan rok batik sederhana.

Aku berada di antara mereka dengan senyum kecut dan mata sinis menatap wajah orang di sebelah kanan.

"Haash foto ini lagi, bukannya aku sudah membuang ini jauh-jauh. Kenapa foto ini ada disini?" Kataku menggeram sambil memukul meja kecil.

Kriiing...

kriiing....

Kriii..

Suara getar telepon di atas meja tiba tiba terhenti. Terlihat pesan masuk di bagian atas telepon layar sentuh itu. Pesan dari orang yang tidak asing di telingaku.

Aku meletakkan album foto di atas meja dan mengambil telepon itu. Tanganku menggeser layar telepon dan menekan notifikasi pesan baru.

Hello good morning Aizila

What's up? Udah lama ya kita gak ketemuan

Gimana kalo sekarang kamu pergi ke kafe kaefci di tengah kota yang lagi viral itu

Aku tunggu kamu ya jam 10 pagi. I have a special gift for you

Have a nice day ;)

Aku segera menutup pesan itu tanpa menjawabnya. Aku beranjak dari kursi ternyaman dan bergegas memikul tas selempang merah.

Sepatu kets telah terpasang di kakiku. Saatnya tanganku mengambil kunci motor berhias gantungan bunga mawar.

Motorku melesat melewati berbagai kendaraan. Menyusuri jalan raya terpadat di kota. Melihat panorama gedung perkantoran.

Motorku berhenti tepat di parkiran kafe itu. Kafe itu terlihat seperti kafe pada umumnya. Hiasan lampu bergantungan di langit-langit.

Terlihat dari jauh sahabat SMP ku duduk di kursi dekat dengan pintu masuk kafe. Dia sedang berbicara kepada pegawai kafe.

"Hai Zila, dah lama kita gak ketemu. Gimana kabarmu friends? Kamu belum jawab pesanku tadi loh," kata perempuan yang duduk dekat jendela kafe.

"Baik.. baik sekali, Lin. Emang ada perlu apa sampai aku harus datang ke kafe ini?" Tanya ku kepada Celine.

"Jadi gini Zil... "

Tiba tiba pramusaji datang membawa makanan dan minuman.

Saat pramusaji menurunkan minuman itu, semuanya terlihat segar dimataku.

Kumpulan Cerpen FiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang