Fatma meluncur dengan cepat di tengah lalu lintas sore yang mulai padat. Udara hangat musim panas menyelimuti kafe Ekskofi, tempat Fatma akan bertemu dengan Sandra dan Rehan setelah sekian lama tidak bertemu.
Fatma akhirnya sampai di kafe Ekskofi dan mencari Galuh yang sudah datang terlebih dahulu. Galuh duduk di sudut ruangan menghadap jendela sambil menikmati secangkir kopi. Kafe ini adalah tempat yang biasa Fatma dan teman-temannya kunjungi saat masih SMP dulu, tempat di mana Fatma sering menghabiskan waktu setelah pulang sekolah.
"Hey Fat, lama gak ketemu. Gimana kabarmu sekarang?" tanya galuh menyapa Fatma.
"Aku baik dan sehat seperti biasa. Eh iya, lo punya info apa? Kemarin di pesan gawai kamu mau beritahu sesuatu," tanya Fatma keheranan.
Galuh mengangguk pelan, matanya berbinar menandakan ada sesuatu yang ingin dia ceritakan. "Iya, sebenarnya tentang Rehan dan Sandra. Tadi di kafe Ekskofi, Rehan sepertinya ada ketertarikan sama Sandra."
Fatma terkejut mendengarnya. "Serius? Jadi mereka...?"
"Menurut gue si nggak. Sejauh ini yang gue tau sih, Sandra gak suka sama si Rehan. Kamu gimana Fat, masih suka sama Rehan??" tanya Galuh balik penasaran.
"Ya gak terlalu sih, pengennya move on," jawabku.
"Tapi loh Fat, gue juga baru tau, ternyata ibunya Rehan sama Sandra itu saling kenal." jawab Galuh seraya mengaduk kopi yang masih hangat.
Seketika percakapan mereka terhenti begitu Sandra dan Rehan tiba di tempat itu. Keduanya menyambut Fatma dan Galuh dengan senyuman hangat yang mencairkan suasana. Sandra terlihat begitu bahagia melihat temannya, Fatma, dan tanpa ragu segera duduk di sebelahnya.
"Hey, lama sekali ya kita gak ketemu," sapa Sandra sambil memeluk Fatma.
"Iya nih, udah 3 tahun lebih," jawab Fatma sambil tersenyum.
Obrolan mereka diawali dengan canda tawa, mengingat kembali kenangan-kenangan lama di masa SMP. Cerita demi cerita tentang kejadian lucu dan memalukan membuat mereka terpingkal-pingkal, seakan mengembalikan mereka pada masa-masa penuh keceriaan dan kepolosan.
Namun, suasana menjadi sedikit tegang ketika Galuh memancing topik tentang perasaan Rehan terhadap Sandra. Dahi mereka saling berkerut, mencerminkan kebingungan dan sedikit ketegangan di udara. Rehan tersenyum kecut sambil menggaruk kepala, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab tanpa membuat situasi semakin rumit.
"Jadi, Rehan, ceritain nih kalau kamu suka sama Sandra," goda Galuh sambil tersenyum lebar.
Rehan terdiam sejenak, matanya bertatapan dengan Sandra sebelum akhirnya menjawab dengan lirih, "Ehm, iya sih, gue suka sama Sandra dari dulu."
Sandra terkejut, wajahnya memerah namun tersenyum malu-malu, mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya di balik senyum tipis. Dia merasa detak jantungnya berdebar kencang, tidak menyangka Galuh akan membuka topik yang begitu sensitif di hadapan mereka. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang dan menghadapi situasi ini dengan penuh keberanian.
Fatma merasa dadanya terasa sesak, mencoba menenangkan diri di tengah kebingungan yang melanda. Dia berusaha mengatur nafasnya agar tetap tenang, sementara pikirannya berusaha mencari cara terbaik untuk menangani situasi yang semakin kompleks ini. Dalam hati, dia berharap agar percakapan ini tidak menimbulkan sakit hatinya tentang perasaan suka terhadap Rehan yang sudah dipendam lama.
"Aku juga gak nyangka, Rehan," ucap Fatma sambil mencoba meredakan kegugupan dalam dirinya.
Percakapan sensitif itu berlangsung begitu cepat. Topik pembicaraan pun berlanjut dengan alur yang lebih tenang, kami mulai membahas kehidupan masing-masing setelah lulus SMP. Sandra dan Rehan, ternyata, sering terlibat dalam percakapan yang intens. Mereka sering bertukar pesan dan saling mengenal lebih baik. Bahkan Rehan yang mengajak Sandra melalui pesan di gawai untuk mengikuti reuni yang diadakan di kafe Ekskofi hari ini.
Setelah beberapa jam berlalu, kami akhirnya menyelesaikan reuni kami dengan perasaan hangat dan kebahagiaan, namun juga kebingungan dan ketegangan tersisa di udara. Meskipun masing-masing dari kami memiliki kehidupan yang sibuk, kami berjanji untuk tetap menjaga hubungan ini dan mungkin merencanakan reuni berikutnya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Namun, ketika malam mulai larut, Fatma merasa semakin sulit untuk menghadapi kenyataan bahwa Rehan, teman dekatnya selama ini, mungkin akan menjadi lebih dari sekadar teman dengan Sandra. Perasaannya yang campur aduk terus menggerogoti pikirannya, memunculkan kekhawatiran dan rasa cemburu yang sulit ditahan.
Dia mencoba tersenyum seolah semuanya baik-baik saja, tetapi dalam hatinya, dia merasa tidak kuat melihat Rehan dan Sandra bersama. Pikirannya terus memutar pertanyaan-pertanyaan yang tidak kunjung mendapatkan jawaban. Apakah dia harus menghadapi kenyataan bahwa Rehan mungkin suatu saat akan serius tentang perasaanya terhadap Sandra?
Fatma naik motor untuk pulang ke rumahnya, dan dalam perjalanan itu, dia merenungkan semua yang terjadi di kafe Ekskofi. Dia tahu dia harus menemukan cara untuk menerima situasi ini dengan lapang dada, meskipun hatinya terasa hancur berkeping-keping.
Menghadapi kenyataan bahwa perasaannya mungkin tidak terbalas dan bahwa hubungan di antara Rehan dan Sandra mungkin akan berubah, menjadi pukulan berat baginya. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang dan bersikap dewasa. Dalam perjalanan yang sunyi itu, angin malam berhembus lembut menyentuh wajahnya, memberinya sedikit ketenangan dan waktu untuk merenungkan segala hal yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Fiksi
Short StorySeikat cerpen menuai kata Mengisahkan cerita di setiap judulnya Menguak pandangan para pembaca Menilai cerita dari sudut pandang berbeda Ini seikat cerita untukmu Berbagai jenis cerita Mulai dari misteri hingga komedi Mulai dari romansa hingga drama...