Salahkan Masker

13 0 0
                                    

"Ada apa ini!! Mengapa makanan ini tidak ada rasanya!! Apa yang terjadi?" kataku sambil berteriak. Ibu segera meninggalkan cuciannya dan berlari membuka pintu kamarku.

"Ada apa Radish? Mengapa kamu berteriak?" Tanya ibu dengan gelisah.

"Bu, nasi Padang ini tidak ada bau dan rasanya. Apa yang terjadi denganku Bu?" jawabku dengan penuh kekhawatiran.

"Biar Ibu tanya Ayahmu dulu. Ibu takut terjadi apa apa denganmu," kata ibu sambil mencari ponselnya. 

Apakah semenjak pilekku yang tak kunjung sembuh sehingga ibu khawatir? Ahh.. aku tak tahu, lebih baik aku habiskan saja nasi Padang kesukaanku ini. Sambil menunggu jawaban Ayah tentang keadaanku.

Ayahku adalah seorang dokter di salah satu Rumah Sakit besar di kota Jakarta. Ia jarang sekali pulang menemuiku. Terakhir kali aku bertemu dengannya lewat video call. Walaupun senyum terukir dibibirnya, tetapi tubuhnya menandakan bahwa ia terlihat lelah. Merawat banyak Pasien yang terjangkit Covid-19 adalah rutinitasnya. Ia tak pernah putus asa untuk berjuang demi negara ini. Tak terasa nasi Padang dipiringku telah habis. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Seusai menelpon ayah, ibu datang dipintu kamarku dengan raut muka sedih.

"Radish, kata ayah, kamu harus siap untuk swab tes Covid-19 di puskesmas. Besok biar ibu antar," Kata ibu.

"Apa swab? Ada apa ibu? Mengapa denganku?" Kataku dengan gelisah.

"Kata Ayahmu, gejala yang kamu alami itu gejala Covid-19, nak. Kamu harus tetap kuat ya," kata ibu menyemangatiku.

"Tapi bu…" kataku dengan perasaan takut dan keringat yang bercucuran.

"Tenang nak, kita berdoa saja semoga hasilnya negatif," sambung ibu.

****

Dua hari setelah swab, Ibu mendapat kabar dari tenaga kesehatan di Puskesmas. Kata ibu hasil swab telah keluar, dan aku dinyatakan positif. Seketika perasaanku campur aduk. Kata Ibu, tenaga medis menyuruhku isolasi mandiri di Rumah. Selama isolasi mandiri aku harus selalu memakai masker dan tetap didalam kamar. Agar virus ini hilang dari tubuhku aku disarankan beristirahat dan banyak makan makanan bergizi.Ibu membawakan makanan dan perlengkapan yang aku butuhkan.

Aku mengisi waktu isolasi dengan mengedit video untuk di upload ke Youtube. Aku juga menggambar dan menulis cerita. Saat rebahan di atas kasur, aku memikirkan kejadian yang membuatku terkena Covid-19.

****

2 Minggu yang lalu, aku jenuh berada di Rumah. Aku berencana pergi ke Mall bersama Roy, sahabat sekaligus teman sekelas.

Roy adalah anak yang paling nakal dikelas sama sepertiku. Kami sering dihukum guru karena telat datang masuk kelas. Kami juga pernah dihukum berdiri didepan kelas karena bercanda berlebihan saat guru menerangkan pelajaran. 

Sesampainya di Mall, ramai sekali orang berjalan jalan. Ada juga yang bermain basket, bom bom car, shoot gun dan masih banyak lagi permainan yang seru dan menarik. Di tengah orang berlalu lalang, aku dan Roy berfoto di depan replika dinosaurus kecil nan imut yang bisa membuka tutup mulutnya. 

Kami membuka masker supaya terlihat lebih bagus didepan kamera. Kebetulan saja, maskerku dan masker milik Roy berwarna sama. Bedanya di maskerku terdapat nama merek yang terletak di kanan atas. Selama aku berjalan jalan di Mall, aku membuka maskerku dan tidak memakainya lagi.

Setelah puas berjalan jalan disekitar area bermain, Aku dan Roy membeli kebab di dekat sana. Sembari menunggu, kami berbincang-bincang dikursi yang terbuat dari kayu. Aku dan Roy menaruh masker tepat diatas meja. Saat hendak makan kebab, aku tidak mencuci tanganku terlebih dahulu.

"Kebabnya enak sekali. Makasih ya sudah mentraktirku makan kebab," kata Roy dengan mengancungkan jempol. 

"Hahaha… Tidak masalah Roy, kita kan sahabat," kataku sambil menepuk bahunya.

Kami terlalu asik mengobrol sampai malam pun terlihat dari jendela dalam Mall. Aku terburu buru ingin pulang, sehingga aku mengambil masker yang salah.   

Sesampainya dirumah, aku melihat maskerku tidak ada nama mereknya. Aku baru sadar jika masker yang aku pakai adalah punya Roy. “Jadi sepanjang perjalanan aku memakai masker Roy?” gumamku dalam hati.

Mungkin semua ini penyebab Covid-19 menjangkitiku. Tidak hanya karena masker Roy, tetapi aku tidak memakai masker selama di mall dan tidak mencuci tangan sebelum makan. 

Ibu selalu berpesan padaku untuk selalu melakukan 3M. Aku sekarang mengerti akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan khususnya di tempat umum. Memang belum terbiasa, tapi nanti akan terbiasa dengan sendirinya. 

Yah… itu adalah kejadian yang benar benar membuatku sadar bahwa Covid-19 bukanlah hal yang mudah untuk diabaikan. Banyak sekali orang yang terkena Covid-19 dan diantara mereka banyak juga yang meninggal. Bukan hanya negeri ini, tetapi semua orang di bumi ini berjuang untuk melawan virus ini. 

Selama isolasi mandiri, aku berusaha memperbanyak ibadah dan berdoa kepada Allah. Semoga kita semua dilindungi dari segala macam penyakit dan kejahatan. Aamiin…

Kumpulan Cerpen FiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang