"Kita udah aman, 'kan?" tanya Gevano sambil celingak-celinguk dari balik tembok.
"Kayaknya udah." jawab Noel.
Setelah itu Noel dan Gevano sama-sama merosot kebawah seraya bersandar pada tembok. Gak peduli seragam mereka kotor karena sekarang mereka cape banget dan butuh sandaran.
Sedangkan Vier, berdiri. Dia nampak gak cape bahkan napasnya pun gak ngos-ngosan kayak Noel dan Gevano. Vier hanya bersandar dan memejamkan sambil bersidekap dada.
Mereka bertiga berada di dalam lorong, ditengah antara dua rumah besar.
Angin yang lumayan kencang membuat rambut mereka bertiga yang basah oleh keringat bergerak, juga menerpa wajah Mereka hingga terasa segar. Bahkan membuat Gevano dan Noel ikut memejamkan mata.
Singkat cerita, mereka bertiga baru saja berlari dari Sekolah sampai di perumahan Elit yang terletak di jalan ReLix. Lokasi tersebut sudah mereka tandai sebagai tempat pertemuan Mereka setelah misi berhasil. Jarak dari Sekolah sampai jalan ReLix lumayan jauh, karena Mereka bertiga membutuhkan waktu 1 jam pake lari. Dan bodoh nya, Mereka gak pake taksi padahal sedari dalam perjalanan ada banyak taksi yang berlalu Lalang.
Dan sekarang Mereka sangat cape dan Haus.
"Ada uang nggak? Uang Gue udah habis!" Noel membuka mata dan melirik Gevano serta Vier.
"Bentar, Gue lihat dulu." Gevano membuka tas dan membongkarnya. Beberapa saat kemudian, wajah Gevano menjadi masam. "Nggak ada!"
"Dalam saku?"
Gevano menggeleng. Dia gak pernah simpan uang dalam saku, biasanya simpan di tas. Dan Noel tahu itu tapi Dia malah bertanya.
"Lo, Vier?"
Vier gak menjawab tapi tangan nya bergerak merogoh saku seragam dan mengeluarkan sesuatu yang nampak berwarna merah.
"Cukup?" Tanya Vier menunjukkan uang merah bernilai seratus ribu itu pada Noel dan Gevano.
Noel berdiri dan secepat kilat menyambar uang tersebut. "Ini mah lebih dari cukup. Thanks!"
Vier hanya mengangguk kemudian duduk dan kembali memejamkan mata. Kepala nya Dia sandarkan pada pundak Gevano. "Pinjam!"
"Hm!"
Sedangkan Noel sudah menghilang ke Minimarket, membeli minuman. Jaraknya dekat makanya Noel kembali dengan cepat.
"Nih, minumnya."
"Thanks!"
"Yo'i..."
Setelah itu Mereka pun diam dan sesekali minum. Mereka masih menunggu dua sahabat Mereka lainnya, Gori dan Theo yang mungkin masih di Sekolah atau sedang dalam Perjalanan.
"Mereka lama banget, sih. Gue udah ngantuk, nih." celetuk Gevano seraya menutup mulut nya karena menguap.
"HP Gue udah lowbatt, nggak bisa nelpon Mereka. Handphone Lo masih hidup 'kan?" tanya Noel pada Gevano.
"Gue matiin. Kalau hidup, takutnya orang rumah lacak keberadaan Gue lewat handphone."
Gevano dan Noel menoleh pada Vier. Dan Vier yang ditatap mengerutkan dahi. "Apa?"
"Handphone Lo?"
Vier diam melihat ke bawah, dahi nya mengerut, memikirkan sesuatu. Kemudian Dia mengangkat pandangan, melihat Gevano dan Noel lalu Dia menggelengkan kepala seraya mengangkat bahu.
"Maksudnya?" bingung Noel.
"Maksud Vier, Dia nggak tahu handphone nya dimana. Benar 'kan, Vi?" jelas Gevano dan dibenarkan Vier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevano And Family
Fiksi Remaja[TIDAK ADA DESKRIPSI] ⚠️𝗣𝗘𝗥𝗛𝗔𝗧𝗜𝗔𝗡⚠️ ➤𝗪𝗔𝗝𝗜𝗕 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 ➤𝗪𝗔𝗝𝗜𝗕 𝗩𝗢𝗧𝗘 ➤𝗖𝗘𝗥𝗜𝗧𝗔 𝗜𝗡𝗜 𝗛𝗔𝗡𝗬𝗔 𝗙𝗜𝗞𝗦𝗜, 𝗝𝗔𝗗𝗜 𝗠𝗢𝗛𝗢𝗡 𝗕𝗜𝗝𝗔𝗞 𝗗𝗔𝗟𝗔𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔 𝗗𝗔𝗡 𝗠𝗘𝗡𝗬𝗜𝗞𝗔𝗣𝗜