Sixteen : Kita dan masa lalu

858 156 55
                                    

Comment kalian sangat berharga buat aku, itu support system aku buat lanjut dari chapter ke chapter. Jadi gpp ya kalo aku buat target, comment lebih dari 22, aku lanjut dan update detiap hari. Tapi kalo kurang dari itu berati kurang support kan, jadi mau gk mau aku gk lanjutin.

••••••

"Sejak kecil, aku dipandang seperti binatang hanya karena sebatang ranting pohon," - Jonan .

"Aku menggantungkan hidupku kepada orang lain," - Sadam .

"Aku telah membuat sejarah tanpa dicintai, dalam sejarahnya aku adalah orang yang paling disesali," - Sadik .

Bintang-bintang kecil itu berkedip dengan indah dimalam hari, tapi itu tidak berlaku ketika dunia sedang terang. Mereka menangis, berjuang dalam keadaan yang tidak lagi sama.

••••

Baru lah Sadik sadar kalo Sadam itu bagus dalam hal apapun. Sadam pinter main alat musik, akademiknya bagus, olahraganya bagus. Sadam bisa segalanya dibanding dirinya yang cuma bisa main dan dipandang nakal. Ketika mereka sama-sama bawa raport, Mami selalu bilang ke Sadam, "Sadam hebat, Sadam dapet satu lagi, Mami bangga". Mami  juga  bilang ke Sadik "Sadik naik kelas aja Mami udah bersyukur,".
Barulah Sadik sadar sekarang, kalo dunia memang cuma melihat Sadam dan cuma sayang sama Sadam. Karena cuma Sadik yang ditegur ketika berisik, sedangkan Sadam selalu dibanggakan ketika dia main alat musik, padahal itu berisik.

Sadik tepuk tangan, ikut menyoraki kemenangan Sadam disetiap game yang diadakan panitia. Sadam dapet hadiah satu box besar makanan enak dan juga kaos warna hitam bergambar pohon sakura, cantik banget.

Dulu mereka gak punya uang, jadi apapun keadaannya bisa Sadik lewati sambil main-main. Sekarang ketika mereka punya uang, terlihat jelas gimana bedanya perlakuan Mami ke Sadam dan dirinya. Dulu Mami gak bisa melihat, semua terasa baik-baik aja. Sekarang setelah Mami bisa melihat, Sadik merasa kalo Mami lebih suka natap Sadam.

Sadik makin sedih ketika sadar kalo dirinya gak dikasih uang, cuma Sadam aja yang dikasih. Sedangkan di area camp ini banyak banget makanan, Sadik pengen jajan. Sadik jalan kebelakang, jongkok dibawah pohon dan nangis sambil nenggelanin wajahnya di lututnya. Sadik nangis disaat temen-temennya pada bersorak dan main-main bahagia.

"Sadik, kenapa?" San dateng dan duduk disamping Sadik. San adalah orang yang paling merhatiin Sadik sejak tadi, dari mulai gelagat anehnya dan sikapnya yang gak biasa. "Sadik pengen apa? Bilang aja ke Sanie,"

Sadik natap ke tengah-tengah dimana Sadam jadi pusatnya dan Irgi yang ngangkat tubuh Sadam sambil dia bawa muter. Padahal dulu, Sadik sering banget digendong Irgi kaya gitu. Tapi sekarang Irgi cuma mau sama Sadam, Sadik sedih, semuanya cuma sayang Sadam.

"Sadik pengen pulang, Sadik kangen Jonan," Cicitnya, karena Sadik merasa memang harapannya cuma Jonan seorang. Adiknya yang selalu meluk Sadik kalo Sadik nangis, yang selalu peduli sama Sadik meskipun sedikit galak.

"Iya, tapi Sadik kenapa?" Tanya San sekali lagi.

"Sadik gapapa, cuma kangen Jonan aja," Jawabnya. Sedangkan San ngerti pasti bukan cuma karena kangen Jonan. San pun  menempatkan kepala Sadik didekapannya, biar Sadik tenang.

"Mandi berdua yuk sama Sanie di sungai, terus beli sosis bakar sama es kelapa,"

Sadik menggeleng. "Sadik gak punya uang. Uang dari Daddy gak Sadik bawa, Mami juga gak kasih Sadik uang lagi,"

"Gapapa, kan Sanie banyak uangnya. Uang Sanie tuh uang Sadik juga,"

Barulah Sadik ngangguk dan mau berhenti nangis. Mereka masuk dulu ke tenda buat ngambil handuk soalnya mau langsung mandi disungai sekitar sana, sungai yang gak terlalu besar kok, jadi aman buat anak-anak.

Fly Trough The Clouds > Joonghwa < Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang