Eighteen : Yang berharga

840 148 44
                                    

Weh, kemaren salah judul dong, harusnya Seventeen. But udah i ganti yaa >< sorry sorry, i post nya sambil ngelfy.

••••

Sampailah di hari pernikahan yang dilakukan setelah Sadam dan Sadik selesai camp, sesuai rencana. Pernikahan  gak  melibatkan banyak pihak, bener-bener sederhana  tapi terhitung mewah dan yang dateng cuma keluarga Irawan dan Mas Aril selaku satu-satunya keluarga Sora. Moment sakral ini jadi lembaran baru pernikahan yang membingungkan buat Sora, entah ini pernikahan yang sama kaya sebelumnya atau tuhan mau menunjukan manisnya pernikahan yang gak pernah Sora rasakan.

Akad udah dilaksanakan, banyak orang yang bersyukur dan mendoakan pernikahan mereka. Sedangkan Sora natap ke sudut kiri, dimana Juna dan Hael berdiri di sana. Juna adalah alasan mengapa Sora merasa pernikahan itu sia-sia, sementara disampingnya adalah Hasbi, alasan mengapa Sora kembali yakin kalo ada sesuatu yang menyenangkan dari pernikahan.

"Why are you looking at him?  Your future is here, look at your husband," Hasbi nyentuh pipi Sora, dan dengan lembut Hasbi kecup bibir Sora buat mengalihkan pandangan Sora yang sedari  tadi terus natap Juna.

Hasbi ngerti, Sora berdiri dengan kekhawatiran yang besar seakan Juna adalah trauma yang gak bisa dihindari. Tapi Hasbi berusaha meyakinkan Sora, pernikahan yang Hasbi janjikan akan jadi bagian hidup Sora yang paling indah.

Bibir mereka terlepas, Hasbi ngasih kecupan terakhir dengan lumatan kecil di bibir bawah istrinya. "I yang akan memohon, i yang akan berjuang, i yang akan menghormati you seumur hidup," Ucapnya tepat di depan bibir Sora.

Sora ngangguk dengan tangan yang melingkar di leher Hasbi, mencoba mempercayai Hasbi bukan hal yang sulit sebenernya, karena Hasbi udah nunjukin semuanya dengan bukti tepat dihadapan mata Sora. Si rambut biru ini terlalu muda, bahkan masih merengek ke Mama tentang apa-apa yang menyangkut dirinya. Tapi Sora menemukan kalo Hasbi adalah sosok Daddy yang baik buat anak-anaknya.

Sementara para tamu lagi menikmati hidangan lunch yang disediakan, pandangan Hasbi tertuju ke arah Sadik yang lagi duduk sendirian di salah satu meja tamu. Sejak pulang camp, Sadik jadi murung dan gak banyak tingkah. Sadik belajar sendirian dikamarnya, gak merengek buat main kaya biasanya. Sadik udah bener-bener gak senyum lagi, meskipun Sora udah minta maaf dan mulai memanjakan Sadik.

"I bujuk Sadik dulu, sayang," Bisiknya yang langsung diangguki Sora. Sora juga merasakan hal yang sama, terlalu khawatir sama keadaan Sadik sekarang. Tapi Sora gak bisa apa-apa, Sadik gak mau dibujuk Sora. Sadik cuma mau di bujuk Hasbi ataupun Jonan.

"Sadik, kenapa you gak ikut main?" Hasbi duduk disamping Sadik yang cuma ngaduk-ngaduk eskrim vanillanya tanpa sedikitpin memakannya.

Sadik natap ke arah Sadam dan Jonan yang lagi main-main sama buket bunga, kemudian Sadik kembali murung.

"Why? Sini cerita ke Daddy, Sadik pengen apa?" Hasbi bawa Sadik buat duduk dipangkuannya dan meluk Sadik dengan erat di dadanya.

"Sadik harus diem biar gak nakal," Jawabnya.

"Who says Sadik nakal?"

"Mami," Cicitnya dan kembali nangis didekapan Hasbi. Sejujurnya kata 'nakal' udah lama diterima Sadik. Entah itu San, bundanya Yasa, bahkan wali kelas mereka pun bilang Sadik nakal. Tapi ketika Maminya yang bilang, Sadik merasa dunianya harus berubah.

"Daddy juga nakal, Daddy main di selokan kotor-kotoran nyari ular biru sampe dimarahin nenek tapi nenek tetep sayang kan sama Daddy. Sadik, gapapa nakal, gak ada masalah sama itu,"

Sadik menggeleng ribut, dia bisa nerima bujukan apapun karena hati kecilnya udah makin mengecil sekarang. "Sadik harus kaya Sadam kan? Sadik harus belajar terus," Tanya dia.

Fly Trough The Clouds &gt; Joonghwa &lt; Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang