Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jisoo duduk dengan kaki yang sibuk dihentakkan ke tanah. Menunggu seseorang yang seharusnya sudah menjemputnya sejak satu jam yang lalu.
"Aish apa eomma lupa menjemputku?" Berulang kali jisoo membuka ponselnya untuk mengirim pesan pada sang ibu dan juga berkali-kali mencoba menelfon tapi nihil tidak ada jawaban.
"Yoboseyo bibi jung maaf apa eommaku masih di kampus?"
Jisoo bertanya melalui telfon pada staff kampus tempat ibunya mengajar. Ibu jisoo bekerja sebagai dosen di sebuah universitas kota seoul.
"Eoh ibumu sudah selesai sejak dua jam yang lalu? Ada apa jisoo? Apa dia tidak menjemputmu lagi?" Bibi jung di seberang sana terdengar khawatir. Jisoo seringkali diabaikan sang ibu dan dilupakan seperti lupa menjemput jisoo yang bersekolah di SMA.
"Haah kurasa dia sengaja. Baik terimakasih bibi"
Pip.
Jisoo mematikan sambungan telfon lalu mendesah kecewa.
"Aku pulang sendiri saja. Dia tidak akan datang" dengan langkah gontai jisoo berjalan menuju halte bus.
Jisoo akhirnya sampai di rumah. Dengan lesu jisoo melangkah masuk setelah menekan tombol pin pintu apartemennya.
Baru melepas sepatu, jisoo mematung melihat pemandangan di apartemen yang tidak biasa. Pakaian berserakan di lantai dan jisoo melihat ada sepasang sepatu pria di sampingnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aah geli"
"Jangan begitu"
Suara yang amat sangat dikenalinya membuat jisoo merinding dan seketika merasa sesak di dadanya.
Beberapa menit jisoo mematung, dua sejoli yang hanya mengenakan bathrobe keluar dari kamar sembari berpelukan mesra dan tentu saja terkejut melihat jisoo berdiri di ruang tengah.
"Jisoo ah kau sudah pulang?" Yoona mendorong taehyung kekasihnya, menatap gugup pada jisoo yang hampir menangis di sana.
"Jadi ini alasan eomma tidak menjemputku?" Mengabaikan pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban dari sang ibu, jisoo balik bertanya dengan amarah yang sudah berkumpul di dadanya.
