CHAPTER 7 | TUGAS

8.1K 964 128
                                    

Tidak lama usai bel sekolah berbunyi seorang laki-laki paruh baya masuk ke dalam kelas sambil menenteng buku paket. Beliau adalah Pak Banu, guru bahasa Indonesia yang katanya setiap kali usai mengajar tidak pernah absen untuk memberikan tugas. Perawakan beliau kurus, kedua netranya tertutup kacamata berbentuk kotak dan di bawah hidungnya ada kumis tipis.

Setelah mengucapkan salam, hari ini Pak Banu mengulas tentang materi teks deskriptif.

"Silahkan buat kelompok untuk mengerjakan tugas dari saya," ucap Pak Banu usai menjelaskan pelajaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Silahkan buat kelompok untuk mengerjakan tugas dari saya," ucap Pak Banu usai menjelaskan pelajaran.

"Pak maaf, satu kelompok ada berapa orang?" Tanya salah satu murid di kelas.

"Satu kelompok dua orang saja. Tugasnya buat makalah teks deskriptif topiknya tentang lingkungan di sekitar kalian. Deadline pengerjaannya satu Minggu," jelas Pak Banu.

"Untuk kelompoknya saya bagi secara acak biar nggak ada yang pilih-pilih," lanjut Pak Banu.

"Baik Pak...." Seru semua murid. Menyetujui keputusan tersebut.

Pak Banu diam di tempatnya karena fokus membagi kelompok muridnya melalui secarik kertas absen yang telah ia genggam. Semua murid di kelas mengambil waktu sela ini untuk berbisik-bisik, berbicara dengan rekannya satu sama lain.

Dalam hati aku berharap semoga aku dipertemukan dengan teman kelompok yang sepintar BJ. Habibie karena aku menyadari aku ini tidak pintar dalam pelajaran apapun.

"Tuhan, semoga aku nggak sekelompok sama orang yang cuma numpang nama," pinta Bening bersungguh-sungguh.

"Aamiin." Aku bantu mengaminkan.

"Biasanya di kelas ini siapa yang langganan kelompokan cuma numpang nama?" Tanyaku penasaran.

Kalau aku tau setidaknya aku akan berdoa kepada Tuhan setulus jiwa dan raga supaya dijauhkan dari manusia pembawa beban seperti itu. Aku paling malas dengan orang yang kalau ada tugas kelompok cuma numpang nama.

"Mas Laut," jawab Bening.

Aku tercengang. Masa sih dia seperti itu?

"Kalau kelompokan sama dia bikin darah tinggi. Tiap disuruh ngeprint tugas nggak pernah di print. Disuruh ngerjain makalah nggak pernah beres. Pokoknya kacau deh. Nggak lagi-lagi aku sekelompok sama dia," ungkap Bening.

"Duh, serem amat. Aku juga mau request sama Tuhan supaya nggak dipilihan Pak Banu kelompokan sama Mas—"

"Oke kelompok pertama Buih sama Mas Laut," ujar Pak Banu menyela doaku.

"Heee... lho!" Aku ingin melayangkan protes.

Namun Pak Banu justru tetap melanjutkan pembagian kelompoknya hingga tidak ada kesempatan bagiku untuk menyela.

Bening tertawa. "Udah to, syukuri dan nikmati saja."

Pak Banu mulai melanjutkan membagi kelompok-kelompok.

Buih di Lautan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang